Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [Dirgahayu RI] – Laskar Bumi Pradipta
- This topic has 4 balasan, 4 suara, and was last updated 8 years, 3 months yang lalu by farahzamani5.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
18 Agustus 2016 pada 6:29 pm #98819miirahmiPeserta
Judul Cerita : Laskar Bumi Pradipta
Author : Miirahmi
Genre : Science Fiction
#LombaCerpen
Pada dahulu kala, para leluhur selalu memberikan sebuah pesan yang wajib diingat dan diamalkan bagi penduduk desa Kulowo. Doktrin yang menanamkan pikiran mereka ialah menganggap “Kita hidup tanpa harus memerlukan perubahan besar. Kodrat manusia hanyalah untuk meneruskan keturunan, bekerja keras, dan selalu ingat dengan Sang Illahi”.
Tetapi tidak bagi Laskar Bumi Pradipta, ia yang sudah belajar hingga ke luar kota, jauh dari desanya, telah melihat banyak perubahan yang manusia lakukan demi sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan Laskar bertekad untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya dan mencoba membantu mengubah nasib penduduk desa agar lebih baik dan berkembang. Ia tidak ingin ilmunya tidak bermanfaat, karena ia senang berbagi dan memberi.
Rupanya penduduk desa Kulowo tidak melihat atau sengaja mengabaikan dunia luar terhadap kemajuan peradaban manusia. Setelah kepulangannya dari tempatnya menuntut ilmu, Laskar melakukan sebuah pendekatan terhadap penduduk desa untuk melakukan sebuah perubahan. Tetapi respon mereka malah menolak dan memakinya. Laskar dianggap tidak menghormati petuah para leluhur di desanya sendiri.
“Dengan adanya perubahan, kita tidak lagi memerlukan sapi/ kerbau untuk membajak sawah, memotong rumput dengan arit, memasak nasi dengan api tungku yang membuat kalian sering batuk- batuk, melakukan barter untuk memenuhi kebutuhan, ataupun kegiatan yang memerlukan banyak tenaga, waktu, dan pikiran” itulah ucapan yang selalu Laskar katakan kepada penduduk desa.
“Kau ini, Laskar! Setelah kau belajar di negeri sebrang sana, kau seperti kacang lupa pada kulitnya. Tau apa kau tentang perubahan? Peubahan hanya membawa pada perbedaan. Dan perbedaan itulah yang menimbulkan peperangan antar manusia. Kau paham itu?!” inilah jawaban penuh kemarahan dari penduduk desa Kuluwo padanya.
Tampaknya tidak mudah memang mengubah suatu kebiasaan secara konveksional menjadi sedikit lebih modern. Laskar terus bertekad dan mulai melakukan aksi yang nyata dari apa yang dikatakannya pada penduduk desa. Laskar menyadari bahwa tanpa ada aksi yang nyata, tidak akan ada reaksi yang muncul. Selama ini ia hanya bercakap saja, pantas penduduk desa meresponnya dengan kata- kata juga.
Beberapa hari kemudian Laskar mulai beraksi. Dengan meminta pinjaman finansial dari pemerintah pusat, akhirnya Laskar mendapatkan apa yang diinginkannya itu. Dimulainya dengan membeli peralatan modern seperti traktor, alat pemotong rumput listrik type Bosch ART 23 SL, dan Laskar juga mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan aliran sungai yang berada di sekitar desa Kulowo. Dibuatnya kincir air raksasa di sungai tersebut. Yang mana nantinya menghasilkan sebuah energi listrik dan mengalirkannya ke rumah penduduk. Sehingga ia bisa mengaplikasikan langsung alat-alat yang dibelinya.
Laskar kembali ke desa Kulowo dengan hidup seorang diri. Karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia sewaktu dirinya masih menuntut ilmu di luar kota. Yang menjadi penyesalan terbesar Laskar adalah ia tidak bisa melihat untuk terakhir kalinya wajah kedua orang tua Laskar sebelum mereka dikebumikan. Karena di desa Kuluwo memang belum beredar handphone masa kini, jadi sangat susah menghubungi Laskar. Laskar baru mendapatkan surat pemberitahuan kematian orangtuanya sebulan setelahnya. Sungguh menyedihkan bagi Laskar saat itu.
Sejak kejadian tersebut, Laskar ingin penduduk desa Kuluwo ini melek apa yang terjadi pada dunia luar- dalam hal ini adalah Iptek. Jadi tidak akan ketinggalan informasi seperti yang telah dia alami sebelumnya. Berita kematian kedua orang tuanya….
Semenjak aliran listrik memasuki rumah-rumah penduduk desa, sebagian dari mereka mulai memperhatikan apa yang dilakukan Laskar. Mereka takjub dengan alat yang digunakan Laskar dalam membajak sawah. Hanya duduk di atas alat tersebut dan sawah mulai terbajak dengan sendirinya. Belum lagi saat Laskar memangkas rumput- rumput liar yang tumbuh subur di jalan setapak yang biasa mereka lalui seusai mereka bekerja di sawah. Padahal bagi penduduk desa Kulowo, memotong rumput dengan arit sudah cukup hebat daripada harus mencabutnya satu persatu dengan tangan mereka sendiri. Tetapi dugaan mereka salah! Ternyata ada yang lebih hebat dari sebuah arit.
Sejak saat itu, sedikit demi sedikit penduduk desa berbondong- bondong menemui Laskar dan bertanya segala hal mengenai rencananya yang ingin membawa perubahan bagi desa Kulowo. Apakah ia ingin kembali meneruskan rencananya apa tidak? Karena penduduk desa akhirnya menyadari betapa pentingnya teknologi dalam membantu menyelesaikan tugas manusia, dan mereka siap untuk tumbuh berkembang bersama Laskar.
Laskar tersenyum senang mendengar suara antusias penduduk desa yang mulai paham apa yang diinginkannya ini. Laskar ingin menunjukkan satu alat lagi yang harus diketahui oleh penduduk desa. Penanak nasi modern. Ia berharap penduduk desa tidak lagi memasak nasi dengan tungku api. Karena bisa menganggu pernapasan mereka sendiri. Dan penduduk desa- pun mengangguk mengiyakan.
Beberapa waktu kemudian, setelah penduduk desa ‘berguru’ dengan Laskar tentang dunia luar, kini hidup penduduk desa semakin berkembang menjadi lebih baik. Bahkan tak jarang pemerintah pusat memberikan donasinya untuk pembangunan desa Kulowo ini. Karena di desa Kulowo tidak ada yang namanya pemerintah daerah, sebab desa Kulowo tidak terdapat kabupaten dan hanya ada rumah- rumah yang dikepalai oleh 20 kepala keluarga. Jadi segala urusan semua langsung mengarah pada pemerintah pusat.
Sekarang desa Kulowo bukanlah desa yang terkucilkan dari dunia luar. Pemerintah tampaknya memperhatikan mereka akan kemajuan desa Kulowo, bahkan tak segan membuka akses jalan yang menghubungkan desa Kulowo langsung ke pemukiman perkotaan. Ekonomi penduduk desa mulai meningkat. Tidak ada lagi penduduk desa yang melakukan pekerjaan menggunakan otot saja, tetapi otak turut andil membantunya.
“Dibutuhkan sebuah keberanian besar untuk mengubah keadaan yang kita alami di masa- masa sulit. Saya harap keberanian itu diikuti dengan tindakan yang nyata dan sisanya kita serahkan kepada Sang Illahi. Karena Dia, sekarang hidup kita sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya” itulah beberapa kalimat yang Laskar disela waktu istirahat siangnya bersama penduduk desa. Mereka kini duduk di hamparan tikar di pinggir sawah sambil menikmati makanan yang disediakan oleh para perempuan untuk para lelaki selepas bekerja.
“Ya, saya senang nak Laskar ingin kembali ke sini dan membangun desa Kulowo bersama- sama” sahut salah satu penduduk desa padanya.
Laskar memang dikenal ramah dan sopan terhadap penduduk desa Kulowo. Tak jarang dirinya bercanda bersama penduduk desa, begitupun sebaliknya. Jadi penduduk desa pun tanpa segan ngobrol santai dengannya. Rata- rata penduduk desa sudah berumur dan berkeluarga. Jadi, Laskar sangat menghormati penduduk desa yang lebih tua darinya, dan menghargai penduduk desa yang seusianya atau dibawah usianya.
“Jadi, Kapan nih rencana Laskar hendak menikah? Sudah adakah calonnya?”.
“Eeehhh???” pekik Laskar kemudian memberikan senyuman kecil kepada penduduk desa. Ayeyeye…
—-
Laskar Bumi Pradipta- seorang pejuang yang menginginkan kemerdekaan untuk desanya, agar terbebas dari kebodohan akan kebutaan mereka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui cintanya, ia tak peduli seberapa banyak uang yang dikeluarkan, keringat yang bercucuran, dan pikiran yang terkuras, demi membangun desa Kuluwo yang lebih baik dan berkembang sesuai tuntutan zaman.
Telah banyak kesedihan yang Laskar rasakan di dalam hidupnya, yang tak menyurutkan semangat untuk hidup lebih berorientasi ke depan dengan memanfaatkan perkembangan Iptek untuk kepentingan bersama. Karena seorang pejuang sejati tidak akan pernah mengatakan:
“Jangan kau tanya, Apa yang telah Negara berikan untukmu! Tetapi tanyakan kepada dirimu, Apa yang telah kau berikan untuk Negara?”. MERDEKAAA!!!!
—-
END
*cerita ini selesai diketik pada tanggal 17 Agustus 2016 pukul 05.00 WIB. Aku menulis 4 lembaran cerita ini sampai begadang tahu, Vitamins :YYYBAPER
-
20 Agustus 2016 pada 4:48 pm #99647yoonilee85Peserta
bukan hanya merdeka untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang disekitar.. :YUHUIII
-
24 Agustus 2016 pada 7:19 pm #101922tsalisparkModerator
baguuuuss, salah satu cerita yang menginspirasi masyarakat, rasa nasionalis yang kental dan kemauan memerdekakan masyarakat dari ketertinggalan :YUHUIII
gaya bahasa sip, pembaca nyaman buat baca cerpen kamu. alurnya juga mengalir. oke banged deehhh :YUHUIII :YUHUIII
sejauh aku baca ngga ada kesalahan kata/ejaan. cuma sedikit ambigu dengan kata ‘melek’ . hihihi soalnya kurang pas dengan bahasa yang digunakan (ini menurut aku sih hehe). siip siipp keep writing aye ayeeee :tebarbunga
-
24 Agustus 2016 pada 9:40 pm #102005miirahmiPeserta
Alhamdulillah yaah sesuatu :TERHARUBIRU thank you~
-
28 Agustus 2016 pada 12:03 am #103120farahzamani5Peserta
Ga kerasa bngt baca cerpen ini, kyk baru mulai tau2 udah end aja
Aduhh itu kalimat terakhir menohok hati, saya blum ngelakuin apa2 bwt negri tercinta ini huhu, msh berjuang saya ny ni
Suatu saat berharap bisa sprt laskar
Semangat trs ya nulisnya
Semangat semangat semangat
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.