Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat Forum Forum Kepenulisan [DIRGAHAYU – RI] ASA DAN RASA

Melihat 3 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #99511
      vanilla_8
      Peserta

      <p style=”text-align: left;”>PENULIS       : LAELA SURUR</p>
      <p style=”text-align: left;”>GENRE          : TEEN FICTION</p>
      <p style=”text-align: left;”>#LombaCerpen</p>
      <p style=”text-align: left;”>[DIRGAHAYU-RI] ASA DAN RASA</p>
      <p style=”text-align: left;”></p>
      <p style=”text-align: left;”>Banyak orang yang bilang kalau masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan. Sebenarnya banyak faktor  yang membuat masa SMA seseorang menyenangkan. Bagiku, di masa SMA ini hal yang bisa membuatku bahagia adalah saat melihat orang tuaku bangga dengan prestasi – prestasiku. Perkenalkan namaku Zahra Tahlal. Sekarang Aku duduk di bangku kelas XI SMA Karya Bangsa. Sekarang ini Aku dan teman-temanku sedang menonton pertandingan futsal teman kami, Ivan Albar. Pertandingan berjalan begitu tegang sampai kami semua tak henti-hentinya berdoa untuk kemenangan Tim Ivan.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Ke ruang guru ra, kata pak wawan mau dikasih pembekalan buat seleksi paskibra nasional.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Rasanya sebal saat membaca sms nya Safira, temanku. Padahal sedang asyik-asyiknya nonton pertandingannya Ivan. Tapi ya sudahlah aku harus tetap pergi karena pembekalan ini pasti penting sekali.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Hari sudah sangat sore saat aku keluar dari ruang guru. Rasanya sangat melelahkan setelah menerima pembekalan yang sangat panjang. Sekarang aku harus segera pulang untuk belajar pengetahuan umum dan paskibraka untuk persiapan seleksi nasional 4 hari lagi.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Zahra, tunggu!” Kudengar teriakan Ivan dari kejauhan. Saat ku tengokkan kepalaku ke belakang, aku melihatnya berlari-lari sambil menenteng sebuah piala.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Ngapain sih Van kamu lari-lari, Aku gak bakalan ngilang lagi.” Candaku pada Ivan.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Cuma mau ngomong selamat karena kamu udah berhasil lolos seleksi tingkat provinsi. Sumpah keren banget.” Oh ya, Aku mengikuti ekstrakurikuler paskibraka sejak masuk ke SMA Karya Bangsa. Sedari kecil Aku memang memimpikan menjadi seorang paskibraka nasional yang bisa mengibarkan bendera pusaka di Istana Negara. Dan saat Aku dinyatakan lulus dalam seleksi tingkat provinsi tentunya aku sangat bahagia.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Makasih Van, kamu juga selamat ya menangin pertandigan hari ini.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Aku sih gak seberapa, oh ya Ra itu… itu… Aku mau ngajakin kamu jalan besok sore, gimana Ra? Hehe.” Kulihat ada sedikit kecemasan di matanya saat menanyakan hal itu.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Umm, oke deh.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“YES!”</p>
      <p style=”text-align: left;”>Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang di telepon, kami berdua memilih pergi ke taman dekat rumahku di sore yang cerah ini. Aku kasih tahu ya, Aku dan Ivan saling mengenal sejak kami masih TK. Jadi kami memang bisa dikatakan teman dekat.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Nih Ra, es krimnya.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Makasih Van.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Gimana persiapan seleksi nasional Kamu?”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Udah sembilan puluh persen sih Van, Do’ain Aku ya.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Pastinya lah Aku do’ain. Kamu juga harus semangat, jangan mudah nyerah.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Thanks Van.” Entah kenapa suasana diantara kami diliputi keheningan setelah percakapan singkat tadi. Aku benar-benar merasa grogi sekarang.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Ra, Sebenernya selama ini Aku suka sama kamu…..” Setelah Ivan mengatakan suka kepadaku, otakku benar-benar blank. Ucapan Ivan setelahnya tak bisa kudengar. Aku benar-benar shock. Jadi selama ini perasaanku benar-benar terbalaskan? Karena selama ini diam-diam Aku juga menyukai Ivan.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Papa bangga zahra bisa bagi waktu untuk sekolah dan paskibra.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Mama mau zahra fokus sekolah, jangan pacaran dulu.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Zahra, kamu masih kecil gak usah pacaran.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Zahra…</p>
      <p style=”text-align: left;”>Zahra…</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Jadi gimana Ra?”</p>
      <p style=”text-align: left;”>Aku seperti tersadar dari lamunanku saat Ivan dengan lembut memegang tanganku. Aku tak kuasa melihat matanya yang penuh harap. Aku juga suka sama Ivan, tapi aku harus fokus pada impianku sejak kecil yaitu menjadi paskibraka nasional. Lagipula Papa dan Mama melarangku untuk pacaran.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Aku juga sama kamu Van, tapi untuk sekarang Aku gak bisa menjalin hubungan dulu.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Tapi kenapa Ra? Aku gak bakalan banyak menuntut kamu atau mengganggu kamu mencapai tujuan kamu. Aku akan selalu support semua yang kamu lakuin. Aku sayang kamu Ra” Ivan masih berusaha meyakinkanku untuk menjalin hubungan dengannya.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Maafin Aku Van, aku mau fokus untuk seleksi paskibraku. Please…”</p>
      <p style=”text-align: left;”>Aku meninggalkannya ke Jakarta dengan perasaan sedih luar biasa. Aku masih ingat wajahnya begitu murung saat aku turun dari motornya. Dia pergi meninggalkanku di gerbang rumah sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Dan disinilah Aku sekarang, di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Jakarta Timur bersama 136 peserta seleksi lainnya. Aku mengikuti serangkaian tes yaitu pengukuran tinggi dan berat badan, cek kesehatan dan fisik, wawancara, pengetahuan umum dan bari berbaris. Di awal – awal tes aku merasa sangat gelisah, beberapa kali aku hilang fokus hingga pengawas menegurku. Aku benar-benar sangat galau karena terus – menerus memikirkan Ivan.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Lagi putus cinta ya? Muka lu suntuk bener.” Kata Vanya setelah selesai tes pengetahuan umum. Dia teman baruku, peserta seleksi dari Jakarta.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Gak kok, cuma lagi cape aja.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Gue tahu kali, mana cape mana galau. Nih dengerin, lu tahu sendiri kan kita nyampe disini tuh susah payah, jadi jangan cuma karena cinta lu jadi gak fokus gitu di seleksi ini. Kita harus tetap berjuang dan semangat ngelewatin ini semua.”</p>
      <p style=”text-align: left;”>DEG! Betul juga ucapan Vanya, menjadi paskibraka nasional adalah impianku sedari kecil. Aku kesini dengan bersusah payah. Aku mengorbankan apapun agar aku bisa sampai disini, bahkan perasaanku. Pilihanku menjadi paskibraka dan menolak perasaan Ivan tentu saja tidak akan kubuang percuma. Papa dan Mama juga pasti sedih kalau tahu aku menyia-nyiakan usahaku selama ini. Jadi aku gak akan pernah menyerah karena aku hanya tinggal sejengkal lagi menggapai mimpiku.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Setelah beberapa hari menjalani seleksi, saat yang kutunggu-tunggu telah tiba. Malam ini akan dibacakan peserta yang lolos seleksi tingkat nasional. Saat namaku dibacakan, Aku langsung sujud syukur karena kerja kerasku telah terbayar.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Pah, Zahra lolos seleksi Pah. Zahra lolos!” Kataku di telepon dengan berlinangan air mata bahagia. Dan tentu saja Papa dan Mama begitu bahagia dan bangga dengan pencapaianku.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Keesokan harinya, Aku langsung bersiap-siap menuju ke asrama Soegondo Djojopoespito. Selama disini, Aku mendapat banyak teman baru dengan berbagai macam karakter. Mereka semua juga pribadi yang menyenangkan, sehingga membuatku merasa nyaman di sini. Selama menjalani pelatihan, fisik dan mentalku benar-benar diuji. Aku bersama calon paskibraka lainnya dilatih dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Kami pun dididik agar punya jiwa yang tangguh dan disiplin.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Tak terasa setelah kurang lebih dua minggu dikarantina, esok hari kami akan melaksanakan pengukuhan paskibraka nasional dan berhadapan langsung dengan orang nomer satu di Indonesia. Aku sangat senang saat Vanya dinyatakan akan menjadi pemimpin di acara pengukuhan. Kami dikukuhkan sebagai Paskibraka nasional oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Kami diminta untuk mengucapkan ikrar sebagai paskibraka dilanjutkan dengan mencium bendera sang merah putih. Aku sangat bahagia dan terharu karena sekarang aku sudah menjadi seorang paskibraka yang siap untuk menjalankan tugas negara.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Kemudian kami dibawa ke salah satu hotel dekat dengan Istana Merdeka. Aku baru tersadar, tinggal satu hari lagi kami akan mengibarkan bendera pusaka di Istana Merdeka. Satu hari lagi kita sebagai rakyat Indonesia akan memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Tengah malam di tanggal 17 Agustus ini, kami segera bangun dan menuju tempat yang disediakan pihak hotel untuk dirias. Dengan bangga kami mengenakan pakaian kebesaran kami. Saat matahari mulai menyapa, hanya tinggal beberapa menit lagi kami akan membawa bendera pusaka untuk dikibarkan di Istana Merdeka.</p>
      <p style=”text-align: left;”>“Siappp Grak! Lencang depannn Grak! Tegakkk Grak!” Terdengar komando dari pemimpin paskibraka. Segera kami mengikuti komando, dan mulai melakukan barisan menuju Istana.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Saat bendera pusaka mulai dipasangkan dengan tiangnya, perasaanku benar-benar campur aduk. Suasana begitu magis saat ini. Aku begitu bahagia dan terharu.  Apalagi saat sang merah putih mulai dikibarkan dan terdengar lantunan lagu Indonesia Raya.</p>
      <p style=”text-align: left;”>Indonesia tanah airku tanah tumpah daraku</p>
      <p style=”text-align: left;”>Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku</p>
      <p style=”text-align: left;”>Indonesia kebangsaanku bangsa dan tanah airku</p>
      <p style=”text-align: left;”>Marilah kita berseru Indonesia bersatu</p>
      <p style=”text-align: left;”>Hiduplah tanahku hiduplah negeriku</p>
      <p style=”text-align: left;”>Bangsaku Rakyatku semuanya</p>
      <p style=”text-align: left;”>Bangunlah jiwanya bangunlah badannya</p>
      <p style=”text-align: left;”>Untuk Indonesia raya</p>
      <p style=”text-align: left;”>Indonesia Raya merdeka merdeka</p>
      <p style=”text-align: left;”>Tanahku negeriku yang kucinta</p>
      <p style=”text-align: left;”>Indonesia raya merdeka merdeka</p>
      <p style=”text-align: left;”>Hiduplah Indonesia Raya</p>
      <p style=”text-align: left;”>Setelah tugas kami selesai, kami dibawa ke sebuah ruangan tertutup. Kami berkumpul disana dan mendapat ucapan selamat dari Bapak Menpora. Tiba tiba Papa dan Mama masuk ke ruangan itu juga. Aku langsung menghambur ke pelukan mereka untuk melampiaskan rasa rinduku. Dan saat itulah aku melihatnya di ujung sana. Kami saling berpandangan begitu lama, sampai akhirnya dia tersenyum kecil padaku. Ivan disana, tersenyum manis padaku dengan membawa sebuket bunga. Aku benar –  benar merasa begitu bahagia sekarang. Asaku terwujud dan sepertinya rasaku pun terbalas.</p>

    • #99787
      SairaAkira
      Keymaster

      @vanilla_8 penuturan ceritanya bagus ya, aku sampe ngerasa ada bangga yang mengisi dada. Bumbu percintaannya juga manis.
      Makasih sudah berpartisipasi dan berbagi cerita ya.

    • #102868
      famelovenda
      Moderator

      Hmm… Ini apa cuman aku yaaa yang ngerasa pusing baca tulisannya karena banyak banget

      @author4 ngalamin hal yang sama, gak?

    • #102869
      famelovenda
      Moderator

      Hmm… Ini apa cuman aku yaaa yang ngerasa pusing baca tulisannya karena banyak banget

      @author4 ngalamin hal yang sama, gak?

Melihat 3 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.