Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [ DIRGAHAYU-RI ] IBU,KEBAHAGIAANKU
- This topic has 10 balasan, 6 suara, and was last updated 8 years, 4 months yang lalu by ashnaathari.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
16 Agustus 2016 pada 4:47 pm #98089ashnaathariPeserta
Author : AshnaAthari
Genre : ChickLit
#LombaCerpen
Aku bergegas pulang kerumah setelah bel pulang sekolah berdering, dengan cepat aku berganti baju dan mencari Ibu yang sedang menggoreng pisang untuk makan malam nanti.
“Kamu mau kemana Sya?” tanya Ibu sembari membalik pisang yang telah digoreng.
“Asya mau main sebentar ya Bu,boleh kan?” Ucapku dengan nada riang. Ibu mematikan kompor setelah meniriskan pisang goreng yang telah matang. “Boleh sayang, tapi jangan terlalu sore ya nak”.
Aku pun berpamitan dengan Ibu dan segera pergi ketempat tujuanku, setelah mengambil karung disamping rumah yang aku tutup dengan tumpukan jerami. Aku pergi ke komplek perumahan yang tidak jauh dari rumah. Sesampainya dikomplek itu aku langsung mendatangi rumah yang berada diujung kompek. Ternyata sang pemilik rumah sudah menunggu didepan teras sembari tersenyum.
“Assalamualaikum, maaf ya Bu Asyaterlambat” ucapku menyesal.
“Tidak apa apa Sya, ini yang kamu minta, maaf ya Sya cuma ada segini aja, soalnya warung ibu juga lagi sepi” Ujar Ibu warung itu sembari menyodorkan karung yang sudah terisi penuh dengan botol ataupun sampah minuman plastic.
Aku menerimanya dengan senang,walaupun biasanya bisa sampai ada 2 atau 3 karung, tapi aku tetap bersyukur. “Makasih ya Bu, gak apa apa kok, segini juga udah membantu Asya, kalau begitu Asya pergi dulu ya bu, mau nyari lagi biar dapet banyak”.
Setelah itu aku menyusuri tiap teras rumah dan mencari plastic yang terbuang di tong sampah depan rumah komplek ini, aku terus mengais tempat sampah disetiap perumahan dan akhirnya karung yang aku bawa terisi penuh dengan sampah plastic ini. Sesekali aku menyeka peluh didahi dan menatap sedih pada anak anak yang sedang duduk di kafe mahal dan memakan makanan yang enak, aku pun ingin seperti mereka, tapi aku sadar bahwa hidup yang sederhana seperti ini juga aku harus bersyukur.Terkadang aku merasa bahwa Negara ini tidak adil, mereka bilang bahwa Negri ini sudah merdeka, tapi kenyataanya masih banyak rakyat yang menderita, dan aku adalah satu dari sekian banyak orang yang hidup dibawah garis standar. Ku enyahkan fikiran itu dan pergi menuju kerumah pengepul barang plastic, sesampainya disana hasil jerih payahku ditimbang dan aku harus berpuas diri jika hasil hari ini mencapai dua puluh ribu rupiah, aku mengucap syukur dalam hati dan bergegas pulang karena hari sudah sore.
Sebelum masuk kedalam rumah aku harus menyiapkan diri dengan memasang senyum terbaikku didepan Ibu, dan dengan riang aku memasuki rumah sembari mengucapkan salam dan mencium tangan Ibu dengan sayang.
“Baju kamu kenapa kotor sekali Sya?” tanya Ibu ketika kami sedang duduk diteras rumah
“Tadi Asya pas main ga sengaja terjatuh Bu, makanya baju Asya jadi kotor begini, maaf ya Bu, nanti pasti Asya cuci bajunya sampa ibersih” – tolong maafkan Asya yang berbohong Bu-. Ibu tersenyum dan mengelus rambutku dengan sayang dan membawa ku kepelukanya yang hangat. “Tidak usah,biar Ibu saja yang cuci baju kamu, sekarang kamu cepat mandi sana, badan kamu bau asem” Aku cemberut mendengar perkataan Ibu dan dibalas dengan kekehan ringan Ibu. Dan Asya tidak tahu bahwa setelah kepergianya sang Ibu memandang sedih kearahnya.
Hari sudah berganti menjadi petang, setelah mandi dan menunaikan kewajiban ibadahku terhadap Tuhan, aku mengeluarkan buku pelajaranku, aku harus rajin belajar dan menjadi pintar demi Ibu, demi masa depanku kelak, aku ingin membuat Ibu bangga memiliki anak sepertiku,aku ingin Ibu bangga melihat anaknya menjadi anak yang pintar dan menjadi sukses dimasa depan, aku tidak mau terus menerus menjadi beban untuk Ibu,meskipun aku sangsi bahwa Ibu menganggapku sebagai bebannya. Setelah mengerjakan pekerjaan rumah dan belajar untuk ulangan akhir semester esok hari, aku membuka lemari dan mengambil celengan ayamku yang sudah setahun ini menemaniku, aku ambil uang dua puluh ribu hasil tadi siang dan menaruhnya kedalam celengan, aku memeluk celengan itu. Dua hari lagi tangggal 17 Agustus, hari kemerdekaan Negara ini dan hari kelahiran Ibu. Aku ingin mempersembahkan sesuatu untuk ibu.
Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam,- pasti Ibu sudah tidur – ucapku dalam hati, merasa haus aku keluar kamar menuju dapur dan sayup sayupaku mendengar suara tangisan yang lirih, suara itu berasal dari kamar Ibu,dengan langkah pelan aku menghampiri kamar Ibu yang pintunya tidak tertutup sepenuhnya, aku terenyuh melihat Ibu sedang menadahkan tangannya berdoa sehabissholat, jantungku bergemuruh mendengar doa yang Ibu panjatkan.
“Ya Allah, terimakasih karena Engkau telah memberikan aku buah hati yangbegitu mencintaiku, walaupun aku belum bisa memeberikan kehidupan yang layakuntuknya tapi dia tidak pernah sekalipun mengeluh kepadaku akan keadaanya, lindungilah anakku dalam setiap pijaknya dibumi Mu, sehatkanlah anakku, lancarkanlah urusanya baik didunia maupun di akherat kelak, jadikanlah ia anak yang berguna bagi nusa dan bangsa, bimbinglah ia menuju ridhoMu. Sembuhkanlah luka dihatinya. Aamiin”
Aku segera memeluk Ibu dan menangis dipangkuannya, Ibu sedikit terperanjat akan kehadiranku yang tiba tiba, tapi Ibu adalah Ibu, orang yang menyayangiku melebihi apapun, Ibu menjadi sosok yang tegar ketika Ayah pergi dengan wanita lain dan menolakku sebagai anaknya, tapi Ibu tetap tersenyum meskipun aku tahu didalam hatinya ia merasakan sakit yang teramat sangat. Aku membenci Ayah yang tega membuat Ibu seperti ini,tapi Ibu dengan sabar mengajariku bahwa tidak baik memendam kebencian apalagi kepada Ayah. Aku berjanji akan membahagiakan Ibu dan aku akan membuat Ayah menyesal karena telah membuang kami, rasa benci itu memang perlahan pudar tapi rasa sakit yang Ayah torehkan masih membekas dihatiku.
Pagi harinya aku membawa gorengan yang Ibu siapkan untuk aku jual disekolah, aku tidak malu sedikitpun, bahkan aku tidak perduli jika banyak teman temanku yang menghujatku karena aku miskin,tapi lagi dan lagi Ibu mengajarkanku untuk tidak membalas segala perkataan menyakitkan mereka, Ibu pernah berkata “Kalau kamu mau membalas mereka jangan dengan menghujat mereka balik nak, itu sama saja kamu seperti mereka, tapi kamu balas mereka dengan kesuksesanmu kelak”.
Maka dari itu aku belajar dengan tekun sampai aku mendapatkan beasiswa dan bisa bersekolah disekolah terbaik ini tanpa menyusahkan Ibu dengan mengeluarkan uang. Ibu hanya seorang buruh cuci tapi aku tidak merasa malu akan hal itu, karena bagiku pekerjaan yang Ibu lakukan itu Halal dan tidak menentang syariat Agamaku.
Ketika bel Istirahat berbunyi aku berkeliling dari kelas ke kelas lain untuk menjajakan daganganku. Alhamdulillah, hari ini gorengan Ibu habis terjual. Dan aku kembali kekelas untuk memakan bekal yang disiapkan Ibu tadi pagi, bekal yang sangat sederhana,nasi putih dan tempe goreng, tapi aku menyukainya, dengan lahap aku memakan bekalku. Merasa diperhatikan, aku mengangkat kepalaku dan sekelebat melihat senyum tulus seseorang kearahku, namun begitu dia menyadari aku memergokinya mentapku dia segera merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin dan datar, Asya mengangkat bahu tidak perduli. Bel pulang telah berdering, sebelum pulang kerumah Asya pergi ke suatu tempat untuk membelikan hadiah untuk Ibunya yang berulang tahun besok. Ia tidak sabar menunggu hari berganti
Hari yang Asya tunggu pun tiba,hari ini hari Ulangtahun Ibunya, pun Hari kemerdekaan Indonesia,sekolah pun diliburkan setelah seminggu kemarin mengadakan ujian Akhir semester kelas 12 ini. Asya mengambil hadiah untuk sang Ibu yang telah ia bungkus dengan rapih. Dihampirinya sang Ibu yang tengah menyetrika baju.
“Dor” ucap Asya memeluk sang Ibu dari belakang hingga membuat Ibu berjenggit kaget. Sembari mengusap dada, Ibu ter kekeh “Kamu ini ngagetin Ibu aja Sya, untung Ibu gak punya riwayat penyakit jantung ya, kalo punya Ibu udah lewat” masih dalam tetap memeluk sang Ibu Asya merengut “Ih Ibu apaan sih kok ngomongnya gitu, Asya kan kangen sama Ibu, Ibu lupa sekarang hari apa?”
“Ketemu aja setiap hari nduk , masa iya segitu kangennya, alesan kamu aja itu mah, sekarang hari Rabu,nopo toh nduk?” Asya mencium pipi sang Ibu dan menuntun Ibu untuk duduk, di genggamnya tangan Ibu sembari berucap “Sekarang ini hari special Bu, hari kelahiran Ibu, Selamat Ulang Tahun Ibuku sayang, semoga Allah melindungi setiap langkah hidup Ibu” Asya menarik nafas sejenak karena liquid bening itu sudah turun deras kepipinya “Asya punya sedikit hadiah untuk Ibu” Asya menyodorkan kotak yang terbungkus rapih, Ibu menangis haru dengan tangan gemetar memegang kado itu, kemudian dibukanya kado tersebut dan Ibu semakin terisak. “Ini.. Ini.. kan.. kamu dapat ini dari mana nak?”Asya tersenyum “Iya Ibu, itu kalung dan cincin dari Almarhumah nenek yang dijual Ayah untuk membayar hutang judinya, sewaktu Ayah menjual kalung itu,Asya langusung ketoko perhiasan itu dan memohon kepada sang penjual untuk tidak menjual kalung dan cincin itu kepada siapapun, Asya berjanji akan membeli kalung dan cincin itu dari toko tersebut, Asya tau itu kalung dan cincin yang sangat berharga untuk Ibu, sepulang sekolah Asya mencari sampah minuman plastic untuk Asya jual dan menebus kembali kalung itu. Tolong diterima ya Bu, dan Maaf, Asya hanya bisa memberi Ibu ini untuk sekarang, dan kedepannya Asya berjanji akan membahagiakan Ibu dengan menjadi orang yang sukses” Ibu segera memeluk tubuh sang putri, mengucap syukur berkali kali kepada sang Pencipta, memang kehidupan mereka belum merdeka, mereka belum merdeka dari kemiskinan, tapi Asya memiliki cara sendiri untuk merdeka, merdeka dengan cinta yang ia punya untuk sang Ibu, Cinta yang memerdekakanya sampai sekarang menjadi sosok seperti ini. Dan hari ini adalah hari terbaik karena selain merayakan hari jadi Indonesia, Asya juga merayakan hari lahir Ibunda tercintanya.
“Mama, ayo pulang, ini udah mau magrib, tadi papa udah duluan kemobil soalnya adek nangis Ma” ucap seorang bocah lucu membawa Asya kembali pada realita, ia tersenyum menatap sang putra yang kini sudah berumur 5 tahun.
“Ayo sayang, tapi sebelum pergi,Bram pamit dulu dong sama nenek” Bocah kecil itu mengangguk dan berlutut disebuah makam “Nenek,Bram pulang dulu yah, nanti Bram kesini lagi buat jenguk nenek, Bram sayang sama nenek meskipun Bram ga inget wajah nenek, soalnya kata Mama, waktu itu Bram masih bayi. Dadah nenek, Assalamualaikum” Asya menghapus air matanya melihat Bram mencium pusara sang Ibu, kemudian Asya menuntun Bram menuju mobil diamana suaminya dan anak keduanya sudah menunggunya. Asya memeluk suaminya dan berkata dengan pelan “Terimakasih, sudah mendukungku sampai aku seperti ini, memberiku kebahagiaan dan cinta yang besar, terimakasih” Adnan,sosok pria yang kini menjadi suami Asya tersenyum tulus dan memeluk Asya lebih erat. Adnan, sosok yang sejak SMA sudah jatuh cinta dengan kesederhanaan Asya,dan mengambil langkah besar dengan meminang Asya setelah lulus dari universitas, mendatangi Ibu Asya dan mengatakan ingin menjadikan Asya sebagai pendamping hidupnya.
Dalam hati Adnan bersyukur memiliki Asya beserta keluarga kecilnya. Ia teringat ketika mendiang Ibu mertuanya memberikan wasiat kepadanya sebelum pergi. “Tolong kamu jaga Asya setulus hati kamu, sudah banyak selama ini beban dan penderitaan yang ia pikul sendiri, tolong merdekakan hatinya yang masih terjajah karena perlakuan Ayahnya dulu, hapuslah rasa benci itu dari hatinya, dukung dia selalu dalam setiap langkah hidupnya,berada disisinya,Ibu percaya padamu nak, Ibu titip Asya” dan perlahan ia tersenyum menatap pusara Ibu Asya. “Ibu, saya akan terus membahagiakan Asya selama hidupnya, Ibu beruntung memiliki Asya, yang berhasil mencapai mimpinya menjadi seorang pengacara muda yang bersih, yang membela kaum tidak mampu yang tertindas karena tidak adilnya hukum di Negri ini, Asya yang menyayangi Ibu melebihi apapun, Asya yang membalas hinaan teman temannya dulu dengan prestasinya yang gemilang seperti sekarang, dan hati Asya yang merdeka dari belenggu dendam karena cinta yang Ia punya untuk memaafkan sang Ayah, Ibu tenanglah disana, karena sekarang adalah tugas saya untuk membahagiakan anak ibu seumur hidupnya”
Dan desauan angin yang menerpa wajah Adnan adalah pertanda bahwa sang Mertua mendengar dan merestui perjalanan hidup Adnan dengan Asya beserta keluarga kecilnya. Setelah mengecup dahi Asya,mereka pun masuk kedalam mobil dan meninggalkan makam, mereka tidak melihat bahwa sedari tadi terdapat sosok sang Ibu yang berdiri dengan senyum memandang putrinya yang sudah bahagia, dan sosok itu menghilang bersamaan dengan desauan angin yang menerpa wajah Adnan.
THE END
-
17 Agustus 2016 pada 6:53 pm #98457NUMEYAPeserta
Asya benar2 anak yang sholeha ya.. idaman para orang tua..
Aku mah atuh bagaikan butiran debu dibanding dia huhuhu
-
18 Agustus 2016 pada 5:58 pm #98814lulusyifafPeserta
Mau dong punya temen saleh kayak begini. Biar kebawa saleh juga hahaha
-
21 Agustus 2016 pada 5:30 am #99825ashnaathariPeserta
Iya ya mbak numeya. Aku yang nulis juga apaa sih kalo dibanding si asya, aku mah cuma remah remah rempeyek huhu
-
-
20 Agustus 2016 pada 4:02 pm #99640yoonilee85Peserta
aduh saya netesin air mata ini. belum bisa jadi anak berbakti seperti asya.. :PATAHHATI
love this.. :yihaa
-
21 Agustus 2016 pada 5:33 am #99827ashnaathariPeserta
Alhamdulillah kalo suka , terimakasih mbak yoonilee
-
-
21 Agustus 2016 pada 5:31 am #99826ashnaathariPeserta
Ku juga mau punya temen kaya gitu mbak haha
-
21 Agustus 2016 pada 8:38 am #99882farahzamani5Peserta
Ya Allah pgi2 udah netesin aer mata baca cerita ini
Segala yg berhubungan dngn ibu, bikin saya merinding, bikin saya mikir lgi apa yg udah saya lakuin bwt ibu sampe saat ini, aduhh baperrr euyy hihi
Sebagai seorang anak pasti ingin membahagiakan ortuny terutama ibu, krna bnyk alasan knp kita harus melakukannya, alasan yg tdk dpt diuraikan meskipun dlm novel tetralogi sekalipun hihi
Semangat trs ya ka nulisnya
Mksh udah ksh cerpen yg bikin saya tmbh sayang sma ibu&tmbh pengen jdi anak sholehah kebanggaan ibu -
22 Agustus 2016 pada 7:07 am #100364ashnaathariPeserta
@farahzamani5 sama sama ya kak. Aamiin semoga bisa jadi anak soleh kebanggaan ibu . Aduh sini sini peluk dulu biar ga nangis lagi :cintakamumuach
-
22 Agustus 2016 pada 12:40 pm #100479dianisahModerator
MasyaAllah, perjuangan Asya luar biasa banget ya, berharap suatu hari aku bisa bahagiain keuargaku juga, sama kayak Asya. Amiin
Aku bahas sistematisnya sedikit ya, sesuai yg aku tau aja. Sisanya nanti dibahas sama panitia yg lebih ahli.. Hehe..
- pov-nya kurang konsisten, mayoritas pake pov1, tp ada dua part yg tiba2 ganti jadi pov3
- Tiap jeda adegan, sebaiknya dikasi tanda pemisah. Bisa pake simbol bintang (*) atau yg lain. Jadi pembaca bisa tau kalo adegannya ganti.
- Ada beberapa kali penggunaan kata yg kurang baku juga, kayak berfikir, itu yg bener tulisannya berpikir. Tapi ini masalah pengalaman sih, nanti makin lama pasti makin bagus. Hehe
So far so good, ayo belajar nulis sama2, aku juga lagi belajar kok. Hehe
-
22 Agustus 2016 pada 4:25 pm #100561ashnaathariPeserta
<p style=”text-align: left;”>@dianisah Aamiin kak. Terimakasih ka udah dibahas sistematisnya. Iya aku ngetiknya di word ka, udh aku pakein tanda (*) setiap ganti adegan, pas di post disini jadi berantakan gitu, ku bingung knp jadi berantakan huhu. Alhamdulillah terimakasih kalo bagus kak, ayooo kak, aku juga masih pemula banget ini kak hehe, masih harus banyak belajar</p>
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.