Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › DEUX ANGES DE LA MORT END
- This topic has 12 balasan, 6 suara, and was last updated 8 years yang lalu by AzharKhoiri.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
16 November 2016 pada 10:48 pm #295705kimyAngela_Peserta
Hallo kimy buka lapak lagi nih #eh :RENCANAJAHARAA
sesuai yg kimy bilang tadi sore ini kelanjutannya
selamat membaca :MAWARR
###
“AAAAAAAAAAaaaaaaaaaa!!!!” Arimbi berteriak dengan kencang ketika melihat pada pantulan cermin ada sesosok wanita berjubah putih dengan rambut yang panjang dan berantakan menatapnya dengan tajam berdiri di belakang Bima sambil memegang balok kayu yang di angkat ke atas. Bersamaan dengan itu lentera yang di pegang Arimbi pun telepas dari tangannya terjatuh ke bawah dan padam.
Bugh!!
Terdengar suara seseorang yang di pukul dengan keras, Arimbi langsung berjongkok dan menundukkan kepalanya. Ia tahu, bahwa sosok itu telah memukul Bima yang ada di belakangnya. Arimbi memejamkan matanya dengan kuat di tengah kegelapan dan ketakutan. Ia menunggu, menunggu apa yang akan di lakukan padanya setelah sosok itu memukul Bima. Arimbi bahkan menahan napasnya dan menutup mulutnya kuat-kuat agar tidak mengeluarkan suara, Ia berharap bahwa sosok itu pergi dan melupakannya dirinya yang masih berada di sana.
Hening. Tidak terdengar suara apa pun. Arimbi dengan perlahan membalikan badannya ke belakang dan memastikan keberadaan sosok itu. Harapan Arimbi tidak terkabul, sosok itu masih berada di sana. Dalam ruangan yang gelap, mata Arimbi mencoba beradaptasi dan ia dapat melihat sosok berjubah putih itu sedang berjongkok dan memperhatikan Bima yang terkapar di lantai dalam posisi terlentang dan kepalanya bersimbah darah.
“Hihihi…” makhluk itu tertawa kecil. Bulu kuduk Arimbi meremang mendengar suara itu. Ia geserkan tubuhnya dengan perlahan ke belakang yang ternyata adalah sebuah tembok. Matanya terus mengawasi sosok itu. Masih dalam posisi memperhatikan Bima, sosok itu mendekatkan wajahnya dan terlihat seperti menghirup sesuatu.
“Harumnya enak..” suaranya lagi sambil mengendus Bima.
Lalu di robeknya pakaian Bima dan memijit-mijit tubuh itu. Sosok itu semakin membungkukkan badannya dan menjilati tubuh Bima dengan perlahan. Sampai akhirnya di gigitnya lengan Bima dengan kuat hingga robek dan kulitnya terkelupas. Terlihat darah pada mulutnya dan ia menjilati bibirnya yang penuh darah itu. Sosok itu kembali menggigit Bima dan mulutnya seperti mengunyah sesuatu. Daging, ia memakan daging Bima!. Seketika mata Arimbi membesar. Ngeri, takut, dan jijik bercampur menjadi satu. Makhluk itu bukan hantu, bukan, tetapi… KANIBAL.
“Hihihi…” terdengar tawanya lagi.
Arimbi terperanjat dengan pemikiran itu. Ia berharap ini hanyalah mimpi buruk. Arimbi menutup matanya dengan kuat, keringat dingin bercucuran dari dahinnya, mulutnya merapalkan doa-doa. Arimbi semakin erat memeluk tubuhnya dengan merapatkan kedua lulutnya ke dada. Ketika membuka kedua matanya, Arimbi hanya ingin berada di atas kasurnya yang nyaman dalam kamarnya di rumah dan mimpi buruk ini akan segera berlalau ketika ia bangun dan membuka kedua matanya.
Sepi. Tidak terdengar apapun. Tadi ia masih dapat mendengar suara tawa dari sosok itu. Decakan lidah serta suara mulutnya yang sedang mengunyah. Dengan perlahan Arimbi membuka kedua matanya dan di dapatinya sebuah wajah tepat di hadapannya, dengan mata yang memandangnya heran dan senyum kecil yang terukir di wajah itu. Ya, sosok itu sedang memperhatikannya tepat di depan wajah Arimbi. Mata Arimbi terbelalak, tubuhnya semakin bergetar. Sosok itu menggerakkan tangannya menyentuh wajah Arimbi. Memencet hidung Arimbi dan menepuk-nepuk pipinya.
“Empuk.. hihihi…” ucapnya sambil terkikik geli.
Seketika Arimbi tersadar dan terpekik kaget, dengan cepat ia berdiri dan mendorong sosok itu. Ia juga akan dimakan! Pikir Arimbi panik. Sosok itu ikut berdiri dan sekarang posisinya berada dihadapan Arimbi. Sosok itu kembali memperhatikan Arimbi. Wajahnya tampak tak berdosa. Sambil tersenyum mendekatkan dirinya lagi pada Arimbi. Senyum itu sangat manis bagai malaikat. Tetapi itu hanyalah tampilan luarnya, sesungguhnya di balik wajah polos itu sosok yang sebenarnya adalah malaikat kematian.
Sebersit Arimbi mengkap hal yang familiar dari wajah itu. Sebelah wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang dan berantakan. Dengan berani Arimbi menggerakkan tangannya dan menyingkap rambut itu ke belakang. Sosok itu hanya terdiam dengan tindakan Arimbi. Seketika mata Arimbi membesar.
“Saras…” bisiknya sambil menutup mulutnya dengan tangan, tidak percaya.
“Ti..tidak mungkin!” ucap Arimbi kepada dirinya sendiri.
“Saras.. tidak mungkin kau melakukan ini kan?” tanya Arimbi pada sosok Saras sambil memegang bahu orang yang ada di hadapannya.
“Saras katakan kalau ini hanya main-main!” kembali Arimpi mengguncangkan bahu sosok itu dengan lebih kencang karena tidak ada jawaban dari sosok Saras.
“Saras tidak mungkin kau itu KANIBAL kan!” ucap Arimbi lagi dengan nada tinggi seperti berteriak.
“AAAAAAAAkkhhhh!!” sontak sosok itu menjerit ketika Arimbi mengguncangnya dengan sangat kuat dan berteriak kepadanya.
Di dorongnya tubuh Arimbi ke belakang dan membentur tembok. Dengan cepat sosok itu memeluk Arimbi dan langsung mengigit bahu Arimbi dengan kuat.
“AAAAAAAAAkkhh sakiiittttttt!!” Jerit Arimbi ketika merasakan bahunya di gigit. Kembali Arimbi mendorong sosok Saras kebelakang hingga pelukan itu terpelepas. Arimbi melihat bahunya, baju dan kulitnya telah terkelupas dan menampilkan dagingnya yang berdarah.
Lagi sosok itu bergerak akan menggigit Arimbi, tetapi dengan cepat Arimbi menahannya dan mendorongnya menjauh darinya. Sosok itu pun terjatuh karena dorongan Arimbi, lalu di ambilnya balok kayu yang tadi di gunakannya untuk melumpuhkan Bima. Seketika Arimbi bergerak mundur dan melirik sebuah kursi yang sudah rusak berada di sebelah cermin. Melihat Arimbi lengah, sosok Saras itu mengayunkan baloknya ke arah Arimbi. Dengan gerakan cepat Arimbi membungkuk dan mengangkat kursi itu lalu di lemparkannya kursi itu ke arah sosok Saras.
BRAAKKK!!
Sosok itu tertimpa kursi yang di lempar Arimbi dan terjatuh kebawah. Arimbi segera melewati sosok yang terlihat pingsan itu dan melihat tubuh Bima yang sudah terkoyak tidak jelas karena di makan. Seketika Arimbi di liputi rasa bersalah karena tidak dapat mencegah sosok itu memukul Bima dan menyelamatkan temannya. Mata Arimbi berkaca-kaca dan air matanya mulai terjatuh melihat tubuh temannya yang meninggal tidak layak dan dia tidak dapat melakukan apa pun. “Bima.. maaf aku tidak dapat menyelamatkanmu..” bisik Arimbi. Tetapi ia dapat menolong teman-temannya yang lain sebelum terlambat. Ya, sebelum terlambat ia harus segera keluar dari sini. Arimbi berusaha tegar dan meyakinkan dirinya sendiri.
Arimbi segera pergi dari ruangan itu sebelum sosok Saras terbangun dan mengejarnya. Ia harus memberitahukan teman-temannya kalau Saras.. Tidak, dia bukan Saras. Saras tidak mungkin memakan manusia. Tidak mungkin Saras dengan tega memakan temannya sendiri. Dalam pemikirin-pemikiran itu tanpa sadar ia sudah berjalan jauh walau tanpa arah dan ditengah kegelapan. Sejujurnya ia tidak tahu ada dimana. Yang ada dalam pikirannya hanya lari dan segera menyelamatkan teman-temanya yang lain. Tetapi bagimana ia bisa keluar dari tempat ini.
Arimbi memutar tubuhnya dan melihat sekelilingnya dengan seksama. Seingatnya, Arimbi dan Bima terjatuh melalui sebuah lemari yang dasarnya bolong dan terjatuh ke dalam sini. Lalu dimana lubang itu? pikir Arimbi sambil menatap langit-langit. Tanpa sadar Arimbi berjalan mundur kebelakang ketika menatap langit-langit dan kakinya menginjak sebuah benda yang ada di belakangnya.
Brukkk!! Arimbi terjatuh kebelakang.
“Awwww! Apa ini?” tanya Arimbi sambil mengambil sebuah benda bulat memanjang di dekat kakinya. Benda itu berwarna putih, di ujung–ujungnya terdapat sebuah bulatan-bulatan tidak teratur. Karena gelap dan minimnya pencahayaan, Arimbi pun mendekatkan benda itu ke wajahnya dan seketika Arimbi terpekik kaget dan melempar benda itu. Tanpa sadar tangannya yang lain menekan sesuatu yang keras.
“Akh! Tulang!” pekik Arimbi lagi kaget. Arimbi pun memutar tubuhnya untuk melihat kebelakang tempatnya terjatuh. Tidak di sangkanya, ternyata di tempat itu terdapat banyak tulang-tulang berserakan. Tidak mungkin, jangan-jangan.. tulang-tulang sebanyak ini adalah tulang manusia!. Mata Arimbi kembali membesar, dengan pemikirannya itu.
“Hihihi…” samar-samar Arimbi mendengar tawa itu lagi. Seketika Arimbi membalikan badannya dan ia tidak mendapati siapa pun di sana. Dengan panik, segera Arimbi kembali berlari pergi dari tempat itu. hingga ia berada di ujung lorong dan Arimbi melihat tumpukan kayu-kayu di sana. Arimbi melihat ke atas dan ada sebuah batu yang terjatuh. Dengan insting-nya Arimbi memanjat tumpukan kayu-kayu itu ke atas.
Begitu sampai di atas tumpukan kayu itu, terdapat sebuah kayu besar dan lebar yang sangat tebal. Arimbi sekuat tenaga mendorong kayu itu dan usahanya tidak sia-sia. Arimbi berhasil menggeser kayu itu kesamping dan ia berusaha mengangkat tubuhnya ke atas. Arimbi berhasil keluar dari sana dan ia menyadari kalau saat ini dirinya berada di dalam sebuah kandang yang sudah rusak. Ya, kandang yang berada di pekarangan rumah besar itu. Arimbi segera keluar dari kandang itu dan cahaya bulan menyambutnya serta angin malam menerpa wajahnya pelan. Arimbi menutup matanya dan menarik napas lalu mengeluarkannya dengan rasa lega.
Bug! Sreekk!
Kembali Arimbi mendengar sesuatu. Seketika tubuh Arimbi menegang dan matanya terbuka waspada. Baru saja ia berlari dari ancaman sosok kanibal, kali ini apa lagi, pikir Arimbi. Tidak terdengar lagi suara-suara itu dan hanya terdengar suara-suara serangga. Arimbi berjalan ke arah halaman belakang dan dari kejauhan tempatnya berdiri ia melihat sosok berjubah putih itu lagi. Dengan mata membulat Arimbi langsung menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.
#####Nakula memperhatikan foto yang ada ditangannya itu dengan seksama dan begitu ia membalikan foto itu, terdapat sebuah tulisan kecil di bawahnya.
“Saras Amalia H & Shasa A Herlina.” Seketika mata Nakula mebesar melihat nama itu.
“Apa? Saras kembar!” bisik Nakula dengan wajah tidak percaya. Lalu pak Amba memberitahukannya bahwa dirinya di minta untuk mengecek CD yang ditemukan oleh Pak Amba.
Nakula dan Pak Amba berada di lantai bawah, lebih tepatnya di ruang tengah tempat Nakula dan teman-temannya membangun tenda. Nakula menyalakan laptopnya dan memutar sebuah CD yang di temukan pak Amba. Nakula dan Pak Amba duduk bersisian dan menunggu CD itu menampilkan gambarnya. Cukup lama CD itu memproses hingga sebuah gambar muncul di layar.
Seperti video rekaman CCTV, dalam video itu terlihat dua orang anak perempuan yang sedang bermain, namun kedua anak perempuan itu tidak bermain bersama. Anak perempuan yang memakai bando sedang bermain boneka, anak perempuan yang satunya lagi sedang mengejar-ngejar seekor kelinci yang berlarian ke sana kemari. Tak lama anak perempuan yang sedang bermain boneka itu terlihat sedang menusuk-nusuk sesuatu kepada boneka yang sedang di pegangnya. Busa pada boneka itu berhamburan keluar, wajah boneka itu sudah lebih dulu di rusaknya dan bentuk boneka itu sudah tidak berwujud. Sedang anak yang satunya tidak peduli akan hal yang di lakukan saudaranya itu.
Kali ini gambar video itu memunculkan waktu yang berbeda. Salah seorang anak perempuan itu kembali terlihat sedang mengejar seekor kucing. Lalu kucing itu tertangkap olehnya, dan salah satu tangan anak itu seperti memegang sesuatu. Tak lama kemudian di pukulnya kucing itu oleh benda yang di pegangnya yang ternyata adalah palu mainan. Namun tetap saja kucing itu kesakitan dan memberontak. Anak perempuan itu kini mengambil sebuh gunting dari sakunya dan tanpa di sangka-sangka, anak perempuan itu langsung menghunuskan gunting itu ke badan kucing yang malang itu. Nakula dan Pak Amba mengernyitkan dahinya melihat video itu.
“Ada yang tidak beres dengan anak perempuan itu.” ujar Pak Amba dengan serius.
Kali ini ada seorang dokter wanita paruh baya yang sedang menghadap ke arah kamera. Wajah dokter itu pucat, terlihat matanya melirik ke arah pintu.
“Hati-hati, bagi yang melihat video ini kalian harus berhati-hati terhadap pasien saya ini. Mereka berubah sewaktu-waktu dan tak tentu arah. Setelah mereka melakukan ini, mereka bagai malaikat tanpa dosa dan berubah seperti anak pada umumnya, Karena itu kalian jangan tertipu!” ucapnya dengan setengah berbisik.
Brakk!!. Dalam video terlihat, pintu ruangan dokter wanita itu di dobrak oleh seorang anak perempuan yang terlihat lebih besar dari sebelumnya. Di tangannya terdapat sebuah pisau yang di sembunyikan di balik punggungnya. Dokter wanita itu sangat terkejut. Kemudian ia langsung memegang gagang telepon dan tangan satunya seperti menekan angka untuk menghubungi seseorang. Tetapi sebelum wanita itu selesai menekan tombol, anak perempuan itu sudah menghunuskan pisaunya terlebih dahulu di ke tubuh si dokter. Kemudian ditariknya pisau itu dari tubuh itu lalu di tusuk kembali ke bagian tubuh lainnya. Adegan selanjutnya adalah penyiksaan terhadap dokter wanita itu.
“kita harus mencari bukti lainnya agar bisa segera di proses oleh kepolisian dan rumah sakit” ujar pak Amba tiba-tiba.
####
Nakula tidak percaya bahwa perempuan yang ada di dalam video itu adalah Saras dan saudari kembarnya, tetapi kemana saudarinya itu sekarang? Pikir Nakula. “Biar aku yang mencarinya!” sahut Nakula sambil berdiri dan berjalan ke arah tangga menuju lantai dua. Sebetulnya tubuh Nakula bergetar setelah melihat video itu. Ia mencoba menghindar dengan pergi ke lantai dua dan berusaha mengelak apa yang di lihatnya barusan di video rekaman itu. Sedangkan Pak Amba, begitu ia melihat Nakula pergi ia mebuka buku jurnal yang ada di tangannya
Arimbi melihat sosok itu keluar dari bangunan yang kemarin malam ia dan teman-temannya temukan. Sosok itu seperti menggerakkan jarinya dari atas hingga ke bawah pada pintu di hadapannya, kemudian berbalik dan pergi dari tempat itu. sebelum pergi sosok itu membuka jubahnya yang dari depan terlihat banyak darah. Terlihat sosok itu membuang asal jubahnya ke belakang bangunan. Lalu Saras berjalan ke arah kaca besar menuju dapur tanpa menyadari keberadaan Arimbi.
Entah sudah berapa kali Arimbi terkejut, namun ini adalah kejutan yang tidak pernah di bayangkannya. Sosok itu adalah Saras. Ya, kali ini adalah Saras. Arimbi tidak salah lihat. Arimbi ingat pakaian yang di kenakan Saras terakhir kali ia lihat sebelum tertidur. Apakah bangunan itu jalan menuju ruanga bawah tanah yang Arimbi temukan, pikir Arimbi. Jika benar, pantas saja kemarin Saras seperti mengalihkan teman-temannya dari bangunan itu agar tidak ketahuan, pikirnya lagi.
Setelah Arimbi melihat Saras benar-benar sudah masuk rumah itu, Arimbi mendekati bangunan kayu yang baru saja di tinggalkan Saras. Dengan hati-hati ia mendekati pintu itu dan mencoba membukanya, namun pintu itu terkunci. Refleks Arimbi menepuk dahinya, ya, kemarin mereka gagal membuka pintu yang tidak memiliki lubang kunci ini. Lalu ia teringat ketika tadi melihat Saras yang menggerakan tangnnya dari atas ke bawah.
Dikutinya gerakan Saras tadi dengan mengikuti ukiran pada pintu itu yang berbentuk seperti aliran sungai. Seperti ada sensor yang memeriksa gerakan tangan itu pada pintu, sehingga ketika gerakannya tepat maka dengan otomatis pintu itu terbuka. Klik. Terdengar suara setelah Arimbi selesai menggerakkan tangannya pada ukiran pintu. Lalu Arimbi mencoba menggerakan knop pintu itu dengan perlahan agar tidak menimbullkan suara. Benar saja, pintu itu terbuka.
Ruangan itu gelap, namun begitu Arimbi melangkahkan kakiknya ia melihat senter kecil yang mereka gunakan ketika melakukan penelusuran rumah itu kemarin malam. Sepertinya senter ini milik Saras, pikir Arimbi. Tetapi saat Arimbi memungut senter itu, tertulis di sana nama Utari. Apa? Kenapa bisa senter Utari ada disini, pikir Arimbi sambil mengerutkan keningnya. Tanpa pikir panjang Arimbi menyalakan senternya dan memeriksa ruangan itu.
Ada sebuah gorden yang menutupi setengah ruangan itu. Di luar itu terlihat barang-barang perkakas perkebunan dan alat-alat lainnya yang tersimpan dengan rapi. Di sibaknya gorden itu, terlihat sebuah kursi dental yang menghadap dinding. Ada sebuah kain putih yang menutupi kursi itu. Karena penasaran dan sudah terlanjur basah, Arimbi pun membuka kain itu.
Jantung Arimbi seperti berhenti berdetak, melihat jasad Utari yang terpotong-potong. Namun masih berada di atas kursi dental itu dan tersusun seperti sebelum di potong. Wajah Utari penuh dengan darah. Kembali Arimbi menutup mulutnya dan air matanya terjatuh seketika. Lagi, Arimbi kehilangan lagi temannya dan ia tidak bisa menolong mereka. Arimbi menutup kembali kain putih itu. kini pikirannya terpusat pada Saras. Ada apa sebenarnya dengan Saras? lalu siapa sosok Saras yang di temuinya di ruangan bawah tanah?.
Setelah merapalkan doa untuk temannya, Arimbi segera keluar dari ruangan itu. Arimbi melongokan sedikit kepalanya keluar pintu dan melihat keadaan di luar. Setelah di rasanya aman, Arimbi dengan hati-hati menutup pintu itu. Arimbi harus segera memberitahukan ini kepada Nakula dan Pak Amba. Gawat! Pekik Arimbi, tadi ia melihat saras memasuki rumah itu, berarti kemungkinan Saras akan bertemu dengan Nakula dan Pak Amba. Tidak. Ia tidak boleh terlambat kali ini. Ia harus segera menyelamatkan temannya itu dari Saras.
Arimbi segera memasuki rumah besar itu namun ia melalui pintu depan agar tidak bertemu dengan Saras. Begitu sampai di pintu depan Arimbi berjalan dengan perlahan menuju ruang tengah. Ternyata di ruang tengah itu hanya ada Pak Amba seorang. Segera Arimbi menuju pak Amba dan memberitahukan apa saja yang di ketahuinya dan di alaminya kepada Pak Amba.
Mengenai ruang bawah tanah. Bima yang menjadi korban di sana karena sosok yang mirip Saras dan sosok itu bukanlah manusia tetapi KANIBAL. Kemudian Arimbi juga menceritakan tentang Saras yang baru saja keluar dari bangunan yang ada di belakang dan di dalam bangunan itu terdapat jasad Utari yang sudah di mutilasi. Arimbi menceritakan itu dengan gemetar dan sesekali menengokan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mengawasi keberadaan Saras yang lebih dulu masuk ke rumah itu dan berjaga-jaga jikalau ia berada di sana.
“Sepertinya kau belum tahu kalu temanmu yang bernama Saras itu memiliki saudara kembar” ucap Pak Amba memberitahukan Arimbi yang langsung membelalakan matanya. “Menurut analisisku, setelah melihat video rekaman dan cerita yang baru saja kau sampaikan, bahwa Saraslah yang merencankan ini semua.” Lanjut pak Amba. Tanpa menunggu tanggapan dari Arimbi Pak Amba kembali melanjutkan analisisnya.
“Seperti kita ketahui, ketika saya datang kemari kalian menjelaskan bahwa kalian ke rumah ini untuk membuat sebuah film horror, yang mana hal tersebut adalah usul dari Saras, kemudian kalian tertarik dan membuat film itu di rumah nenek Saras yang tentu saja sudah di rencanakan oleh Saras. Saras mengajak kalian kemari semata-mata untuk menjadikan kalian mainan dan makanan untuk adik kembarnya yang memiliki kelainan jiwa. Dan itu adalah sosok Saras yang kau katakan berada di ruang bawah tanah.” Jelas Pak Amba.
Bughh!! Terdengar suara dari lantai dua. Seketika Arimbi dan Pak Amba terperanjat.
“Di.. dimana Nakula?” tanya Arimbi panik. Pak Amba tidak menjawabnya, tetapi langsung melesat pergi ke arah tangga menuju lantai dua. Melihat itu segera Arimbi mengikuti Pak Amba dari belakang. Begitu sampai di lantai dua Pak Amba dan Arimbi memasuki sebuah kamar dan ternyata Nakula sudah terkapar di lantai.
“Ha! Nakula!” teriak Arimbi seraya berjalan mendekati Nakula namun langkahnya terhenti. Sosok itu masih berdiri di dekat Nakula. Ya, Saras berdiri di sana dengan balok kayu di tangannya.
“Sa..Saras..” gumam Arimbi pelan.
“Hai Arimbi! Apa kau sudah puas melihatnya tadi?” tanya Saras sambil tersenyum mengerikan kepada Arimbi yang berdiri tegang tidak jauh darinya.
“A..apa maksudmu?” tanya Arimbi ragu.
“Jangan pura-pura tidak tahu, tadi sudah ku berikan kau kesempatan untuk masuk kedalam ruanganku.” Ujar Saras. Seketika tubuh Arimbi bergetar ketakutan mendengar hal itu.
“Ja..jadi kau sudah tahu.. kalau a..aku masuk ke dalam ruanganmu..” aku Arimbi.
“Tentu saja! Aku bermaksud untuk membiarkan kau tahu kejutan dariku” ucap Saras dengan seringai lebar.
“Hihihi…” Lagi Arimbi mendengar tawa itu.
“Perkenalkan.. adikku Shasa” tunjuk Saras ke arah belakang Arimbi dan Pak Amba.
Arimbi dan Pak Amba langsung menolehkan kepalanya kebelakang dan berdiri di sana sosok perempuan yang mirip Saras.
“Hai kak!” sapa Shasa. Entah kepada Saras atau Arimbi yang ada di sana. Sedangkan Arimbi wajahnya sudah pucat pasi. Gawat! mereka berada di antara dua orang sakit jiwa, psikopat, gila atau apalah itu sebutannya.
“Sa.. Saras sadarlah.. ini hanya lelucon kan?” tanya Arimbi getir.
Pak Amba melirik kedua orang saudara kembar itu. Dengan perlahan tanpa menarik perhatian. Ia masukan tangnnya ke saku celananya dan menggenggam pistol kecil yang biasa di bawanya kemana-mana. Pak Amba mendekatkan mulutnya ke dekat Arimbi dan membisikan sesuatu. Arimbi masih dengan matanya yang menatap Saras, mengangguk kecil bahkan Arimbi yakin Saras tidak melihat anggukannya.
Dengan gerakan cepat Pak Amba menembak Shasa yang ada di belakang mereka.
“Dorr!!” Pak Amba menarik pelatuknya dan langsung menembak Shasa. Target pun langsung terjatuh ke lantai.
“Shasa!!” teriak Saras melihat saudara kembarnya di tembak.
“Apa yang kalian lakukan!” Teriaknya seraya berjalan maju sambil mengangkat balok kayu yang di bawanya. Dengan cepat Arimbi mengahalangi jalan Saras.
“Saras sadarlah!!” teriak Arimbi sambil menahan Saras.
“Apa maksudmu Arimbi!!” ucap Saras lagi tak kalah kencang.
“Pria itu telah menembak saudaraku!!” lanjutnya lagi sambil berteriak ke depan wajah Arimbi. Wajahnya merah padam menahan amarah.
“Saras sadarlah dengan apa yang kau lakukan ini! Kita berteman bukan!” kata Arimbi sambil memajukan badannya lebih dekat kepada Saras dan memeluknya, kini air matanya sudah keluar dengan deras.
“Saras kumohon sadarlah!” pelukan Arimbi semakin erat.
“Dia bukan saudara kembarmu lagi Saras, dia hanya memanfaatkanmu! Shasa sudah tiada!” sambil terisak Arimbi mencoba menyadarkan Saras.
Seketika tubuh Saras luruh ke bawah mendengar kenyataan dari mulut Arimbi. Balok yang ada di tangannya terlepas. Ia melihat tangannya yang berlumuran darah dan melihat Nakula yang terkapar disana. “Tidak! Tidak! Apa yang sudah ku lakukan!” tanya Saras melihat tangannya sendiri. Lalu Saras menarik-narik rambutnya dengan kuat sambil menangis histeris.
“Saras Berhenti! Saras!” Arimbi mencoba menghentikan Saras yang melukai dirinya sendiri.
“Hihihi…” terdengar suara tawa. Pak Amba dan Arimbi menolehkan kepalanya dan melihat Shasa yang berdiri di sana. Pak Amba memegang pistolnya kembali dan mengarahkannya ke arah shasa.
“Kakak ayo main lagi..” Ajak Shasa kepada Saras yang masih menangis. Seketika tangis Saras terhenti begitut melihat Shasa yang berdiri di sana dan tersenyum padanya. Melihat itu Saras menggerakkan badanya untuk berdiri, tetapi kembali di tahan oleh Arimbi.
“Tidak! Tidak Saras jauhi dia! Dia bukan manusia! Dia bukan adikmu Saras!” Teriak Arimbi pada Saras mencoba menyadarkannya kembali.
“Kakak… Hihihi…” Shasa kembali tertawa. DORR!! Pak Amba menembakkan pistolnya lagi ke arah Shasa. Namun sosok itu masih tetap berdiri di sana. Terdiam beberapa saat.
“Hihihi…” Shasa tertawa lagi.
“Kakak pria itu menembakkui..” ucap Shasa mengadu pada kakaknya dengan wajahnya yang polos. Sedangkan Pak Amba dan Arimbi tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Shasa masih berdiri tegap di sana walau Pak Amba sudah menembaknya dua kali.
“Dia.. dia.. SETAN!” bisik Arimbi.
Saras tiba-tiba mendorong Arimbi dengan kuat, lalu berjalan cepat ke arah adiknya. Tubuh sang adik di tahan oleh Saras dan menyuruh Arimbi dan Pak Amba untuk segera pergi dari rumah itu.
“Arimbi cepat pergi dari sini!” teriak Saras dengan gerakan tangannya menyuruh Arimbi keluar.
Pak Amba segera menarik Arimbi yang terjatuh agar berdiri dan berjalan cepat menuju pintu kamar itu. Ketika akan melewati Saras, Arimbi berhenti di depan Saras.
“Saras ayo kita pergi bersama dari rumah ini” ajak Arimbi pada Saras yang membentangkan kedua tangannya di hadapan Shasa.
“Maaf Arimbi aku tidak bisa. Aku sudah bukan Saras teman yang kau kenal.” ujar Saras dengan mata berkaca-kaca. Ia harus menyelamatkan Arimbi sebelum Shasa mengamuk dan melakukan hal yang semakin liar.
“Ayo!” ajak Pak Amba dan menarik kembali tangan Arimbi. Ia sudah tidak tahan berada di rumah itu. ternyata di rumah itu ada seorang kanibal!. Pantas saja rumor tentang rumah ini yang memakan manusia itu benar adanya. Ia harus segera melapor ke kantor dan menindak lanjuti masalah ini.
Tetapi ketika Arimbi melewati Saras tiba-tiba Shasa menarik tangan Arimbi yang lainnya dan langsung mengigitnya dengan kencang. “AAAkkkhhh!!” jerit Arimbi merasakan gigitan Shasa yang tiba-tiba.
Saras menarik Shasa dari belakang dan memeluknya erat agar Shasa tidak bergerak mengejar Arimbi.
“Arimbi! Cepat pergi dari sini!” teriak Saras sambil menahan Shasa yang mulai memberontak.
“Tidak kakak! Hentikan mereka!” ucap Shasa mencoba lepas dari pelukan kakanya.
Arimbi melihat tangannya dan banyak darah yang mengucur dari sana. Sangat perih. “Arimbi apa kau masih kuat berjalan?” tanya Pak Amba melihat kondosi Arimbi. “I..iya pak” jawab Arimbi pelan.
Benar dugaan Saras, Shasa mengamuk melihat makanannya pergi, yaitu Arimbi dan Pak Amba. Tiba-tiba Saras di dorong ke belakang oleh Shasa dengan kuat. Lalu berlari mengejar Arimbi yang berjalan menuju tangga. “Arimbi Awassss!!” teriak Saras ketika melihat Shasa yang akan mendorong Arimbi dari atas tangga. Arimbi yang terkejut hampir saja terjatuh jika tidak ditahan Pak Amba.
Saras berlari menyusul Shasa yang kini sudah sampai tangga dan ingin menerkam mangsanya. Kembali Saras memeluk Shasa dengan kuat.
“TIdak kak! Tidak! Aku ingin mereka!” jerit Shasa dengan kencang. lalu tanpa disangkanya Shasa mengigit lengan Saras.
“Saras!” Arimbi berteriak melihat Shasa yang mengigit tangan kakaknya sendiri.
“Tidak, biarkan dia Arimbi!” jawab Saras. “Biarkan ia menyalurkan nafsunya terhadapku, biarkan dia memuaskan jiwanya” jawab Saras sambil terisak dan menahan perih.
“Ini semua salahku.. karena mengajak kalian kemari. Aku telah di manfaatkan oleh iblis yang ada di dalam tubuh adikku. Maaf.. karena aku baru menyadarinya sekarang..” mohon Saras denga penuh penyesalan.
“Tidak Saras, kau tidak salah..” Arimbi semakin tidak tega meninggalkan Saras dalam kondisi seperti itu, apalagi ia mengorbankan nyawanya sendiri.
“Aku juga sudah membunuh Utari! Aku sudah gila Arimbi! Aku tidak bisa menahan hasrat mengerikan dalam tubuhku! Sekuat tenaga aku menahannya, namun iblis dalam tubuhkulah yang akhirnya menang!” aku Saras kepada Arimbi, dan Pak Amba tidak percaya bahwa hal yang terjadi di hadapannya ini benar-benar nyata.
Shasa benar-benar memakan lengan Saras. Terlihat tulang pada lengan Saras yang dagingnya sudah terkoyak oleh Shasa.
Tiba-tiba Arimbi berlari menuruni tangga, kemudian mengambil sesuatu di ruang tengah dan keluar rumah itu menuju halaman depan. Di bukanya mobil yang kemarin ia gunakan saat datang ke rumah itu. Lalu mengambil bensin yang ada di dalam sana. “Apa yang kau lakukan?” tanya Pak Amba dengan terengah-engah yang ternyata mengikuti Arimbi dari belakang. “Aku meminjam ini!” Arimbi berjalan melewati Pak Amba dan langsung mengambil korek gas yang ada di saku depan pria itu sambil membawa bahan bakar ke dalam rumah.
Seketika mata Pak Amba membesar ketika menyadari hal yang akan di lakukan Arimbi. “Tunggu Arimbi!” teriak pak Amba dan kembali mengejar Arimbi. Begitu sampai di atas tangga Arimbi melihat kondisi Saras yang sudah lemah dan terduduk di lantai. Bahunya kini sedang di nikmati oleh makhluk itu. Dengan rakus Makhluk itu memakan daging kakaknya sendiri. Matanya berkilat-kilat dan wajahnya sudah di penuhi darah.
Tidak dia bukan makhluk, tetapi Iblis Kanibal. Arimbi menarik tubuh Shasa menjauh dari Saras kemudian ia lemparkan bensin yang ada di tangannya ke tubuh Shasa. Mata Shasa melotot melihat Arimbi. Wajah polos itu kini sudah menampilkan wajah aslinya.
“Apa yang kau lakukan!” Teriak iblis itu.
“Apa yang kulakukan? Lihat ini!” jawab Arimbi sambil melemparkan korek api gas yang menyala ke tubuh iblis itu.
“Shasaaa!!” Jerit Saras melihat Arimbi yang membakar Shasa.
Terlambat. Pak Amba tidak dapat mencegah Arimbi. Wanita itu sudah terlanjur melakukannya. Saras berdiri dan memeluk Shasa yang sudah terbakar dan menjerit-jerit merasakan api di tubuhnya.
“Saras apa yang kau lakukan!” kaget Arimbi melihat Saras yang malah memeluk adiknya yang terbakar.
“Aku juga pantas mati.. Selamat tinggal Arimbi..” ucap Saras sambil memeluk saudara kembarnya yang menggeliat-liat kepanasan. Api itu menjalar ke tubuh Saras.
“Tidak Saras.. bukan seperti ini harusnya..” isak Arimbi melihat temannya. “Seharusnya aku menyelamatkan Saras.. hikss..hikss..” tangis Arimbi kencang sambil berlutut. Pak Amba mencoba membangunkan Arimbi dan mengajaknya segera pergi dari rumah itu. Sebelum rumah itu juga ikut terbakar karena api yang berasal dari tubuh saudara kembar itu. Pak Amba pun akhirnya mengangkat tubuh Arimbi dan bergegas pergi.
“Tidak ada yang bisa aku selamatkan! Hiks.. hikss..” tangisnya lemah dalam gendongan Pak Amba sambil menengok kebelakang dan melihat dua saudara kembar yang tubuhnya hampir hangus terbakar.
#####Malam itu adalah sebuah awal dimana sang adik memuaskan keingintahuannya.
Malam dimana ketika ia terbangun dan melihat kasur disampingnya kosong. Mungkin adiknya itu haus, pikirnya dalam hati. Lama ia menunggu sang adik tak kunjung datang. Sang kakak akhirnya memutuskan untuk menyusul adiknya ke luar kamar. Dicarinya ke dapur namun ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan sang adik. Sampai akhirnya melalui kaca besar pembatas dapur dan halaman belakang ia melihat seorang perempuan memakai piyama putih yang sama dengan dirinya sedang bergerak pelan ke arah kandang dekat pohon dihalaman belakang.
Melihat itu ia menghampiri adiknya namun saat hampir sampai kakinya tersangkut akar dan terjatuh. Sambil meringis ia mencoba bangkit dan menemukan adiknya sedang menarik kaki seekor kelinci putih denga paksa. Kelinci itu berusaha kabur dan meronta-ronta, namun di dekapnya badan kelinci itu dengan kuat.
“Hentikan apa yang sedang kau lakukan!” teriak sang kakak dari tempat ia terjatuh dan berusaha untuk berdiri. Sang adik tidak menghiraukan teriakan kakaknya, badan kelinci itu sudah lemah lalu diangkatnya kelinci itu ke udara dan di bantingnya kelinci itu ke tanah terus-menerus hingga berulang kali.
“Tidak! Berhenti! Berhenti!” dengan terseok sang kakak mencoba menghentikan kekejaman adiknya pada kelinci kesayangannya. Namun ia terlambat, kelinci itu sudah mati. “Ap.. apa yang kau lakukan?” tanya sang kakak begitu melihat adiknya mengangkat kelinci yang sudah mati itu lalu kembali menarik kaki-kaki kelinci itu dari badannya.
“Srott..” kaki kelinci itu pun terlepas dan mengelurkan darah. Dan apa yang dilihatnya sangat mengerikan. Wajah sang adik yang terkena cipratan darah dengan mata berbinar dan penuh senyuman melihat ke arah tangannya dimana kaki kelinci yang ditariknya sudah terpisah. Dihirupnya kaki kelinci yang ada ditangannya lalu di masukannnya ke mulut dan memakannya, layaknya memakan paha ayam. Seketika badan sang kakak terjatuh kebawah.Tubuhnya bergetar dan tanpa sadar air matanya keluar.
“ka.. kakak.. ayo kemari ka..” ajaknya sambil mengulurkan tangan kecilnya yang berlumuran darah
“ti.. tidak.. hiks.. hiks..”dengan pelan menyeret badannya ke belakang hingga membentur pohon besar, sedangkan orang yang mengajaknya asik memakan daging yang ada di tangannya. Mulutnya terus mengunyah. Bibir mungilnya di penuhi darah yang berceceran dimana-mana dan tidak mempengaruhinya untuk terus mengeksplorasi daging dihadapannya.
“apa kakak tidak ingin mencobanya?” tanyanya sambil menyodorkan sulur-sulur daging berwarna putih yang menjuntai ke bawah seperti mie dan bercampur darah merah yang mengucur. Sedang orang yang di panggil kakak terus menangis tidak mengerti dengan apa yang dilihatnya.
Beberapa tahun kemudian.
Arimbi mengantarkan anaknya berangkat ke sekolah. Sadewa namanya. Karena ia menyukai nama-nama perwayangan seperti namanya yang ada dalam salah satu tokoh wayang. Usia Sadewa baru berusia tujuh tahun dan ia baru saja pindah sekolah itu, karena mereka pindah tempat tinggal ke kota tempat Ibunya, yaitu kota asal Arimbi di lahirkan.
“De.. mama pulang dulu ya.. jangan lupa bekalnya dimakan” ujar Arimbi pada anak semata wayangnya dengan Amba. Ya, Ambalah yang membantunya untuk dapat melupakan kejadian mengerikan itu. ketika ia dirawat di rumah sakit setelah kejadian itu Amba selalu menemaninya, sampai akhirnya benih-benih cinta itu tumbuh. Lalu Amba di pindah tugaskan ke kota lain yang mau tidak mau Arimbi harus mengikuti suaminya pergi. Sebulan yang lalu Arimbi kembali lagi ke kota kelahirannya ini dan kota tempat dimana ia menimba ilmu.
Kriiinggggg….
Saat Istirahat tiba. Dewa memakan bekalnya di taman sedangkan teman-temannya yang lain sambil bermain bola dan lain-lain. Seorang anak perempuan cantik datang dan menghampiri Dewa yang sedang memakan buah sebagai pencuci mulutnya. Ya, Arimbi selalu memberikan Dewa bekal empat sehat lima sempurna, karena itu buah selalu ada dalam bekal Dewa.
“Boleh aku meminta buah mu?” tanya anak perempuan itu yang melihat potongan buah naga merah dengan berbinar. Walau tidak kenal, Dewa memberikan garpu yang di pakainya kepada anak perempuan itu. Tetapi anak itu salah menusukkan garpunya, yang ternyata mengenai jari Dewa. Dewa merasa jarinya perih dan terlihat darah mencuat dari jarinya.
“Maaf..” ujar anak permpuan itu terlihat menyesal dan meminta maaf.
“Tidak apa-apa, aku akan mengambil plester di kelas” jawab Dewa seraya berdiri untuk pergi ke dalam kelas, tetapi anak itu menghentikan Dewa.
“Tidak perlu..” kata anak perempuan itu lalu mengambil jari Dewa yang terluka lalu menghisapnya.
“Lihat jarimu sudah tidak berdarah lagi” sambil tersenyum anak itu menunjukkan jari Dewa yang basah karena terkena salivanya.
“Te.. terima kasih.” Ucap Dewa sambil menggaruk tengkuk kepalanya dengan tangannya yang bebas. ”Oh ya, siapa namamu? Namaku Dewa ” seraya mengulurkan tangannya kepada anak perempuan itu.
Anak perempuan itu pun membalas uluran tangan Dewa dan menyebutkan namanya dengan senyuman dan mata yang berbinar. “Namaku Shasa…”
HIHIHIHI
THE END
nahhh begini lah akhir dari cerita 2 malaikat kematian :HUAHAHAHAHA
maaf kalau banyka typo & kesalahan-kesalahan dalam penulisan :KISSYOU @author5
-
16 November 2016 pada 10:53 pm #295707oncomYoyoyPeserta
lah kim udh periksa typo blm gehh? ??
mudah2 lapaknya rame yak hihi
eh iyah jan lupa tag omaa kiimm @famelovenda :hippoketawajahad :ijorencanajahat
-
16 November 2016 pada 10:56 pm #295709kimyAngela_Peserta
kayaknya udah com tapi ga tau deh :pingsan!
lapakkk baruuuuu, dari pada jadi penghuni tetap lepy mending di upload yah com @oncomyoyoy :kaburberdua
-
16 November 2016 pada 11:02 pm #295712oncomYoyoyPeserta
akhirnyaa yakk dia di upload juga ??
eh iya ini lanjutan cerbung misteri yakk bukan cerpen kuliner hihi
Insya Allah kuliner nya menyusul ya ka au @author4 ini lg nyari bahan2nya dlu mendaki gunung lewati lembah hehe :girlynyengir
-
17 November 2016 pada 1:07 am #295733farahzamani5Peserta
Akhirny penantianku berakhir
Komen gni dlu ya
Blom baca ampe abis soalny
Hihihihi ‘ketawa ala shasa’ haha -
17 November 2016 pada 2:07 pm #296213kimyAngela_Peserta
ayoo buru baca udh di upload jg
-
17 November 2016 pada 2:10 pm #296215kimyAngela_Peserta
ew kenapa jd horor gini pdhl blm di klik sumbit :ASAHPISAU2
ayo buru baca udh di upload jg :DOR! @farahzamani5
-
17 November 2016 pada 2:49 pm #296255miazain88Peserta
Ini horor kimy sieunnn
-
17 November 2016 pada 3:06 pm #296273kimyAngela_Peserta
hehehe udh baca part 1sama 2 blm jgn bilang langsung baca part end :KETAWAJAHADD
masa sih horor menurut aku malah ga horor haha btw makasih udh mampir :MAWARR @miazain88
-
17 November 2016 pada 3:19 pm #296285betalingPeserta
serem…. aku merinding… bayngin aja gimana gitu… :SUPERKAGET :SUPERKAGET
-
17 November 2016 pada 3:25 pm #296290oncomYoyoyPeserta
@miazain88 eehhh beneran horror tak? :bebekmengancam
hehe maklum cerita abal-abal, makasih yoy udh mampir :MAWARR
@farahzamani5 udh baca sampe akhir blm gehh? :DOR! -
17 November 2016 pada 3:36 pm #296299oncomYoyoyPeserta
@betaling eehh beneran serem? :bebekcemas
ini part terakhir bru di post, part 1dan 2 nya wkt bln kemaren pas ada lomba cerbung misteri di postingnya hihihi :girlynyengir
makasiiihh ya udh mampir :MAWARR
-
26 November 2016 pada 6:44 pm #301612AzharKhoiriPeserta
ini horror :KAGEET :KAGEET
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.