Melihat 2 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #98708

      Author : SriRahayuYayuk

      Judul : Bimbang

      Genre : Nothing ( Gak tahu ini masuk genre apa ?)

      Aku pandangin langit nan berselimut kelabu. Banyak awan gelap berarak mengikuti arah angin melaju, membuat hati mendadak di landa pilu jika mengingat masa lalu.

      *****

      Masih sangat jelas di ingatanku dimana aku hanya menghabiskan setiap hariku berada dalam rumah yang terkunci dari luar jika Ayah meninggalkanku sendiri di rumah. Mungkin orang yang tak tau, pasti mereka akan berfikiran Ayahku kejam dan tega, karena membiarkan anak perempuan yang pada saat itu baru berusia 18 tahun. Terkunci di dalam rumah seorang diri. Belum lagi dengan jendela yang bertralis dan berkaca gelap sehingga membuat orang luar tak mampu melihat ke dalam rumahku.

      Hmmt.. namun sayangnya Ayahku tak sekejam itu karena Ia selalu memastikan segala keperluanku terpenuhi sebelum meninggalkanku seorang diri di rumah.

      Namun tetap saja sebagai seorang manusia yang memiliki jiwa yang bebas. Aku sangat amat ingin menghirup udara segar di luar dan berinteraksi dengan teman sebaya maupun melihat pemandangan langit biru tanpa batasan seperti ini.

      Dan karena keinginanku itulah terkadang membuat Ayah naik pitam dan tak jarang sebuah tamparan atau pukulan akan Ia berikan kepadaku.
      sebagai hukuman karena aku tak mematuhi perintahnya.

      Ayah bersikap keras dalam mendidiku, sebab rumahku berada satu komplek dengan tempat dimana Para kupu-kupu malam yang sering menjajakan diri mereka kepada para Predator.

      Itulah yang membuat Ayahku memenjarakanku dalam sangkar emas ini.

      Karena ia merasa kwatir, jika aku nantinya akan terjerumus ke dalam lubang kenistaan apabila berinteraksi dengan mereka. Terlebih setelah kejadian tragis yang menimpa beberapa gadis di komplek ini. Membuat Ayah semakin mengetatkan penjagaannya terhadapku dengan menganti semua kaca jendela menjadi warna gelap, serta memasang CCTV di beberapa sudut di dalam maupun di luar rumah.

      Walaupun tak bisa aku pungkiri jika Ayahku bukanlah sosok manusia yang suci tanpa dosa. Karena pada kenyataannya aku tahu jika Ayahku pun pernah melapiaskan nafsunya di luar sana bahkan tak jarang Ayahku pulang dalam keadaan mabuk tak jarang jika sedang sial, Ayah akan dengan ringan tangannya memukulku. Meski tak memakai senjata tetap saja pukulan tersebut dapat mengukir lebam di beberapa bagian tubuhku yang kena pukul.

      Tepukan di pundaku menyadarkanku dari lamunan yang sebelumnya memenjarakanku,
      tak perlu menolehpun aku tahu jika Ayah yang melakukannya karena memang hanya aku dan Ia yang berada di ruang tamu kami, mendiskusikan ah salah bukan mendiskusikan tetapi pemaksaan karena Ayah tak mau mendengar apapun bantahan dan penolakan dariku.

      “Hayu perlu waktu yah.. untuk mempertimbangkan perjodohan ini”

      “Tak perlu lagi kau pertimbangkan perjodohan ini… karena dengan atau tanpa persetujuan darimu Ayah akan tetap menikahkanmu dengan nak Bagas !”

      “Tetapi, Hayu kan masih terlalu muda Yah untuk menikah, lagi pula Mas Bagas itu…”

      “Sudahlah.. Ayah tak mau mendengar penolakan lagi darimu! kamu taukan nak Bagas adalah putra sulung dari Pak Kyai Hasan dan menurut Ayah dialah laki-laki yang pantas menjadi suamimu! karena di usianya yang baru 26 tahun, bertanggung jawab dan bijaksana. Ia akan mampu menjadi imam yang baik untukmu”

      Mendengar nada final dari Ayahpun aku hanya mampu menundukan kepalaku tanpa berani berkata apa-apa lagi.

      Dalam hati aku hanya merutuki ketidak perdayaanku melawan perintah dari Ayah. Mau membantahpun rasanya percuma, mengingat watak keras Ayah jika sudah memutuskan sesuatu.

      Dalam diamku sembunyikan segala rasa sesak dan sakit yang menyesakan dada. Kutatap lantai ruang tamu nanar, dengan kedua tangan yang saling meremas di atas pengkuanku dan kugigit bibir bagian dalamku demi menahan tiap buliran krital bening di pelupuk mata.

      Andai saja aku punya keberanian, aku ingin memberontak dan terlepas dari semua tali nan menahanku.  Untuk sekali saja dalam hidupku. Aku ingin memiliki Kemerdekaan dalam mencintai dan memilih calon imamku sendiri. Karena selama ini apa yang aku jalani atas dasar keinginan Ayah, bahkan aku pun tak di beri kebebasan memilih jalanku sendiri.

      Terlebih jika mengingat sosok pria yang Ayah bilang, Dia adalah calon suami terbaik untukku, telah memiliki seorang kekasih atau bisa di bilang calon istri pilihannya sendiri.

      Mana mungkin aku tega memisahkan dua orang yang saling mencintai, menjadi duri dalam hubungan mereka.

      Aku tak mampu membayangkan bagaimana kehidupan rumah tanggaku nanti jika menikah dengan seorang pria yang telah menambatkan hatinya pada wanita lain.

      Namun jika aku menolak belum tentu Ayah akan menerima alasanku dan malah membuatnya kecewa.

      Mengapa permasalahan ini begitu pelik, tak adakah jalan bagiku terbebas dari keadaan serba salah ini.

      Setelah kepergian Ayah dari ruang tamu, aku pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk wudhu dan menjalankan kewajiban sebagai umat muslim.

      Dalam sujud dan rukukku, aku berdoa pada yang Maha Pencipta agar aku di berikan kekuatan dalam menghadapi segala ujian ini.

      ****

      2 hari setelah perdebatanku dengan Ayah, Ayah mengajaku ke rumah Pak Kyai Hasan untuk membicarakan perihal perjodohanku dengan Mas Bagas.

      Saat ini kami telah berkumpul di rumah Pak Kyai Hasan, lebih tepatnya di ruang tamu yang lumayan luas dengan dinding bercat biru laut serta meja kaca dan sofa yang berwarna senada dengan cat dinding. Kini telah penuh di duduki oleh beberapa orang yang turut hadir di acara ini.

      “Rudi.. bagaimana dengan perihal perjodohan ini? apakah kamu sudah membicarakannya dengan anak gadismu ini….” Tutur pak Kyai Hasan pada Ayahku seraya melirikku yang kini tengah duduk di sofa di hadapannya.

      “Sudah Pak Kyai… dan putri saya tidak keberatan sama sekali dengan perjodohan ini”

      Tanpa perlu melihatpun aku tahu kini Ayahku tengah tersenyum, dan setelah itu, tak ada satu pun obrolan mereka yang mampu aku cerna karena kini fikiranku tengah melayang kemana-kemana membayangkan nasib pernikahanku kelak.

      “Asslamu’alaikum…” suara seorang pria dari arah pintu depan mengintruksi obrolan  Ayah dan Pak Kyai yang membicarakan perihal rencana perjodohan ini.

      “Walaikumu’salam Wr.Wb” jawab kami seraya menengok untuk melihat siapa gerangan yang bertamu ke rumah Pak Kyai saat ini.

      “Dirgaaa.. Ya Allah nak kenapa kamu pulang ndak bilang-bilang… Bunda kan bisa jemput kamu di Bandara nak…”

      “hahaha… bukan kejutan dong bun namanya kalau Dirga bilang-bilang…?”

      Deg Deg Deg

      Jantungku berdebar-debar amat kencang seakan-akan ia meronta ingin terbebaskan ketika pandangan mata kami pertemu.

      Dia

      Dia benar Dirga kan? Pria dengan kemeja biru laut yang lengannya ia gulung sampai siku dan rambut yang sedikit bratakan karena perjalanan jauh itu benar-benar dia kan?

      Rasanya aku sulit mempercayai hal ini, sebab kabar terakhir yang aku dengar, Dirga kini tengah bekerja dan menetap di Jakarta dan katanya tak akan kembali lagi ke kota  ini.

      Namun mengapa sekarang dia ada disini ?

      Apakah dia pulang karena mendengar kabar tentang rencana pernikahanku dengan Abangnya?

      Entah mengapa jika mengingat aku akan menikah dengan pria selain dia, membuat hatiku sakit serasa di tusuk oleh ribuan jarum tak kasat mata.

      Karena meskipun kami telah berpisah lebih dari dua tahun, perasaan cinta ini tak pernah berkurang sedikitpun, yang ada justru tumbuh semakin subur akibat rasa rindu yang membaluti hatiku.

      Mas Dirga adalah teman mainku sedari kecil usiaku dengannya terpaut 5 tahun, ia adalah sosok yang aku kagumi, karena bagiku ia adalah Pahlawan yang memberikan aku kemerdekaan dalam menghirup udara bebas dan menatap indahnya langit biru tanpa batasan, entah bagaimana caranya ia membujuk Ayahku sehingga mengijinkanku bermain maupun pergi entah kemana bersamanya asalkan sebelum sore menjelang kami telah tiba di rumah kembali. Seiring berjalannya waktu tanpa aku sadari rasa kagum yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta. Di mana jantungku akan berdebar begitu cepat dan wajahku akan selalu merona bila di dekatnya.

      Melihatnya berada di sini, membuat secercah harapan akan memperjuangkan kebebasanku demi untuk meraihnya bersinar di depan mata.

      ****

      #LombaCerpen

    • #99601
      farahzamani5
      Peserta

      Haii ka
      Yahhhhh akhirnya mana nih ka, lanjutkan lanjutkan lanjutkan hihi
      Bnyk pertanyaan yg blum terjawab ka
      Knp hayu pisah sma dirga?
      Gmn perasaan dirga klo tau hayu mau dijodohin sma abang ng?
      Akankah mereka berdua berjuang untuk kemerdekaan cinta mereka?
      Nahh kan, ka yayuk tanggung jwb ni bikin saya penasaran hihi

    • #99989
      yoonilee85
      Peserta

      banyak pertanyaan yg timbul. gantung banget ini mbak.. kepo saya jadinya..  :BAAAAAA

Melihat 2 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.