Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat Forum Forum Kepenulisan (DIRGAHAYU-RI) BEBASKAN AKU MEMILIH.

Melihat 34 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #97819
      RositaAmalani
      Peserta

      Author : Rosita Amalani

      Genre : Romance

      #LombaCerpen

      “Seefa, Ayah akan jodohkan kamu dengan anaknya teman Ayah. Kebetulan putranya sedang mencari istri. Anaknya sopan dan tampan, kriteria calon suami potensial, pekerjaannya mapan. Kamu sebaiknya jangan menolak perjodohan lagi kali ini.” ucap ayah sambil meneguk secangkir kopi hitamnya. Aura perintah yang tidak dapat di tolak oleh siapa pun bahkan oleh aku anaknya sendiri.

      Aku tentu saja tidak terima akan keputusan sepihak itu, “Tapi Ayah, aku  masih ingin bekerja dan berkarier tinggi,” bantahku cepat. See…  topik pembicaraan inilah yang selalu aku hindari. Lagi-lagi soal perjodohan karena tidak tahan anak gadisnya perawan tua. Padahal umurku sendiri tidak tua-tua amat. Masih 29 tahun, lagi pula apa salahnya bila seorang wanita belum ingin menikah di seumur itu dan lebih  memilih karier terlebih dahulu dibandingkan menikah? Aku masih ingin sendiri dan aku ingin bebas memilih dengan siapa aku akan memberikan cintaku. Merdeka dalam mencintai seseorang, siapa pun itu.

      “Ingat, Seefa, umur wanita itu untuk melahirkan tidak lebih dari 35 tahun, nak, kalau umurmu nanti sudah lewat bagaimana Ayah dan Ibu akan bisa punya cucu buat ditimang? Ibu sudah iri dengan teman-teman Ibu yang ke mana-mana membawa cucunya jalan-jalan. Padahal anak gadis Ibu ini cantik dan sholeh masa sih kamu tidak ada yang suka? Teman kantormu juga tidak ada yang menarik untukmu, masa sih, Nak?” Ibu juga mulai bersuara.

      “Teman kantorku suami orang semua, Buk. Ibu mau anak Ibu yang cantik ini jadi istri kedua orang?” kataku kesal. Pasti sekarang bibirku sudah maju lima sentimeter karena cemberut. “Sudah ah, Seefa mau tidur.” Aku bergegas bangkit sambil menyeret sandal rumahku masuk ke dalam kamar.

      “Heii anak ini, diajak ngomong penting malah minggat!” seru ayah lagi.

      Kujawab gerutuan Ayahku dengan menutup pintu kamar dengan sedikit bantingan keras. Zaman sekarang yang aku pikir sudah canggih ini ternyata tidak diikuti oleh pikiran canggih juga; tidak ada lagi yang namanya perjodohan, bebas menikah kapan saja, bebas mau dengan siapa kita akan menikah, bebas mencintai. Bukan masalah umur. Ternyata karier yang tinggi tidak bisa menghilangkan pandangan miring kalau wanita belum menikah di usia matang artinya tidak laku.  Aku menghela napas. Bukannya aku tidak memikirkan ini sebelumnya, bahkan selalu menjadi pikiranku setiap hari. Aku ingin menikah juga, tetapi aku memegang prinsip tidak akan berpacaran. Kalau memang jodoh pasti akan bersama apa pun caranya. Aku bebas memilih prinsip itu sesuai keinginanku, bukan karena aku sok suci tetapi aku memberi kesempatan bagi diriku sendiri untuk berkembang dan terbang tinggi, melihat dunia dengan bebas sesukaku sebelum suatu saat nanti hal tersebut menjadi berbatas kelak. Lebih  baik aku tidur memikiran persoalan perjodohan membuat kepalaku sakit, besok harus lembur bersama asistenku, Restu.

      ****

      Aku mencoba men-starter mobilku, tetapi sama sekali tidak mau menyala, mesinnya batuk-batuk. Aku teringat dengan  jadwal service mobil ini sudah lewat karena kesibukanku, sudah hampir enam bulan mungkin. Aku keluar dari dalam mobil, membuka kap mobil mencoba memeriksa mesinnya, tetapi percuma, aku adalah tipe orang yang hanya bisa memakai mobil tapi bodoh dalam soal mesin dan perawatan. Aku mengembuskan napas resah, cuaca sore ini sepertinya akan turun hujan dan Si Merah malah ngambek jalan. Si Merah julukanku untuk mobil kesayanganku ini. Parkiran mobil sudah sepi, semua sudah pulang, aku baru selesai lembur bersama asistenku menyelesaikan laporan keuangan kantor.

      “Bu Seefa, mobilnya mogok?”

      Aku menoleh cepat karena kaget akan sapaan itu. “Restu … thanks, God,“ aku bernapas lega. “Iya nih tidak mau nyala. Bagaimana mau pulang kalau begini? Mana hujan mau turun lagi,” gerutuku sambil berkacak pinggang memandang nelangsa pada mesin mobil.

      Restu tersenyum lembut menenangkan seperti biasanya. Restu Adlan, asistenku ini seorang pria yang usianya setahun di bawahku. Pria tenang dan kalem, tetapi tanpa dia mungkin aku akan kewalahan mengerjakan semua laporan-laporan itu. Sosoknya yang sederhana, bermata teduh, dan kalau mengobrol dengannya selalu nyambung. Tak jarang kami mengobrol sambil bekerja tentang apa saja sampai jam lembur berakhir, kecuali gosip. Sebab Restu terlihat tidak antusias kalau membicarakan orang lain. Terkadang dia menjadi tempat pelampiasan kekesalanku pada atasan dan Restu selalu mendengarkan. Untuk itulah aku malas berganti asisten karena Restu sudah pas dengan sifatku yang pemarah dan moody.

      “Biar saya periksa mesinnya, Bu,” kata Restu lagi. Lalu dia sedikit mengotak-atik mesinnya. Entah apa yang dia lakukan, tetapi sesaat kemudian aku lihat Restu menghidupkan mesin mobil itu dan Walahhhh Si Merah nyala lagi!

      “Wah kamu mengerti soal mesin mobil juga ya, Restu?” kataku kagum.

      “Hanya sedikit, kebetulan paman saya punya bengkel mobil. Jadi saya sedikit belajar dari beliau. Nah, Ibu bisa pulang sekarang,” kata Restu sambil menutup kap mobil, lalu  membersihkan tangannya dengan saputangan miliknya. Lalu Aku lihat dia bersiap akan pergi.

      “Restu!” panggilku, “mau aku antar pulang? Kamu naik kendaraan umum kan? Sekalian aku lapar kita makan dulu, ya?” tanya beruntun.

      Restu terdiam lalu menjawab, “Makasih, tetapi maaf Bu Seefa, tidak enak merepotkan Ibu,” kata Restu sopan seperti biasa.

      “Tidak apa-apa. Sebagai tanda terima kasihku karena sudah memperbaiki Si Merah,” jawabku dengan penuh harap. “Ayolah, Restu, kok sungkan begitu sih sama aku, ini bukan jam kantor.” Aku berharap dalam hati dia akan menerima tawaranku.

      Restu terlihat menaikkan alisnya sebelah seperti kebiasaannya yang sering aku perhatikan, tanda dia sedang berpikir, “Baiklah, Bu,” jawab Restu akhirnya.

      Tidak lama kemudian  kami mengobrol seperti biasa sambil makan. Restu seperti bukan asistenku: dia seperti teman, kakak. Kakak? Iya seperti kakak karena sifatnya yang dewasa jauh dariku yang masih suka emosi. Mungkin karena dia anak tertua dan memikul tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga membuatnya dewasa. Sekarang aku dengar adik-adiknya sudah mandiri dan punya pekerjaan masing-masing. Sedikit aku tahu tentang keluarga Restu dari obrolan santai kami, begitu juga sebaliknya. Kedekatan yang tidak biasa antara kami bagi orang lain, bagiku sih biasa saja.

      “Saya dengar Bu Seefa dijodohkan?”

      “Heh tahu dari mana? Tidak biasanya kamu mau dengar gosip?” Aku sibuk dengan kentang gorengku.

      “Tidak sengaja dengar dari teman lainnya,” jawab Restu terkesan ada yang disembunyikannya.

      “Yah begitulah orang tuaku, Mereka kira dengan dijodohkan, aku akan dapat suami yang sesuai kemauan mereka, dan pasti akan bahagia. Aku tidak suka. Menikah itu karena cinta bukan karena perjodohan. Yah kalau cocok, kalau tidak yang ada hanya derita sampai mati, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi.”

      Restu terkekeh, dia menatap wanita manis dihadapannya ini dengan geli,  “Benar sekali, wanita sekarang ini punya kebebasan memilih pria mana yang dia suka dan dia cinta.”

      “Aku hanya menunggu pria yang berani melamarku langsung. Bukan mengajak pacaran. Mungkin karena itulah para pria yang mau mendekatiku pada kabur. Karena aku menantang mereka untuk menikahiku bukan mengajakku pacaran, kalau mereka menolak itu tandanya tidak serius.”

      “Kalau saya yang melamar, apa Ibu mau?”

      Aku langsung tersedak makananku, hampir saja isi mulutku keluar semua. Restu berani mengatakan itu semua padaku.

      “Ibu tidak apa-apa?” tanya Restu khawatir, sambil menyodorkan tisu.

      “Apa katamu tadi?”

      “Ah maaf saya hanya keceplosan. Lupakan apa yang saya katakan tadi.” Wajah Restu memerah karena malu.

      “Siaran ulang perlu bagi yang tidak mendengar. Katakan lagi.” Aku mulai memaksa.

      “Yah begitulah,” Restu menggaruk kepalanya. “kalau Ibu mau dan tidak berkeberatan dengan pria sepertiku yang sama sekali bukan kriteria ibu. Apa Ibu mau menerima lamaranku?” Dan wajah Restu makin memerah mungkin sudah ke akar rambutnya. Lucu sekali wajahnya.

      Sedangkan aku hanya bisa bengong. “Seefa. Panggil aku Seefa saja.” kataku selanjutnya sambil tersenyum pada Restu.

      Begitulah Restu menemui ibu dan ayahku untuk melamarku. Tentu saja dengan kesediaanku untuk menikah dengannya. Restu menyukaiku sudah lama, tetapi karena aku adalah atasannya dan kami sungguh jauh berbeda, dia memilih diam tidak mengatakan apa pun karena merasa rendah diri. Aku yang  dari segi penghasilan dan pendidikan jauh di melebihinya membuatnya minder. Aku sama sekali tidak mengira kalau Restu punya perasaan lebih padaku, melihat sikap dia yang terkesan biasa saja. Bagaimana denganku? aku rasa sangat mudah untuk jatuh cinta pada pria seperti Restu.

      Tapi tentu saja ayah menentangnya dengan keras. Selama ini ayahku  tidak pernah mendengar kalau  aku memiliki kekasih atau mengenal Restu sebelumnya.  Apalagi mendengar dari segi jabatan maupun jenjang pendidikan Restu di bawahku. Restu hanya lulusan S1 berbeda denganku. Tapi, aku menerima lamarannya tanpa ragu sama sekali dan  yang paling penting Restu menyayangiku dan mencintaiku. Itu saja.

      “Mau dikasih makan apa anak gadisku nanti? Lihatlah dirimu, bahkan mungkin gajimu bekerja jauh di bawah anakku ini, bahkan mungkin tidak mencukupi untuk membeli pakaiannya, ” kata ayahku dengan sadis.

      Restu hanya terdiam terlihat rahangnya bergerak-gerak menahan emosi.

      Aku langsung menyela, “Ayah, itu semua akan kami atasi bersama,” kataku lagi.

      “Tidak akan aku setujui!” jawab Ayah lalu pergi begitu saja meninggalkan kami berdua dengan saling pandang penuh kekecewaan.

      “Maafkan ayahku, Restu.” Suaraku tercekat ditenggorokan. Sakit .

      “Sudahlah jangan nangis, Seefa, nanti aku akan kembali lagi. Minta izin lagi untuk memintamu,” ucap Restu sambil menepuk tanganku dengan lembut. Selalu begitu, Restu terlalu sabar. Dan aku semakin mencintainya.

      Sekali lagi datang,  Restu masih di tolak bahkan dia di intrograsi habis-habisan oleh ayahku. Tentang keluarga, tentang apa yang dia persiapkan untukku dan lain-lainnya. Walau sudah begitu masih juga ayah tidak rela. Karena baginya kemapanan tinggi harus dimiliki bagi yang mau menikahiku.

      Dan hari ini ketiga kalinya. Dan saatnya aku yang berhadapan dengan ayahku bukan Restu, tekadku sudah bulat sekarang.

      “Tapi Seefa, dia jabatannya lebih rendah darimu. Gajinya juga di bawahmu. Mau jadi apa pernikahan kalian kalau calon suamimu itu hanya pegawai rendahan biasa? Apalagi dia hanya asistenmu! Yang notabenenya anak buahmu! Apa kata orang-orang nanti? ” ucap Ayah dengan keras. Adu mulut mulai.

      “Ayah! Aku mencintainya. Restu pria baik-baik, agamanya juga bagus. Jadi buat apa aku memikirkan semua segala sesuatu soal jabatan dan soal gaji? Untuk apa mengkhawatirkan pendapat orang lain ? Yang menjalaninya adalah aku, Ayah. Bukan mereka.”

      “Tapi apa dia bisa membahagiakanmu? Kamu yakin? Ibu ragu, kalian sungguh berbeda dari soal pendidikan dan pekerjaan. Kamu tidak malu punya suami yang kurang segalanya darimu? Lihat dirimu kamu cantik, kamu pintar, kenapa tidak mencari pria yang lebih pantas denganmu” Ibu mulai menatapku khawatir.

      “Untuk apa aku harus malu, Ayah, Ibu? Pasangan yang tidak enak dilihat, belum tentu tidak pantas bersama. Aku merdeka untuk mencintainya, aku bebas memperjuangkan cintaku. Karena Restu adalah pria pilihanku. Tolong ijinkan kami menikah, Ayah, Ibu. Dari sini aku akan berusaha menjalani semuanya bersama Restu.”

      Ayahku menghela napas panjang, “Tekadmu sudah bulat rupanya. Baiklah, tapi awas kalau terjadi apa-apa pada pernikahan kalian, Dan kamu Restu,” ucap Ayah kemudian dengan nada keras. “Kalau terjadi apa-apa dengan anakku, kamu duluan akan aku jadikan umpan pancing ikan.” Ayah mendengus lalu pergi ke kamarnya.

      “Terima kasih Ayah, Ibu.” Airmataku langsung tumpah, menangis karena gembira. Aku yang selalu hidup demi diriku sendiri tanpa repot oleh orang lain. Kini harus rela berjuang demi bersama orang lain. Kamu tahu? itu sungguh menyenangkan dan membuat lega. Aku menoleh pada Restu, kulihat dia sedikit mengusap ujung matanya dengan punggung tangannya. Restu menangis juga.

      ****

      Aku tersenyum pada Restu yang duduk di sebelahku. Senja mulai datang secara perlahan,  kami berdua duduk menikmati sore yang tenang  di teras belakang rumah mungil milik kami, dengan tangan saling menggengam hangat.  Rumah sederhana yang dibeli Restu dengan mencicil dari uang gajinya. Dia menolak bantuan uang dariku untuk membantu melunasinya. Dia mengatakan ingin membahagiakanku dengan jerih payahnya sendiri walau tidaklah besar. Itu adalah tanggung jawabnya sebagai suami. Aku tidak menyesal telah memilih dia sebagai pendampingku.

      “Aku mencintaimu,” ucap Restu padaku diiringi senyum khasnya yang selalu bisa membuatku tenang.

      Ternyata perkataan dan kekhawatiran orang tuaku sama sekali tidak terbukti. Restu juga sangat menjagaku dan selalu berusaha menyenangkanku. Aku sekarang merasa bahagia dikaruniai suami seperti Restu. Buktinya Ayah sekarang malah tampak akrab dengan Restu. Hobi keduanya yang suka memancing ikan menjadikan mereka semakin dekat. Aku baru tahu kalau Restu ternyata punya hobby sama dengan ayahku. Ternyata kemerdekaanku dalam memilih orang yang aku cintai tidaklah buruk. Selama aku bisa mempertanggungjawabkan semua pilihan yang  kuambil apapun resikonya.

      END

    • #97822
      Author2
      Keymaster

      Emosi naik turun bacanya, apalagi pas bapa ibunya menentang karena Restu dianggap kurang segalanya, ikutan emosi krn kasihan ama Restu

      Tp stigma di masyarakat meskipun masih modern seperti ini tetap saja masih membawa hal-hal di atas, seperti anak perempuan dikejar2 menikah supaya engga jadi perawan tua, seperti orang tua yg masih pegang teguh bibit bobot bebet kalo menilai calon anaknya dsr

       

      Pokoknya, Restu aku padamu  :aaaKaboor

       

       

    • #97823
      Author2
      Keymaster

      Emosi naik turun bacanya, apalagi pas bapa ibunya menentang karena Restu dianggap kurang segalanya, ikutan emosi krn kasihan ama Restu

      Tp stigma di masyarakat meskipun masih modern seperti ini tetap saja masih membawa hal-hal di atas, seperti anak perempuan dikejar2 menikah supaya engga jadi perawan tua, seperti orang tua yg masih pegang teguh bibit bobot bebet kalo menilai calon anaknya dsr

       

      Pokoknya, Restu aku padamu  :aaaKaboor

       

       

    • #97824
      Autumn_Ai
      Peserta

      huaaa mak eh, moga menang

      yeyeyeye lalalala

      yeyeyeye lalalala

      :goyangasoi :goyangasoi  :goyangasoi

    • #97825
      NolanDzeta
      Peserta

      Yeee akhirnya di restui.

      merdekaaaa!!!  :goyangasoi  :goyangasoi  :goyangasoi

    • #97889
      carijodoh
      Peserta

      merdekaaaaaa!!!

      bagus makkkkk

      ampe kebawa emosi hahha

    • #97946
      hujanpetir
      Peserta

      jodoh quu maunya quh dirimuuuu….

      aduuhai bgt ini kak ros  :YYYHULAHULA  :YYYHULAHULA  :YYYHULAHULA

    • #97949
      famelovenda
      Moderator

      Merdeka!!!!

      Pengen baca yang lebih panjaaaang. :YYYPATAHHATI

    • #97992
      RositaAmalani
      Peserta

      @author2 makasih commentnya. Restu pria idaman wkakka :aaaKaboor


      @Autumn_Ai
       lalala yeyyeyye thanks ya


      @NolanDzeta
      merdekaaaa!


      @carijodoh
      hahah makasih


      @hujanpetir
        :YYYNGEBET  sy yg bikin jd senyum geje wkkw


      @famelovenda
      buset yg ini bikinnya ngos-ngosan mau minta panjang wkwkw :xxxPingsan

    • #98226
      Author4
      Keymaster

      Hari ini author akan melakukan tugas dari mimin yaitu membaca semua naskah cerpen yang masuk dan memberikan komentar hehehe, author akan baca satu persatu cerpen di waktu senggang selama seharian ini hehehehe

      Sekali lagi author tidak akan membahas masalah teknis karena itu bukan keahlian author. Author akan membahas dari sudut pandang pembaca awam yang suka menikmati cerita.

      Rapi. Itu yang pertama terlintas di benak author ketika membaca cepat cerpen ini untuk kali pertama sebelum kemudian membaca ulang secara terperinci untuk kedua kalinya.
      Penyusunan kalimatnya rapi, cara penulis menarasikan percakapan masing-masing tokohnya juga terasa begitu alami, hingga apa yang digambarkan penulis di sini bisa tervisualisasi dengan mudah dalam benak masing-masing pembaca.

      Rapi di sini juga dalam hal penyusunan struktur cerita, penulis dengan sabar menceritakan latar belakang tokoh utama lebih dulu berikut permasalahan yg mengganggunya, dimana nantinya permasalahan di awal ini akan menjadi batu pijakan untuk konflik berikutnya yang susun menyusun dengan bagus sampai dengan ending kisah.

      Penulis juga menyelipkan stigma di masyarakat menyangkut bibit bobot bebet dan juga stigma gender perempuan yang dikejar menikah karena usia, plus stigma lelaki mapan yg harus lebih segalanya dr pihak perempuan ( pendidikan, pekerjaan, umur, kekayaan, status keluarga) supaya bisa memenuhi kriteria calon suami idaman. Seluruh stigma ini mungkin terdengar kuno tapi pada kenyataannya masih berlaku di masyarakat sekarang.

      Mengenai penokohan, penulis juga berhasil menciptakan empati, ikatan emosional antara tokoh dalam cerita dengan pembacanya. Kita digiring untuk bersimpati pada Seefa yang memiliki ayah ibu kolot dan mengejar2nya untuk segera menikah, kita kasihan pada Restu yg ditolak lamarannya dengan kasar oleh si bapak, kita jengkel pada sosok bapak dan ibu yg begitu keras kepala pada standar suami idaman mereka sendiri, dan pada akhirnya kita menghela napas lega ketika si bapak menyerah dari kekeraskepalaannya lalu menerima lamaran Restu yg dibantu juga dengan usaha Seefa meyakinkan bapaknya.

      Epilog setelah lamaran itu diterima oleh sang bapak, adalah epilog yang manis. Pembaca dibawa tersenyum, mengetahui bahwa kedua pasangan ini pada akhirnya berhasil membuktikan bahwa melawan stigma masyarakat bukan berarti melakukan kesalahan besar, bahwa nasib manusia bukan ditentukan oleh harta dan kedudukan, tetapi juga oleh tekad dalam diri manusia itu sendiri untuk menjadi giat dan berusaha membentuk nasibnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

       

      Kekurangan? Tidak banyak, hanya saja author sebenarnya butuh lebih banyak eksplorasi perasaan Seefa dari yang biasa-biasa saja dan tidak punya perasaan lebih kepada Restu selain sebagai atasan ke asisten (  dilihat dari deskripsi Seefa sendiri di awal tentang Restu ) hingga kemudian dia jatuh cinta pada lelaki ini dan yakin bahwa Restu adalah sosok yang tepat dan pantas untuk dia perjuangkan mati-matian di depan orang tuanya. Proses tumbuhnya cinta ini pasti akan asyik jika dijabarkan dan dieksplorasi di sini hingga pembaca bisa ikut merasa dalamnya cinta Seefa ke Restu. Tapi author mengerti, mungkin karena keterbatasan aturan maksimal kata yg membuat penulis melakukan skip eksplorasi perkembangan perasaan Seefa ini dan lebih fokus pada konflik utamanya. Lagipula tanpa menjabarkan perasaan Seefa, penulis sudah berhasil membuat para pembaca jatuh cinta pada kepribadian Restu di kisah ini.

      Secara keseluruhan ini adalah kisah yang indah, menaik-turunkan emosi, tapi memberikan rasa hangat yang menyenangkan di ujung kisah. Semoga ada kisah panjangnya nanti.

      Oh ya, penulis cerdik sekali memberi nama tokoh RESTU dimana si tokoh memang dikisahkan berjuang meminta restu di sini hehehe

      :sopan

    • #98228
      RositaAmalani
      Peserta

      @author4 Makasih commentnya#teriakpaketoa# mmg pengennya perasaan Seefa dibanyakin lagi tp krn terbatas huruf yg sdh mepet 2000 ke paksa di cut hahaha :YYYPATAHHATI

    • #98230
      Lie_Mochuw
      Peserta

      Yey akhirnya restu direstui ..

      Semoga menang yuk ros  :xxxKipas  :yokmarisemangat

    • #98232
      Susi_Anjar47
      Peserta

      Ahhhh adek suka,,,

      Ambil konflik yang aku suka restu orang tua,,

      Meskipun pendek tapi bikin aku jengkel paa bagian orang tua seefa yang terlalu mementingkan bibit bebetdan bobot,,,

      Sosok Restu aku suka mwskipun dia udah ditolak tetep berjuang,,,tema perjuangan bgt bagian itu,,,berjuang gigih untuk mendapatkan restu ,,,

      Dan endingnya jadi favorit happy ending hehehe bikin aku senyum perjuangannya berbuag manis sebuah kemerdekaan untuk masa depam mereka berdua,, merdeka untuk cinta mereka,,,

      Hemmm kak Ros pingin baca yg versi panjangnya hehe,,

      Semoga menang ya kak Ros

      Semangat    :YYYMAWAR

    • #98233
      tatameetha
      Peserta

      Aku suka ceritanya  :xxxInLove

    • #98235
      Liyani123
      Peserta

      Kerenn bangettt ;YYYYUHUI  ;YYYYUHUI

      Semoga menang……

    • #98247
      z
      Peserta

      keren

    • #98624
      RositaAmalani
      Peserta

      @Lie_mochuw makasih, adek,  commentnya. Aminnn hihi#tutupmuka#


      @Susi_Anjar47
      hihhi minta panjangg lagi  :YYYDOR!


      @tatameetha
      azeekkk  :YYYHULAHULA


      @Liyani123
      makasihh wkw ada yg lirik aja dah senang hehehe :YYYNGEBET


      @softpurple
        :YYYKISS  :YYYKISS

    • #98658
      dianisah
      Moderator

      Kak ros, ini anaknya yg baru ya? Gantinya putra sama vera? *ujung-ujungnya nodong*  :aaaKaboor 

      Kisahnya baguus, tp setuju sama komennya au4, kalau perasaan seefa bisa di eksplor lagi pasti lebih dagdigdug. Makanyaaaa, aku nunggu versi panjangnya.

      Kabooor  :nabrak  :nabrak

    • #98662
      RositaAmalani
      Peserta

      @dianisah  bukan mereka anakku yg baru, ada dehhh hihihi.

      Kalau dibolehkan lebih dari 2000 word mau sy buat feelnya Seefa bahkan yg lebih “seru” akan dibuat wkakakak. :aaaKaboor

    • #98679
      ceptybrown
      Peserta

      Ahhhhhh iam with youuuu restuuuuu ambil tisuuuu duluuu laaapp inguuusss heheehhe

    • #98707
      yoonnee88
      Peserta

      Restuuuu akhirnya kau direstuii :YYYTERHARU

    • #98721
      NUMEYA
      Peserta

      <p style=”text-align: left;”>Di kehidupan ku benar2 terjadi hal ini lho…</p>
      <p style=”text-align: left;”>Wanita yg lebih mementingkan kariernya.. diusianya yg sudah matang belum menikah dan umurnya lebih jauh dari seefa ..</p>
      <p style=”text-align: left;”>Emang wanita yg seperti di anggap sebelah mata oleh masyarakat sekitar..</p>
      <p style=”text-align: left;”>Malah sampe ada yang bilang.. ngapain perempuan sekolah tinggi2 tapi akhirnya di dapur?</p>
      <p style=”text-align: left;”>Aku suka cerpennya hehe</p>

    • #98732
      Liyanmtl
      Peserta

      bang restuuuu aku padamuuuu :xxxInLove

      aahhhh keren kak ros, feelnya dpt bgt. emosiku ikutan naik turun pas bacanya :YYYTERHARU

      semoga menang yaahhhh kak roosss :YYYHULAHULA  :yihaa

    • #98813
      ceptybrown
      Peserta

      Iam in love with you reeeeesstttuuuuuu

    • #99037
      RositaAmalani
      Peserta

      @Ceptybrown lu semangat sekali sm restu sm comment dua kali wakkakka thank you deh kl gitu. Ntar restu aku paketin buatmu wkkw


      @yoonnee88
        :xxxInLove  :YYYNGEBET hihi akhirnya sesuai namanya.


      @NUMEYA
      mmg banyak pake banget, dan masih ada. Entah kenapa kl belum nikah umur sdh cukup dianggap rendah, mahluk buangan. pdhl nikah cepet2 juga belum tentu menjamin bahagia. Nikah bukan lomba lari siapa cepat dia menang hihihi :YYYASAHPISAU


      @Liyanmtl
      awwww makasih liyannn :YYYNGEBET

    • #99666
      yoonilee85
      Peserta

      restu yang akhirnya dapet restu..

      suka banget ceritanya kak. bisa di tambah panjang ga?  :BAAAAAA

      suka sama seefa yang mungkin bagi sebagian masyarakat ‘telat menikah’ diumur sekian, bukan hanya semata-mata mengejar karir tapi memang menunggu lelaki baik yg berani melamar bukan mengajak pacaran.

      suka deh..  :MAWARR

    • #99683
      RositaAmalani
      Peserta

      @yoonilee85 wkaaka makasih, mau minta panjang? Wang ni piro :aaaKaboor

       

    • #100497
      isyiemy
      Peserta

      Restu  :MAWARR   :MAWARR   :MAWARR

    • #100499
      farahzamani5
      Peserta

      Beuhhh ka ros ini curhat ya hihi
      Plisss jngn getok akuhh, usap2 aja ya hihi
      Ceritany bagus, ikut ngerasain emosiny seefa yg mau dijodohin, yg awalny ga direstuin trs akhirnya dpt ‘restu’ hihi, disini restu pny 2 makna ya ka
      Trs ttng ortu ny seefa jg, walaupun awal2 ny sebel sma mereka, tp balik lgi ya, semua ortu pasti mau ug terbaik bwt anakny
      Dan akhirnya, restu keluar deh dri ortu nu seefa
      Ditunggu cerita2 lainnya lgi ya ka ros
      Semangat semangat hihi

    • #100503
      RositaAmalani
      Peserta

      @isyiemy apa commentnya cuma “Restu” doang tambahin dong :DOR!


      @farahzamani5
      Siapa yang curhat#getok# ini adalah hasil pengalaman berabad-abad huahahahha makasih sdh mau mampir  :DOR!

    • #100509
      isyiemy
      Peserta

      Ka roos aku komen apa ini?? Diborong semua sama ka au4  :TERHARUBIRU

      Okay, aku coba komen dikit yàa tp jangan marah hehehe

      Secara keseluruhan penulisannya udah baguss bangeet, konfliknya ada, emosinya juga terasa ke pembaca. Cuman sama kaya kata kak au4, ko tiba2 si seefa jatuh cinta ama restu?? Dibagian itu kurang mendetail dan dieksplor tp aku maklumin ko soalnya rata2 masalah yg ikut cerpen pasti krna keterbatasan word. Coba deh ka ros lanjutin lagi cerita ini, ekplor lagi, tambahin konflik sana sini beuh jadi deh novel. Soalnya sayang klo ceritanya stuck sampe sini, padahal masi banyak yg bs digali lagi. Itu aja si menurutku, awas jangan protes lagi lohh  :BAAAAAA  hhehehe

    • #100520
      RositaAmalani
      Peserta

      @isyiemi mmg kurang si Seefa nya, sdh dicoba menyelipkan sedikit tapi jadinya kelebihan kapasitas hihihi. Dari scene lamaran itu adalagi harusnya tp yah mau digimanain wkwk :aaaKaboor  :aaaKaboor

    • #102826
      kagita1
      Moderator

      Kak rooooooss, baru bisa bayar utang nih. Baru selesei baca. Aku datang bawa note yang panjaaang. :aaaKaboor

      Tema yang dipilih menarik. Sesuai dengan apa yang diresahkan oleh para perempuan single yang sekarang ini kerap menjadi masalah pertentangan antara orang tua dan si perempuan. Bagus.  :MAWARR

      Karena ini cerpen yang terbatas jumlah word-nya, maka penulis harus pintar mengolah alur dan konflik. Kuncinya ada di dua hal itu. Dari segi alur, cerpen ini terasa cepat. Terlalu banyak penjabaran baik narasi atau percakapan yang tidak perlu sebenarnya.

      Menurutku nih, lebih baik porsi percakapan Si Ayah dikurangi. Bisa diganti dengan penggambaran tindakan saja. Itu lebih terasa feeling-nya. Misal, pertentangan Si Ayah yang tidak menginginkan Sheefa untuk menikah dengan Restu bisa dijabarkan dengan tindakannya yang selalu mengabaikan lamaran Restu dan tidak menghiraukan Sheefa yang memohon untuk diizinkan menikah dengan Restu. Setelah itu, bisa dibuat adegan di mana perjuangan Restu bisa meluluhkan Si Ayah.

      Dari segi bahasa, cerita ini sedikit kaku. Ada banyak kalimat yang bercampur antara formal dan tidak formal, maupun baku dan tidak baku.

      Nah, lainnya ada note perbaikan nih buat kak ros:

      * Kalimat “Sheefa, Ayah akan jodohkan kamu dengan anaknya teman Ayah. Kebetulan putranya sedang mencari istri…” ini terdengar ambigu. Mungkin lebih terdengar tidak berkaitan. Kalimat pertama menyebutkan ‘anaknya teman ayah’. Lalu, kalimat selanjutnya menyebutkan ‘putranya’. ‘Anaknya teman ayah’ ini dalam artian adalah si putra. Jadi, kata-kata itu terasa kurang efektif penggunaanya. Bisa diganti begini “Sheefa, Ayah akan jodohkan kamu dengan putra dari teman Ayah. Kebetulan dia sedang mencari istri…” atau bisa dengan begini “Sheefa, Ayah akan menyetujui perjodohan yang ditawarkan teman Ayah. Kebetulan, putra teman ayah itu sedang mencari istri…”

      * Kata “di tolak” digandeng. Harusnya “ditolak”

      * Kalimat ini “Lagi-lagi soal perjodohan karena tidak tahan anak gadisnya perawan tua” kurang kata “menjadi” karena terdengar tidak lengkap. Jika diaplikasikan begini “Lagi-lagi soal perjodohan karena tidak tahan anak gadisnya menjadi perawan tua”.

      * Kata “sholeh” kalau dalam kbbi yang benar adalah “saleh”. Dan karena Sheefa adalah perempuan, maka menggunakan “salehah”.

      * Kata “starter” juga termasuk bahasa Indonesia. Dia bukan kata asing. Jadi penulisan “men-starter” sebaiknya tidak menggunakan tanda penghubung, melainkan digabung langsung penulisannya.

      * Di antara kata “ngambek” dan “jalan” di kalimat “…cuaca sore ini sepertinya akan turun hujan dan Si Merah malah ngambek jalan” ini kurang “di”.

       

      Sekian, kak ros. Penutup ceritanya membuat hati hangat. terlepas kekurangan yang ada di cerpen ini, ini kisah dengan perasaan yg menyentuh. Semangat terus buat menulis, kak ros.   :tebarbunga

    • #102829
      RositaAmalani
      Peserta

      @kagita1 gitgit aduhhh makasih reviewnya, jd tau salahnya dimana heheh. Iyap memang sy merasa begitu jg tp yah nekad ajalah ikut lomba wkaka terlepas dr bolong sana sini hahah. Makasih sekali lagi :NGEBETT

    • #102844
      kagita1
      Moderator

      Sama-sama, kak ros.  :MAWARR

      Oh ya, ini baru terpikir lagi. Itu untuk yg masukan adegan si ayah yang mengabaikan perjuangan restu dan tidak menghiraukan sheefa yg memohon izin, lalu adegan si ayah yg luluh dengan perjuangan restu itu bertujuan menekankan proses perjuangan keduanya untuk memerdekakan cintanya dari pertentangan si ayah. Yang ini lebih bisa masuk feeling-nya, kak ros.

Melihat 34 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.