Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [DIRGAHAYU-RI] INDEPENDENT OF THE PAST
- This topic has 7 balasan, 6 suara, and was last updated 8 years, 3 months yang lalu by yoonilee85.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
17 Agustus 2016 pada 10:25 pm #98507rizkika_putriPeserta
Author : rizkika_putri
Genre : romance
#LombaCerpen
Seorang wanita sedang duduk di sebuah bangku taman di malam hari yang semakin mencekam. Hembusan angin dengan riangnya menerbangkan rambut si wanita yang dengan tidak pedulinya malah asik bermenung ria ditemani ponsel pintar yang berada di pangkuannya. Ia hanya memandang lurus ke depan, menatap sebuah pohon yang batangnya dihiasi ukiran namanya dan nama seseorang yang masih dengan setia berada di hatinya.
Seorang pria datang dengan tergopoh-gopoh. Membungkukkan sedikit badannya untuk mendapatkan oksigen sebanyak yang dia mau. Napasnya terengah-engah. Lalu menatap nyalang si wanita yang mungkin sadar akan kehadirannya namun memilih tak peduli
“Apa kau sudah gila?!” teriak si pria. Ia berdiri tepat di depan wanita itu. Bermaksud memutus lamunannya akan kenangan yang dilihatnya dari pohon tersebut. “Apa kau tau ini sudah jam berapa?! PULANG SEKARANG!!” si pria berteriak lantang di depan wanita. Tak peduli akan tatapan terluka yang dilayangkannya pada si pria. Kemudian kristal-kristal bening pun berjatuhan dari tiap sudut matanya.
“Kau tak mengerti, Orion. Aku.. Aku..” sang wanita tidak sanggup untuk sekedar melanjutkan ucapannya dan malah terisak lalu mengganti objek pandangnya menjadi ponsel yang wallpapernya menampilkan fotonya bersama sang mantan kekasih yang ada di genggamannya.
Orion menghela napasnya kasar lalu berjalan menghampiri sang wanita kemudian duduk di sampingnya. “Sudah. Jangan menangis, Carina. Ayo kita pulang. Air matamu terlalu berharga jika dikeluarkan untuk bajingan itu.” seru Orion lalu mengepalkan tangannya emosi.
“JANGAN SEBUT DIA BAJINGAN!” Carina malah membentak Orion yang terkesiap mendengarnya. “Kau.. Kau tidak tau apa-apa tentangnya. K-kau.. Jangan pernah mengatainya lagi atau jangan pernah temui aku lagi.” ancam Carina lalu berdiri dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan Orion. Kakinya gemetaran dan tubuhnya semakin menggigil tatkala angin bertiup semakin kencang. Hampir saja dia ambruk jika Orion -yang memang sudah menduga ia akan jatuh- tidak memegang bahunya.
“Jangan keras kepala. Aku benci melihatmu seperti ini. Kemana Carina yang selalu optimis?” Orion kemudian menuntun Carina berjalan menuju rumahnya. Ia tidak mungkin menggendongnya karena tanpa diduga ia akan mendapat jitakan dari heels yang dipakai Carina -seperti waktu itu- saat Carina mabuk.
“Ssst. Diamlah. Bisa kau menggendongku? Aku tidak sanggup lagi menapakkan kakiku di tanah.” Cetus Carina sambil memejamkan matanya serapat mungkin karena menahankan denyut di kakinya yang semakin terasa akibat angin sialan ini.
“Tidak mau. Aku tidak jamin kepalaku akan selamat kali ini. Jangan kau kira aku sebodoh itu mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya.” Ucap Orion ketus, lalu buru-buru menggendong Carina saat dirinya mendapat tatapan kelewat sinis Carina yang ditujukan kepadanya.
“Orion.”
“Hmm?”
“Terima kasih.
“Jangan ucapkan sekarang.”
“Maksudmu?”
“Kita sudah sampai. Sekarang turun dari gendonganku kemudian jalan sendiri menuju apartmenmu.”
Carina mendengus kasar lalu turun dari punggung Orion secara perlahan kemudian berjalan sejauh lima meter menuju pintu apartmennya. Si bodoh Orion ternyata berhenti tepat di depan pintu apartmennya sendiri padahal apartmen Carina hanya berjarak lima meter dari tempat diturunkannya Carina sekarang.
“Ah iya.. Jangan masuk dulu. Apa perlu aku menebang pohon sialan itu, Car?” Orion menaikkan sebelah alisnya menatap Carina yang sedang membuka pintu apartmennya. Carina mendadak beku lalu melemparkan tatapan -kubunuh-kau-jika-berani-melakukannya- andalan miliknya kemudian langsung masuk sambil membanting pintu apartmennya dengan keras. Orion hanya terkekeh kecil melihat tingkah sahabatnya lalu masuk ke dalam apartmennya. “Janjiku untuk selalu melindungimu, Car.” ucapnya dalam hati.
~
Orion memencet bel apartmen Carina dengan tidak sabaran. “Car, apa kau sudah siap? Aku sudah menunggu selama lebih dari setengah jam. Kau tau aku bukan orang sembarangan. Jadi jangan coba-coba buang waktuku lebih dari ini.” Orion tidak menyerah sampai akhirnya ia membuka gagang pintu, yang ajaibnya -mungkin karena kebodohan Carina- langsung terbuka.
“Car? Carina? Apa kau ada di dalam? Aku masuk yaa.” seperti orang bodoh, Orion -yang biasanya tidak pernah meminta izin- langsung memasuki apartmen Carina dan mencarinya kemana-mana. Di balkon, tidak ada. Di kamar, tidak ada. Di bawah ranjang, -oke, dia memang bodoh- juga tidak ada. Sampai akhirnya ia mendengar isak tangis seorang wanita di dalam kamar mandi Carina.
Apa ada hantu? Pikirnya. Oke, kali ini aku mengakui kalau Orion sangat-sangat idiot.
Ia berjalan menuju kamar mandi lalu menggedor-gedor pintunya dan berteriak keras. “Car?! Apa kau di dalam?!! Boleh aku dobrak pintunya?!! Pastikan kau memakai pakaian lengkap!!”
“JANGAN KURANG AJAR!” balas Carina dengan teriakan menggelegar. “KELUAR!! AKU TIDAK INGIN PERGI KE ACARA ITU!!” isakan kembali lolos dari bibir merah mudanya.
“Akan kuhitung hingga seratus. Ah tidak. Itu kebanyakan. Akan kuhitung sampai tiga. Ya, tiga saja. Kalau kau tidak membuka pintu, akan ku dobrak!” ucap Orion sungguh-sungguh.
Belum sempat menghitung satu angkapun, Carina sudah membuka pintu kamar mandi memperlihatkan dirinya yang berantakan. Mata sembab kebanyakan menangis, pakaian dan rambut yang basah karena guyuran air dari shower, serta bibir yang nyaris membiru.
Orion membelalak melihat kondisi sahabatnya yang seperti yaah, bisa dibilang.. ‘orang gila’. Oke, kutuk aku karena mengatai sahabatku sendiri, pikirnya.
Orion langsung mengambil handuk dan melilitkannya di tubuh Carina yang menggigil kedinginan lalu membawanya duduk di atas ranjang. Ia menarik nafas sedikit, lalu memperhatikan Carina yang sepertinya sudah selesai menangis.
“Car, berapa umurmu?”
“Minggu depan dua puluh lima.”
“Apa usia segitu sudah termasuk dewasa?”
“Tentu saja, bodoh.”
“LALU KENAPA KAU BERTINDAK KEKANAKAN SEPERTI INI?!!” bentak Orion tidak sabaran.
“Ganti bajumu! Kita tetap harus pergi ke acara itu. Sepuluh menit. Jika belum siap, akan kutarik kau dengan pakaian gembelmu ini kesana. Jika tidak mau, aku… yang akan menggantikan bajumu. Dengan. Senang. Hati!” tegas Orion menekankan kata dengan-senang-hati lalu berjalan keluar kamar Carina dan menunggu di sofa ruang TV.
Dua puluh menit berlalu, Carina keluar dari kamarnya mengenakan gaun pemberian Orion. Gaun yang sangat cantik. Berwarna putih dengan potongan yang sangat pas membungkus tubuh hingga lutut Carina. Dipadukan dengan heels berwarna merah muda. Sederhana tapi elegan. Orion sangat pintar memilih rupanya.
“Wow. Coba kita lihat siapa ini. Apakah kau Carina?” Orion melihat Carina dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu melihat jam yang menempel di pergelangan tangannya. “Tapi kau terlambat sepuluh menit. Ah sudahlah. Mari kita pergi sekarang.”
‘Sepertinya ada yang salah.’ pikir Orion lalu tersentak bahwa Carina sama sekali tidak menata rambutnya dan merias wajahnya asal-asalan.
“Aku sedang tidak berniat pergi dengan gembel. Kita ke salon sekarang!”
Dengan tergesa, Orion menarik tangan Carina yang susah payah mengikuti langkah lebarnya. Setelah mengunci pintu apartmen, mereka langsung pergi ke salon terkenal untuk merapikan rambut serta riasan Carina.
~
“Rion, kumohon. Aku sedang tidak ingin kemana-mana. Aku ingin pulang. Aku.. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi.” ucap Carina sambil memegang ujung jas yang dikenakan Orion. Matanya hampir basah saat Orion dengan gentlenya menghapus kristal itu sebelum keluar dari tempat persembunyiannya.
“Jangan begini, Car. Kumohon. Tunjukkan sisi Carina yang tegar dan berwibawa. Buat dia menyesal karena tidak memilihmu. Tunjukkan sisimu yang seribu kali lebih baik daripada ini. Jangan pernah berhenti tersenyum setelah kita tiba disana.” ucap Orion lembut. Meyakinkan Carina bahwa ia harus menghadapi kenyataan, bukannya lari dari kenyataan.
Carina terharu atas ucapan Orion lalu dengan tiba-tiba memeluk Orion dan mengangguk pada dada bidangnya. ‘Terima kasih Rion, aku akan mengingat dan melakukan semuanya.”
‘Ah jantungku, semoga kau baik-baik saja.’ bisik Orion pada organnya sendiri.
~
“Ayo masuk.” Orion berjalan mendahului Carina lalu berhenti saat menyadari tidak ada suara langkah kaki yang mengikutinya. Berbalik, ia melihat Carina masih saja enggan untuk menyamakan langkahnya dengan Orion.
“Oke. Aku duluan ya? Silahkan masuk sendiri jika kau berani melakukannya.”
Tanpa menoleh ke belakang lagi, Orion melenggang pergi dari hadapan Carina. Baru lima langkah, -Orion memang menghitung langkahnya- ia merasa ujung jasnya ditarik oleh seseorang. Sambil tersenyum puas, ia melanjutkan langkahnya dan menoleh kepada Carina yang sudah berjalan di sampingnya.
Wajah Carina mendadak dihiasi awan mendung ketika melihat dua bintang utama dalam acara yang dihadirinya saat ini. Dalam hati ia masih tak rela melepaskan posisinya pada si wanita yang mengamit manja lengan prianya -dulu-.
“Ayo kita kesana. Menyalami mereka lalu pulang. Apa kau sanggup, Car?” tanya Orion tak yakin saat melihat wajah pucat wanita yang berdiri di sampingnya. Carina meremas ujung jasnya kian kuat. Tangan Orion gatal ingin menggandeng jari-jari dingin sang wanita. Tanpa pikir panjang, disatukannya kelima jari miliknya dengan kelima jari perempuan itu.
Carina cukup kaget dan entah kenapa ingin menggigit kuat apapun yang melekat pada wajah Orion. Tapi ia cukup sadar diri bahwa ia sedang berada di acara seseorang. Acara pertunangan sang mantan, Arga Rivaldo, dengan selingkuhannya, Vellista.
“Jangan terus menatapi wajah tampanku seakan-akan kau akan menggigit apapun yang melekat di wajahku.” ucap Orion sinis yang dibalas dengusan Carina.
“Apa kau bisa membaca pikiran?”
“Apa maksudmu? Aah.. Jadi memang itu yang kau pikirkan? Itu tidak penting. Bisakah kita langsung saja menyalami si brengsek itu lalu pulang? Aku muak lama-lama berada di sini.” Orion menarik tangan Carina dan berjalan menuju pasangan berbahagia itu.
“Hai, Arga. Kami hanya ingin memberikan selamat atas pertunanganmu. Ada yang ingin kau sampaikan, Car?” tanya Orion tanpa basa-basi.
Carina hanya mematung lalu entah mendapat kekuatan dari mana, ia langsung menjabat tangan Arga seraya mengucapkan selamat lalu melemparan senyum selebar mungkin. “Aku mengucapkan selamat atas pertunangan kalian. Jika suatu hari kau baru menyadari betapa berharganya aku dibanding pendampingmu yang sekarang ini, menyesallah. Tapi jangan berharap aku akan mau kembali kepada lelaki brengsek sepertimu.” Arga tertegun mendengar ucapan sinis Carina. Sedangkan Orion menangguk puas di tempatnya. Vellista hanya bisa mengepalkan tangan padahal dalam hati ingin menjambak rambut wanita di depannya ini.
“Ah iya satu lagi.” Carina menyeringai setan. “Tolong cepat nikahi pelacur ini sebelum perutnya bertambah besar. Aku pergi.”
Dengan kurang ajarnya setelah menambahkan kata-kata menusuk itu, ia berlalu pergi dari hadapan pasangan yang mendadak pucat itu sambil menggandeng mesra tangan Orion yang disambut sahabatnya dengan senang hati.
~
Begitu berada di dalam apartmennya, Carina terduduk lemas di atas karpet lalu menutup muka dengan kedua telapak tangannya kemudian menangis terisak. Ia tidak tau apakah ia harus merasa puas ataupun merasa sedih. Yang ia ingin lakukan hanyalah menangis untuk meringankan beban yang bercokol di dadanya.Satu tepukan ringan mendarat di pundaknya. Ia tau Orion ikut masuk ke dalam apartmennya.
Memeluk Carina adalah jalan terbaik -sekalian modus-. Ia mengusap-usapkan tangan besarnya sambil mengucapkan sesuatu. “Kau hebat. Kau sangat hebat, Carina. Bahkan aku tak menduga kata-kata kurang ajar namun indah itu keluar dari mulutmu. Masih banyak lelaki yang lebih baik dan lebih tampan darinya di luaran sana, termasuk aku.” narsis, salah satu sifat wajib yang dimiliki Orion.
Carina mendongak, mengusap sisa-sisa air mata lalu melemparkan tatapan jijik kepadanya. “Jangan berharap aku mau kepada lelaki idiot sepertimu.”
Orion menggaruk kepalanya yang memang gatal karena tidak sempat keramas, lalu tersenyum misterius. “Apa aku harus ‘melakukannya’ kepadamu agar kau mau dengan pria idiot sepertiku?”
“Jika kau berani melakukan tindakan asusila itu kepadaku, jangan salahkan aku jika sebelum kau melakukannya, kepalamu sudah kupenggal.” balas Carina ketus. Sama sekali tidak takut atas ucapan yang dilontarkan Orion.
Orion tergelak menerima serangan balasan dari Carina. Kemudian setengah mati terkejut saat tiba-tiba Carina memeluknya erat. ‘Terima kasih. Aku sangat berterima kasih kepadamu, Orion. Sahabatku yang paling idiot ternyata sangat berguna untukku.
Orion hanya terkekeh pelan lalu membalas pelukan Carina.
“Apa kau bebas sekarang?”
Carina mengangguk.
“Apa kau sudah bisa berdamai dengan masa lalumu?”
Carina kembali mengangguk.
“Apa aku adalah sahabat terbaikmu?”
Carina lagi-lagi mengangguk.
“Apa sekarang kau bisa melihatku sebagai pria dan sudah bisa jatuh cinta dengan pria sepertiku?”
Hampir saja Carina mengangguk sampai ia sadar apa yang tengah di ucapkan oleh Orion.
Segera setelah melepaskan pelukannya, ia menjitak kepala Orion dengan kekuatan penuh.
Orion mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap kepalanya.
“Jangan bermimpi! Jangan membuatku berhasrat melemparmu keluar dari apartmenku! Mengapa selalu pria brengsek yang selalu jatuh cinta kepadaku?” Carina menjambak rambutnya frustasi.
“Itu karena kau Carina. Salah satu Rasi bintang paling terang. Kau bersinar dengan caramu sendiri. Membuat siapapun akan menoleh kepadamu lalu terkagum-kagum akan dirimu.”
Carina tertegun mendengar penjelasan Orion. Benarkah? Apakah ia bersinar seperti yang dikatakan Orion? Sambil tersenyum puas ia kembali memeluk Orion sambil membisikkan sesuatu yang membuat Orion tertawa bahagia.
“Kurasa jatuh cinta pada pria idiot sepertimu tidak ada salahnya.”
–Terima kasih karena membuatku merdeka dan berdamai dengan masa lalu–
“…”
“…”
“Ehm, Car? Bisakah kau mengganti wallpaper HPmu? Atau buang saja ponsel jelekmu itu. Aku akan membelikanmu yang baru. Tentu saja ganti uangku. Tidak ada yang gratis di dunia ini.”
TUK! Sebelah heels yang dipakai Carina berhasil mendarat mulus di kepalanya.
TUK! TUK! TUK! TUK! TUK!
SELESAI
-
18 Agustus 2016 pada 10:05 am #98629Park HeeniPeserta
si Orion gokil, beruntung Carina punya Orion :xxxAuthor2
-
18 Agustus 2016 pada 10:58 am #98639rizkika_putriPeserta
Kenalan gih sama Orion. Siapa tau dia juga milih kamu :imutnyaa
-
-
18 Agustus 2016 pada 11:17 am #98653dianisahModerator
Wow..
Bikin cerita yg ada bumbu “lucu”nya itu lebih sulit dari pada bikin cerita mellow yg bikin baper. Selamaaaat!! :YYYMAWAR
Oh ya, ada sedikit masukan dariku. Kalau setting tempat di awal kisah diganti, atau obyek yg dibawa diganti, memungkinkan gak ya? Karena kalau malam hari, di taman, kan kondisinya gelap -sebanyak apapun lampu tamannya- nggak cocok buat baca. Mungkin lokasinya bisa dipindah, atau barang yg dibawa diganti. Bisa pake hp yg menampilkan display foto carina dan arga.
Terus, ada sedikit salah tulis, kata yg betul itu napas. Bukan nafas. Soalnya ada bbrp kata ini di cerita. Buat pengetahuan kita bersama. Hehe. Ada sedikit typo juga : sekedar >>sedekar.
Over all, ceritanya bagus dan masih bisa dikembangkan lagi :)
-
18 Agustus 2016 pada 11:25 am #98657rizkika_putriPeserta
Terima kasih atas masukannya momoodd :xxxInLove
Saya memang masih belajar nulis. Untuk kedepannya bisa jadi pembelajaran. Sekali lagi terima kasih :sopan
-
-
18 Agustus 2016 pada 12:06 pm #98676yoonnee88Peserta
carina beruntung punya tmn seperti orion :YYYLONCAT
orionnya lucu ngelawak melulu :CUBITPIPI
-
19 Agustus 2016 pada 11:25 pm #99379SairaAkiraKeymaster
@rizkika_putri aku suka karakter orion yang selalu bersemangat walaupun keliatan banget dia naksir carina.
Well sweet revenge and happy ending selalu menyenangkan.Thanks for sharing the story
-
20 Agustus 2016 pada 10:37 pm #99760yoonilee85Peserta
bungkus orion bungkus.. :RENCANAJAHARAA :LOONCAT
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.