Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [DIRGAHAYU-RI] BIRD OF PARADISE
Di-tag: LombaCerpen
- This topic has 6 balasan, 4 suara, and was last updated 8 years, 3 months yang lalu by kanasa.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
20 Agustus 2016 pada 3:47 pm #99634kanasaPeserta
Author: naliezGenre: Roman
#LombaCerpen
BIRD OF PARADISE
Clouds come floating into my life, no longer to carry rain or usher storm, but to add color to my sunset sky. – Rabindranath Tagore
Zia bergegas menutup dan memberi palang di pintu rumah kaca, tempat dimana dia mengultur terumbu karang Acropora digitifera. Dia harus segera tiba di apartemen sebelum senja turun. Malam ini, badai topan terkuat dalam lima belas tahun terakhir diprediksi akan menghantam Okinawa, salah satu pulau di gugusan Kepulauan Ryukyu yang terletak di paling selatan Jepang, dimana dia tengah berjuang menyelesaikan disertasinya.
Dahi Zia sedikit mengernyit ketika menuju tempat parkir mobil. Dia mengamati bahwa warna air laut di lepas pantai masih secantik biasanya—emerald blue—dengan permukaan nyaris tak berombak. Angin pun berhembus lembut. Suasana yang sangat tenang sebelum badai.
Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Zia telah sampai di pelataran apartemennya. Dia menuju kamarnya di lantai paling atas gedung sambil bersenandung kecil. Langkahnya terhenti ketika mendapati Kana, sahabatnya, tengah berdiri di depan pintu apartemennya.
Wajah Zia seketika memucat melihat benda yang dipegang oleh Kana. Seikat bunga cantik. Bunga tersebut memiliki tiga sepal, kelopak bunga, berwarna oranye terang. Masing-masing kelopak tersebut memiliki petal, mahkota bunga, berwarna biru keunguan. Bunga tersebut melekat pada spatha, sejenis daun pelindung, berwarna hijau kemerahan yang berbentuk seperti paruh burung. Bunga Cenderawasih. Bunga bird of paradise.
Zia mendesah resah dalam hati. Dia berusaha menguasai emosinya. Malam ini dia akan kembali membutuhkan obat-obatannya.
‘‘Hai, Kana-chan! Ayo masuk. Tadi pagi aku membuat pizza blue cheese dan madu. Kau pasti suka,’’ Zia berusaha berkata dengan nada ceria, sembari membuka pintu apartemennya. ‘‘Aku juga punya banyak stok jus shīkwāsā.’’
Shīkwāsā merupakan sejenis buah citrus Okinawa. Rasa asam segar yang khas akan langsung menyeruak di mulut ketika kita meminumnya, karena buah ini hanya memiliki sedikit kandungan gula.
‘‘Kau baik sekali, Zia-san, tetapi aku harus segera pulang. Badai akan datang malam ini,’’ ucap Kana. ‘‘Oh ya, aku tadi mengunjungi ladang bunga milik pamanku di Pulau Yagaji. Kebetulan sekali beliau sedang panen, menyelamatkanya dari badai lebih tepatnya. Ini, aku membawa beberapa tangkai, pamanku memberikannya khusus untukmu.’’
Zia menerima bunga itu dengan tangan bergetar. Kana tidak pernah tahu kalau Zia membenci bunga itu. Membenci dirinya sendiri.
Kana sudah lama pergi, tetapi Zia masih berdiri di depan pintu, matanya menatap nanar bunga ditangannya. Zia menghela napas berat, menutup pintu, lalu dengan langkah terseok, Zia melangkah menuju kamarnya.
Zia meletakkan bunga itu di meja, lalu menatap laut dan langit yang mulai dipeluk kegelapan. Dia duduk melamun. Bunga itu mengingatkannya pada sesosok lelaki di masa lalu. Lelaki yang namanya tidak mau lagi dia sebut. Lelaki yang mengajarkanya rasa sakit akibat pengkhianatan, membuatnya melarikan diri sejauh ini, dan mengkonsumsi antidepresan dalam lima tahun terakhir.
***
Lelaki itu adalah orang pertama yang Zia kenal saat hari pertama perkuliahan sarjana. Rambutnya berdiri, mengingatkan Zia pada duri-duri landak. Matanya bersinar jahil setiap kali mulutnya bersuara. Lelaki yang sangat aneh, begitu pikir Zia. Sejak perkenalan itu mereka menjadi sangat dekat. Zia merasa lelaki itu bisa memunculkan sisi lain dalam dirinya. Zia menjadi lebih terbuka dan ekspresif. Zia yang naif, tidak menyadari ada warna yang terselip dihatinya seiring berjalannya waktu.
Setelah setahun saling mengenal, lelaki itu mengatakan bahwa dia menyayangi Zia. Lelaki itu pun seringkali membawakan Zia bunga bird of paradise, setelah Zia menceritakan bahwa namanya, Strelitzia reginae, berasal dari nama ilmiah sebuah bunga yang dikenal sebagai salah satu bunga paling cantik dan eksotis karena warna dan bentuknya yang mirip dengan Burung Cenderawasih. Akan tetapi warna hubungan mereka tetap seperti sepasang sahabat, karena lelaki itu tidak pernah meminta Zia untuk menjadi kekasihnya.
Ikatan diantara mereka merenggang ketika lelaki itu pergi mengikuti pertukaran pelajar ke Perancis. Lelaki itu mulai asyik dengan dunianya sendiri. Tak ada lagi waktu untuk Zia, sekeras apapun Zia berusaha menjalin komunikasi. Sampai akhirnya Zia mengetahui bahwa nun jauh disana, lelaki itu tengah menjalin kasih dengan seorang perempuan berkulit cokelat. Hati Zia patah.
Ketika lelaki itu kembali ke tanah air, dia kembali mencoba mendekati Zia. Hubungannya dengan kekasihnya ternyata tidak berlangsung lama. Zia berusaha menjauh, dia takut terluka lagi, Tetapi lelaki itu gigih mengejarnya kembali.
Suatu malam, lelaki itu datang kepadanya dengan membawa bunga bird of paradise, memohon untuk dimaafkan. Zia menyadari rasa sayangnya kepada lelaki itu begitu besar. Zia mengesampingkan luka dan ketakutannya. Memberi lelaki itu kesempatan kedua.
Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama dua kali, Zi.
Ternyata, janji hanya sekedar janji. Lelaki itu tidak pernah berubah. Dia kembali memberikan luka dan kali ini jauh lebih dalam. Diam-diam lelaki itu menjalin hubungan dengan perempuan bertubuh kecil, yang Zia ketahui merupakan adik kelas lelaki itu semasa SMA. Ketika Zia menanyakan kebenarannya, lelaki itu menjawab dengan tenang bahwa perempuan itu adalah kekasih hatinya, yang akan dia lamar bulan depan, setelah wisuda.
Hati Zia berdarah. Dan lelaki itu hanya berucap satu kata. Maaf.
Zia menjadi begitu marah dan benci, terutama terhadap dirinya sendiri, termasuk terhadap benda tak bersalah, bunga bird of paradise, bunga yang menjadi simbol dirinya. Dia merasa dibodohi. Rasa itu kemudian merusaknya dari dalam, sampai dia harus mengonsumsi antidepresan setiap kali dia kambuh.
Zia ingin pergi, tak tahan hidup berdekatan dengan lelaki itu. Sehingga ketika dia ditawari untuk melanjutkan pendidikan di Okinawa, tanpa pikir panjang dia langsung menyetujuinya. Dia berpikir mungkin disana hatinya akan sembuh.
***
Ketika Zia tersadar, malam sudah sangat larut. Kamarnya gelap karena aliran listrik telah terputus. Badai topan telah datang. Diluar sana, suara angin terdengar sangat keras seolah mengamuk, memukul-mukul jendela. Hujan pun telah turun sangat lebat, diiringi dengan kilat dan petir. Zia menyalakan senter, lalu mengambil buku hariannya dan mulai menuangkan isi hatinya disana.
Rain clouds come in the darkest night
Vanishing the beautiful moonlight
And as the drizzle comes
Tears flowing through your eyes
Listen, listen to the sound of the rain
Pouring your body with the deepest pain
Listen, listen to the sound of the rain
When everything‘s going in vain
Flashes of lightning loom up ahead
And thunder rampant in the distance
As the raindrops keep falling on your head
The warm-heart freezes over at a glance
Listen, listen to the sound of the rain
Pouring your body with the deepest pain
Listen, listen to the sound of the rain
When everything‘s going in vain
Hey, do you live your life like a refrain?
Tangan Zia tergetar, berhenti menulis, matanya terpaku pada kalimat terakhir yang dia tulis. Dia merasa tertohok, menyadari bahwa selama ini dia tidak pernah belajar dari masa lalu. Dia mengalami luka yang sama. Mengulang kesalahan yang sama. Sejak pertama kali lelaki itu menorehkan luka, dia tidak pernah benar-benar belajar untuk sembuh, sehingga ketika luka itu tertoreh kembali, dia jatuh dan hancur berkeping.
Kesadaran itu menumbuhkan tekad di hatinya. Dia harus sembuh. Dan untuk sembuh, dia harus melawan dirinya sendiri dengan berani, bukan malah lari dari kenyataan seperti yang selama ini dilakukannya.
Zia membuka laci meja belajarnya, mengambil botol obat antidepresan, dan melemparnya ke tempat sampah. Dia bersumpah untuk tidak akan kembali tergantung terhadap obat itu. Lalu dia bangkit dari duduknya, mengambil vas bunga, mengisinya dengan air, dan meletakkan bunga bird of paradise yang tadi sore dibawakan Kana untuknya. Zia mematikan senter. Dia menyadari bahwa bunga ini berkali lipat terlihat menawan dilatarbelakangi cahaya kilat. Dia merutuki kebodohannya yang sempat membenci bunga secantik ini.
Tetapi setidaknya, mulai saat ini, setelah badai berlalu, hati Zia merasa begitu tenang karena telah bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Tersenyum menyongsong masa depan.
END
-
24 Agustus 2016 pada 5:02 pm #101895famelovendaModerator
Ih sebeeeeeellll sama cowoknya. Brengsek banget. Cowok kayak gitu enaknya mah :ASAHPISAU2
Ga pantas dipikirin terus2n. Suk dengan endingnya ga memaksakan untuk ketemu dengan cinta yang baru tapi cukup dengan mulai melupakan dan bangkit :MAWARR
-
24 Agustus 2016 pada 8:29 pm #101948kanasaPeserta
@famelovenda cerita ini berdasarkan kisah nyata dengan sedikit bumbu sana-sini, jadi cowok dengan karakter kayak gitu beneran ada di dunia nyata looooh, hihi… Nyebelin banget emang :ASAHPISAU2Iyaaaa bener banget, sebelum nyari cinta yang baru, sebaiknya dimulai dengan damai dulu sama diri sendiri dan masa lalu, supaya gak ada unfinished business lagi. Tetapi, untuk sebagian orang nampaknya ini bukanlah hal yang mudah ya…
-
24 Agustus 2016 pada 8:46 pm #101960SitiIsmayaPeserta
Nyeeeeees banget bacanya, hiks kasian banget si Zia. Btw ini kisah author sendiri kah???
-
24 Agustus 2016 pada 9:42 pm #102041kanasaPeserta
@Sitilsmaya hihi iya, ini sebagian berdasarkan kisah pribadi aku, tapi alhamdulillah aku sih gak sampe minum antidepresan kayak si zia, cuma di php in bertahun2 aja, hihi :D. Semoga tulisan aku bisa jadi pembelajaran buat yg baca. Aamiin.
Tapi ternyata nulis berdasarkan kisah nyata juga susah ya, maklum masih newbie ini :D
-
27 Agustus 2016 pada 11:54 pm #103118farahzamani5Peserta
Tu cwo minta dimutilasi ehh
Apa diformalin aja biar awet sekalian ehh
Abisan keselllll, sumpah kesellll liat cwo kyk gtu, ga pny perasaan bngt, ga pny hati
Ehh knp jdi esmosi mlm2 ya hihi
Kadang sesuatu yg menyakitkan itu adalah ujian kenaikan kelas yg sangat sulit, tp ketika kita berhasil melaluiny dan mendpatkan nilai sesuai harapan, akan ada rasa bangga, puas dan senang yg tak terkira
Ehh saya nulis apa td hihi
Semangat trs ya nulisnya
Semangat semangat semangat-
28 Agustus 2016 pada 2:03 am #103134kanasaPeserta
@farahzamani5 hahaha iyah, jenis cowo tukang php emang suka bikin kesel, hahah…
Iyaaap bener banget, ujian di sekolah kehidupan emang lebih banyak tantangannya, tingkat kepuasannya juga beda.
Makasih semangatnya. Jadi pemacu biar aku bisa menulis yang lebih baik lagi. Mari budayakan membaca dan menulis ;)
-
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.