Vitamins Blog

Dompetku Hilang ‘Cerita Komedi ku’ Part 7: Ujang Keramas Air Kopi

Bookmark
Please login to bookmark Close

“Kaget?”  pertanyaan Rangga yang membuyarkan keterkejutannya, berhasil
menyadarkan mereka berdua, membuat Asep maupun Ujang secara bersamaan menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.

Rangga terkekeh melihatnya, kemudian mengambil ponselnya kembali dari tangan Ujang.
“Kasus seperti itu, di kota besar seperti Jakarta sudah bukan hal yang mengagetkan, segala hal-hal random yang berbau pencopetan atau pencurian sangat banyak sekali terjadi, bahkan pelakunya pun beranekaragam.”

Setelah menyelesaikan ceramahnya Rangga tiba-tiba berseru kearah dapur.
“Bu, bawakan Bapak kopi hitam, Bapak haus.”  Kemudian Rangga melirik kearah Ujang dan Asep. “Kalian mau kopi?”

“Eh…kalau gak merepotkan, kami mau kok Pak, hehehe.”  seperti sudah kebiasaan Ujang, jika itu berbau makanan, dia paling cepat merespon.

“Kamu mau kopi juga Sep?” Rangga menatap  pada Asep yang  dari tadi diam.

“Mau…. mau Pak.” ucapnya malu-malu.

“Bu, buatkan tiga gelas.” Rangga berseru kembali, setelah istrinya menyahuti dari kejauhan, Rangga kemudian kembali menatap dua pemuda itu yang sepertinya masih menunggu dirinya melanjutkan ceritanya.

“Bahkan ada kasus yang lebih parah dan konyol dari yang kalian alami saat di bis.”

“Kasus konyol” keduanya membeo dan terheran-heran.

“Iya, dan kalian pasti tak akan percaya kalau saya pernah melihat seorang pencuri berpakaian serba mewah tapi tidak disangkanya dia mencuri sabun mandi di salah satu supermarket, aksinya itu terpantau CCTV hingga membuat si pelaku berhasil ditangkap di tempat.”

“Terus apakah si pelaku dihajar massa?”
Asep bertanya penasaran.

Rangga menggelengkan kepalanya, saat berbicara ekspresinya tampak menahan geli.

“Tidak,  karna dia seorang wanita jadi orang-orang yang ada di supermarket itu hanya membawanya di pos security dan___”

“Kenapa bisa begitu, apa karna dia perempuan jadi masyarakat kita melakukan aksi pilih kasih?” Ujang menyela, menyuarakan protesnya.

“Kau ini, makanya kalau ada orang tua ngomong  dengarkan sampai tuntas, jangan asal nerobos saja.” Rangga menatap Ujang dengan bersungut-sungut.

“Kau ini kenapa? Tinggal dengarkan saja apa susahnya sih.” Asep memiringkan kepalanya menegurnya dan berbisik-bisik ke arah Ujang.

“Hei kalian, mau dengar tidak kelanjutannya?”

“Eh… mau, mau, Pak.” Ujang dan Asep menjawab bersamaan.

“Kau tahu kenapa perempuan itu mencuri? Alasannya karna perempuan itu hamil, dan wanita itu mengaku bawaan orok.”

“Hah! Orok?”  kembali, Ujang dan Asep saling bertatap muka, terheran-heran mendengar cerita Rangga yang sangat tidak terduga itu.

Yang benar saja mana ada bawaan orok terdorong untuk mencuri? Aneh sekali, hmmm.  Ujang tampak mengangkat alisnya berusaha mempercayai  omongan Rangga yang menurutnya tidak masuk akal itu.

****
“Ini bawakan untuk untuk Bapak dan tamu yang di luar ya?” ucapnya lembut sambil memberikan nampan berisi tiga gelas kopi pesanan suaminya.

“Ih… gak mau lah Bu, Ibu saja, aku gak suka sama teman Bapak yang di luar sana mereka sangat aneh sekali.”  tolaknya mentah-mentah.

“Ah… kau ini kebiasaan,  setiap kali Ibu menyuruhmu untuk membawa sesuatu di luar, banyak alasan ini itu.” ucapnya sambil  meninggalkan Diana di dapur.
“Tak menyangka anak gadis Ibu berubah menjadi sosok introvert yang setiap melihat keramaian selalu ketakutan.” gerutunya.

Mendengar gerutuan ibunya, yang dilakukan Diana hanya tersenyum lebar seolah perkataan ibunya itu membuatnya bahagia, hingga sang ibu yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.

*****
“Kalian tak percaya?”  tanyanya memastikan. Saat di liatnya Ujang maupun Asep menggelengkan kepala bersamaan, Rangga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
Tawanya sangat menganggu, berpadu tawa serak ala seorang perokok berat yang paru-parunya sudah terkontaminasi racun nikotin yang mengikat pekat. Dan benar saja di tengah tawanya, Rangga tiba-tiba terbatuk-batuk keras.

Mereka berdua yang melihatnya seakan kasihan, tapi itu berlaku pada Asep lain cerita jika itu Ujang, karna yang dilakukan dia saat Rangga terbatuk-batuk adalah Kekehan mengejek. Mau bercerita saja banyak sekali iklannya.

Setelah tawa berpadu batuknya reda, Rangga kembali melanjutkan ceritanya.  “Saat si pelaku di interogasi oleh security dan kebetulan saya juga ada di sana, si wanita itu hanya menjawab kalau dia hanya ingin menghirup aroma sabun mandi itu  dan tak ada niatan untuk mencurinya.”

Mendengar itu semua kembali Ujang maupun Asep saling bertatapan.

“Kalian tahu bahkan demi meyakinkan semua orang, si wanita itu sampai mengeluarkan dompetnya dan menunjukan uang yang sangat banyak sekali__”  Rangga terdiam sejenak, tampak berpikir keras. “Hmm jika dilihat si wanita itu bawa uang kisaran tiga jutaan dan di dalamnya ada lembaran uang dollar juga.”

Terus bagaimana Pak kelanjutannya?Asep bertanya tak sabar.

Saat Rangga hendak melanjutkan ceritanya, Ujang tiba-tiba berdiri dan secara bersamaan  sang ibu warung nasi yang tak lain istri Rangga menghampiri mereka bertiga dengan nampan berisi kopi panas di atasnya.

Seolah hari apes menimpa Ujang, saat sang pemilik warung hampir mendekat, tak disangka sang ibu tersandung sesuatu hingga membuat kopi itu melayang ke udara dan menimpa rambut Ujang.

Byuurr!

Seketika Rangga dan Asep berdiri, memanggilnya dengan wajah panik.  “Ujang!”

“Aduh,aduh, panas, panas!”