Dengan earphone terpasang di kedua telinga,Ruka menyalakan treadmill lalu mulai berlari. Ditengah jadwal yang padat sebagai aktor bintang, waktu untuk berolahraga menjadi kemewahan yang langka.
Tiga puluh menit kemudian, tubuhnya basah oleh keringat. Ruka berhenti. Mengambil handuk dan mengusap wajah serta leher. Nafasnya masih tersengal tapi paling tidak tubuhnya terasa lebih ringan.
Ruka menggeser jendela kaca yang mengarah langsung ke taman. Angin sejuk menyusup ke pori – pori memberi rasa dingin di permukaan kulit. Dia memejamkan mata sejenak.
Benar kata orang ,semakin kau menghindar, takdir akan mempermainkanmu sedemikian rupa.
Rumah itu dan orang-orang di dalamnya. Sebuah senyum ironi muncul begitu Ruka membayangkan mereka.
Bertahun-tahun berlalu , hingga hari itu Bert kepala pelayan orang tua itu datang menyampaikan pesan ajakan makan bersama. Sungguh undangan yang penuh perhatian.
Lamunannya terinstrupsi panggilan ponsel.
“Hallo cal,”
” datanglah ke agensi ,terjadi masalah penting !” Suara Callisto terdengar serius.
“Tak bisakah bicara lewat telpon saja?”
“Ini bukan hal yang bisa dibahas di telpon. Jadi,datang saja oke?! Akan kukirim supir,”
Ruka jarang berkunjung ke gedung agensinya. Jika bukan untuk rapat atau ada keadaan darurat semua hal akan di handle oleh Callisto.
Saat tiba di agensi, Callisto sudah menunggu. Dia berdiri membelakangi meja kerja. Ekspresinya gusar akan sesuatu.
“Ada apa?” Ruka bertanya.
“Seorang wartawan lepas datang menemuiku dan membawa ini” jawab Calisto mengambil amplop.
Ruka melihat Isinya beberapa jepretan foto. Bukan foto skandal bersama wanita. Sebuah gambar yang di ambil waktu acara jumpa fans dan dia tengah bertemu dengan seorang pria paruh baya , Bert.
“Wartawan itu punya jaringan luas , dia menduga pria ini adalah seseorang dari keluarga Lazarus” kata Calisto menunjuk salah satu foto.
Akhir-akhir ini dia sungguh stress dengan kejutan tak terduga. Ruka membuatnya cemas ketika menemukan melukai tangannya sendiri yang untungnya berhasil ditutupi dengan baik. Dan sekarang seseorang sedang menggali asal usul Ruka.
“Dia ingin uang kan?” Tanya Ruka to the point.
” apalagi atau dia akan menggali lebih dalam dan diunggah ke media. Benar-benar…dia kutempatkan di ruang rapat menunggu keputusan kita. Menurutku orang seperti itu tetap menjual beritanya meski menerima uang.”
Suhu ruangan ber-ac terasa bertambah dingin. Wajah Ruka mengeras. Sejak dia keluar dari rumah itu ,Ruka tidak ada hubungan dengan mereka. Mungkin sejak awal ia lahir.
“Panggil dia kemari. Biar aku yang bicara”
**
Seorang pria kurus dengan blazer kusut , rambut acak-acakan dan ekspresi puas duduk di kursi, kakinya disilangkan. Senyum di bibirnya seperti binatang yang tahu mangsanya sudah terperangkap.
“Senang akhirnya bisa bertemu,” ucapnya dengan nada licik. “Jadi, benarkah kau terkait dengan keluarga itu? Cucu? Putra? Namun keluarga Lazarus tidak memiliki keturunan laki-laki dalam sejarahnya. Putri satu-satunya bahkan tidak menikah. Mereka bersih luar dalam.”
Ruka duduk diam dan menatapnya tanpa ekspresi. Tapi Calisto bersumpah melihat aura gelap disekelilingnya “Berapa yang kau minta?”
Pria itu menyeringai penuh kemenangan lalu menyebut sejumlah angka yang membuat mata siapapun melebar.
“Akan kuberi uangnya tapi tidak sebanyak itu dan hanya jika kau tandatangni surat perjanjian tutup mulut dan menyerahkan bukti. Atau kau akan masuk penjara.”
“TIDAK BISA BEGITU?!! “Seru pria itu. “Aku sudah berbaik hati datang menawarkan kesepakatan. Karirmu yang hancur, jika besok dunia tahu ternyata kau mungkin anak haram keluarga Lazarus.”
Ruka tertawa pendek.” Silahkan. Unggah berita semaumu.”
Wartawan itu kehilangan wajah tenangnya. “Kau pikir ini main-main. Tunggu saja semua platform media akan menyiarkan berita malam ini!!” Ancamnya lalu berjalan menuju pintu.
“Tunggu!”
Pria itu berbalik, matanya bersinar seketika.
“Apartemen daerah M , no.060 lantai 6..itu alamatmu kan.” Ruka bangkit. Mendekat pelan-pelan “kudengar di sana sering terjadi ledakan karena kebocoran gas.”
“Kk-ka..kau mengacamku?”
Ruka tersenyum jenis senyum khas untuk kamera.” Aku mengatakan fakta jadi….”dia sengaja menggantungkan kalimat sambil mencondongkan tubuh dan berbisik.” Jadi berhati-hatilah. Dan sebagai wartawan ,kau pasti mendengar reputasi Theodor Lazarus dalam membasmi serangga.”
Ruka menarik diri, dapat terlihat wartawan itu berdiri kaku ,di banjiri keringat dingin. Keluarga itu memang bersih tanpa noda namun tak ada yang bisa membayangkan bagaimana proses noda itu hilang.
“Tawaranku masih ada. Pulang dan pikirkanlah” Ruka berkata lalu mengantar keluar wartawan itu ke pintu.
***
“Hebat, kadang aku lupa kau punya sisi seperti itu ” kata Calisto mengacungkan jempolnya.
“Ngomong-ngomong bagaimana soal yang aku minta cari?”
“Oh soal itu, awalnya aku sedikit kesulitan karena hasil pencarian terlalu banyak dengan nama The Glory.”
“Belum ada petunjuk ya”
“Tidak juga.” Calisto menyeringai bangga . “Kutemukan sebuah situs akun yang mirip. Meski aku ragu ini yang kau cari . Sebentar… nah ini!” Ujarnya menyerahkan tablet.
Ruka langsung melihatnya. Ada 2 tautan , satu akun bisnis sederhana dengan logo minimalis bertuliskan The Glory. Akun lain adalah akun pribadi yang ditautkan dalam bio. Segera dia mengklik yang terakhir. Penuh unggahan foto keseharian , potret setengah wajah dan video lainnya.
“Kenapa tiba-tiba tertarik dengan fashion? Selain itu sempat kuperiksa owner toko ini berbeda dari gadis kebanyakan.”
“Apa maksudmu berbeda?” Tanya Ruka tanpa mengalihkan pandangan dari layar tablet.
“Dia memiliki Kelainan otot saraf yang disebut Cerebral Palsy. ”
Ruka seperti tidak mendengar apa yang dikatakan Calisto karena saat ini sedang menonton salah satu video yang menunjukkan kegiatan jalan-jalan.
Ini memang gadis itu , wajah oval, rambut hitam legam, cara tersenyumnya dan namanya…..
Akhirnya, aku menemukan mu,
****
Langit cerah dihiasi awan kapas yang melayang pelan, Ruka duduk dibalik kemudi. Merapikan sekali lagi penampilannya melalui kaca spion. Kali ini dia menyamar dengan baik.
Topi, kacamata serta memakai syal cukup meyakinkan agar dia tidak dikenali. Bermodal alamat yang didapatkan dari bio akun pribadi Glorya. Ruka memutuskan pergi kesana.
Calisto mengira, dia mengikuti trend yang saat ini terjadi di kalangan selebriti. Membantu bisnis kecil orang biasa dengan menjadi sponsor dadakan.
Ruka tak mengkoreksi dugaan salah managernya. Sebab dia memiliki alasan untuk disimpan sendiri.
Mobil SUV putih meluncur keluar dari jalan raya menuju jalanan perumahan yang sepi. Ruka menyetir pelan sebelum memarkirkan mobilnya di sisi bahu jalan.
Daun – daun berguguran tertiup angin. Dia menatap ke sekeliling mencari.
“Menurut alamat…seharusnya ada di sekitar…” langkah Ruka terhenti ketika dia mendengar suara. Suara yang familiar, walau baru beberapa kali dia dengar.
Suara itu membawa langkah Ruka di depan sebuah rumah kecil ber cat putih. Banyak pot tanaman berjajar di kedua sisi pintu, ada bunga merambat rantingnya melilit membentuk kanopi alami
Disana, di halaman Glorya sedang bernyanyi lagu anak-anak dengan sangat ekspresif. Gadis itu tampak seperti thinkerbell lincah ,ceria dan hangat.
Bisakah waktu berhenti sejenak? Tanyanya dalam hati.
Bersambung
Lanjut