Vitamins Blog

SAVERIN 9 ( Perasaan Cinta Yang Gamblang)

Bookmark
Please login to bookmark Close

Walaupu aku tidak pernah secara terang-terangan memamerkan hubungan provokatifku dengan kak Saverin secara gamblang, tapi aku sangat yakin bahwa kita adalah sepasang kekasih yang sangat indah di sekolahanku ini. Kecuali ada beberapa temanku yang mengatakan bahwa menurut mereka aku lebih cocok dengan kak Krisan, tapi aku tidak terlalu memperdulikan pendapat teman-temanku, Walaupun begitu tidak sampai membuatku buta bahwa sebenarnya kak Krisan itu diam-diam menyimpan perasaan sukanya kepadaku, walau aku belum bisa membalas perasaan cintanya tapi aku tidak pernah punya niatan untuk mempermainkan perasaan hatinya. Di sekolah aku sering melihat sebenarnya banyak sekali gadis-gadis yang diam-diam menaruh hati padanya, menyukainya, berharap walaupun sedikit bisa di lihat olehnya, dan terkadang saat aku membayangkan jika aku menyakiti cinta sebesar itu pasti mereka akan membenciku ‘seram’ ucapku sambil bergidik ngeri.

Semenjak isu kedekatanku dengan kak Krisan mulai merebak dan aku ternyata masih berpacaran dengan kak Saverin seketika membuat namaku pun menjadi bahan pergunjingan di sekolahku, aku menjadi buah bibir, seketika namaku langsung meroket bukan karna prestasi tapi karena skandal percintaan sehingga reputasi sebagai gadis penakluk laki-laki seketika disematkan padaku, tapi aku tidak terlalu perduli toh aku juga tidak akan mampu untuk membungkam semua mulut mereka. Aku tidak terlalu perduli saat aku menjadi bahan perbincangan mereka, namun berbeda dengan kak Krisan saat dia tau bahwa seseorang yang diam-diam di sukainya dibicarakan dengan tidak baik membuatnya tidak suka. Saat dia duduk nongkrong di pojokan pasar dengan temannya sambil mengisap rokok ada temanya yang secara kurang ajar membicarakan tentang diriku;

“kamu sudah dapat apa saja dari gadis itu” tanya temannya kak Krisan dengan nada sedikit mengejek nyata di wajahnya.

kak Krisan seketika langsung menoleh ke arah sumber suara yang sangat tidak sopan itu, tapi kak krisan masih menahan sabar mungkin temannya hanya bercanda dan dia masih menjawab pertanyaan temannya itu dengan sabar.

“Aku memang menyukainya tapi aku tidak ingin merebutnya dari Saverin dan aku tidak pernah punya niatan untuk merebutnya, jika suatu saat gadis itu akan mungkin untuk menyukaiku aku berharap itu benar-benar dari hatinya tanpa adanya paksaan apapun”

“Aku yakin sebentar lagi dia akan patah hati, sebentar lagi Saverin pasti akan mencampakkannya di antara kita semua Saverin paling sering gonta-ganti pacar, nanti saat gadis itu patah hati segeralah datang kepadanya menawarkan bahu untuknya bersandar haha”

Pemuda itu sekitika mengepalkan tangannya menahan rasa emosi, jika omongan itu keluar dari mulut yang bukan temannya sudah pasti saat itu seketika tinjunya sudah melayang mendarat di pipi temannya . Kak Krisan dia memang sedikit emosian, terkadang dia juga sering ikut berkelahi, kemampuan bela dirinya tidak usah diragukan lagi sehingga sekolahku sering mengirim pemuda itu untuk mengikuti kejuaran karate agar hasrat berkelahinya bisa tersalurkan dengan baik. Dan justru itulah yang awalnya membuatnya kemudian diam-diam disukai oleh banyak gadis di sekolahku, menurut mereka pasti tidak akan ada orang yg berani kurang aja kepada kita, jika ada orang yg kurang ajar pasti dia akan langsung memukuli orang kurang ajar tersebut ‘romantis’ itulah kata yg sering mereka ucapkan saat mereka sedang menghayal tentang kak Krisan.

Berbeda dengan kak Krisan, Saverin itu sangat flamboyan, dan bukan sebuah desas desus lagi jika pemuda itu begitu populer diantara para gadis di sekolahku, bukan hanya disekitar rumahnya. Selain pandai membuat puisi-puisi cinta pemuda itu juga bisa memainkan gitar dan bernyanyi dengan wajah tampan dan cukup menyakinkan. Aku sering dinyanyikan beberapa buah lagu oleh pemuda itu, kita sering bernyanyi bersama di iringi petikan gitar pemuda itu, dia juga beberapa kali datang kerumahku dengan menenteng gitar kesayangannya dia sangat piawai dalam memainkan alat musik tersebut sehingga membuatku penasaran sudah ada berapa banyak gadis yg sudah berhasil ditaklukkannya dengan lagu dan rayuan gombalnya, siapapun itu pasti akan langsung tergila-gila kepadanya, termasuk juga diriku.

Selain pandai bermain gitar dan menyanyi pemuda itu juga pandai berorasi, terbukti jika ada kegiatan osis di sekolahku jika ada dirinya pasti akan ramai banyak gadis-gadis yang berminat untuk ikut, lagi pula kak Saverin memang tampan dan pandai berbicara di atas panggung, orasinya  sangat menggetarkan hati dengan idealisme keindahan kata yang dia buat. Osis di sekolahku pun nampaknya memanfaatkan reputasinya yang sangat gemilang itu untuk menarik minat para gadis-gadis di sekolahku agar ikut serta dalam acara sekolah, terbukti di setiap rapat-rapat osis, kegiatan sekolah jika pemuda itu ikut terlibat seketika langsung ramai dipenuhi banyak orang dan mereka pun menjerit mengeluh-eluhkan namaya, saat dia di atas panggung para gadis-gadis itu menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Baiklah” ucapku pada diriku sendiri “aku akan lebih keras lagi untuk menarik perhatiannya, laki-laki paling tampan dan disukai oleh banyak gadis-gadis di sekolahku memang tidak mudah untuk di taklukkan”.

Aku sangat senang menggoda pemuda itu dengan permintaan-permintaan yang sangat sepele, terkadang juga aku sedikit merajuk oleh hal-hal yang tidak penting hanya untuk sekedar mendapatkan perhatiannya. Pemuda itu menghadapi tingkah kekanak-kanankanku dengan kesabaran, yang dia lakukan saat melihatku merajuk seperti anak kecil hanya tersenyum dengan sedikit kurang ajar tanpa ada seorangpun yang mengetahui bahwa dia sebelumnya pernah sangat memuja kecantikanku yang sangat minta ampun ini.

“nona kamu cantik dan sedikit cerewet” itulah kalimat yg di ucapkan kak Saverin saat aku mulai meminta hal-hal aneh kepadanya.

Pemuda itu sangat jarang memperlihatkan perasaan sukanya kepadaku secara gamblang, saat aku didekatnya dia selalu menerima kehadiranku seperti sebuah anugrah tanpa adanya upaya lebih, seolah mensyukuri kehadiranku dengan sedemikian rupa seolah itu sudah menjadi kesenangan yang sangat luar biasa. Namun berbeda dengan keinginanku seharusnya pemuda itu merayuku lebih lagi dengan rayuan penarik hati.

Saat aku melihat pemuda itu tersenyum melihatku merajuk seperti anak kecil, itulah yang kemudian membuat keadaan menjadi tidak terkendali, setiap malam aku mulai teringat dengan wajah pemuda itu dan berharap malam akan segera berlalu menjadi pagi agar aku segera bisa bertemu dengannya dan berharap dia juga memikirkan hal yang sama juga.