Tuhan sudah pasti menyiapkan jalan, memang. Tapi sabar itu susah. Lalu tinggal butiran debu. Pasrah? Pasrah? Yang berat bukan “Dilan” saja, tapi semua orang dengan masing-masing problemnya. Tapi mereka baik-baik saja… Walau tampaknya…
Aku Dia ku, Kamu Dia mu
*** Hai cinta Lama tak berjumpa Lama tak menyapa Sedang apa disana? Apapun itu, tetaplah dalam keadaan baik-baik saja Meski mungkin takdir tak inginkan kita tuk bersama
Tembusan Mata Buaya
Hai pemilik mata buaya Duri tatapmu amat tajam Menembus kian dalam Terasa sulit hilang Menyesakkan… Bukan salahmu miliki mata buaya Salahku tak menghindar Mencicipi tebaran rasa dari pemilik bahaya Diam, mematung bodoh Namun… bukankah perihal cinta selalu bodoh?
Separuh Lingkar
Kamu yang jauh dari sempurna Tapi ku simpan rasa yang mana orang sebut cinta Memang tak serupawan Henky Kurniawan Namun ketekunanmu tampak sebagai kawan Dan itu yang menarikku untuk terus memperhatikan Dalam diam, tanpa bayak pertimbangan Ku coba dekati perlahan Namun sayang, detik berikutnya kamu tinggalkan pertanyaan; “Siapa yang kemarin sore bersamamu?” “Temanku,” …
Tak bertepuk hanyalah meraih angin yang menjadi suatu ketulusan
Tangismu tangisku Senyummu tangisku Karena senyumku bukan senyummu Senyummu adalah senyumnya Senyumnya adalah senyummu Tak apa tak bersapa Kau dan aku bukan kita Kita adalah ketika kau dan dia Bersamaku kan berbeda menjadi kami Kami adalah aku kau dan dia