Vitamins Blog

Stitched by the Heart part. 2

Bookmark
Please login to bookmark Close

Semenjak memilih jalan ini. Hidup Ruka berubah jadi pusat perhatian dunia. Dia langsung dikagumi oleh banyak kaum wanita, dieluk-elukan, dibanjiri pujian, sanjungan bahkan jeritan histeris. Membawa Ruka ke puncak popularitas. Terasa asli dan palsu ,atau semua penuh kepalsuan?

 

Tak akan ada yang pernah benar-benar menganggapnya ada ,hidup dan nyata. Ruka dilanda kebosanan, Itulah alasan yang membuat dia berakhir di tempat ini

 

Diujung gang sempit ditemani suara hiruk pikuk kota dari kejauhan. Ruka masih setia berjongkok tak bergerak. Dia memandangi gadis itu Glorya penuh keheranan.

 

Reaksi serta apa yang dilakukan gadis itu jauh berbeda dari apa yang selama ini Ruka dapatkan. Mereka selalu berusaha menyentuh menarik,menempel atau nekat menciumnya. Sebelumnya dia sudah menyiapkan diri saat membaca arti pandangan Glorya ‘ kamu Ruka bintang artis’ , tetapi kenyataannya gadis itu cuma diam dan tenang.

 

“sepertinya sudah aman ” kata Glorya setelah memastikan jalanan sepi.

 

Ruka tahu itu. Dua remaja tadi sempat memeriksa sekeliling tapi melewatkan mereka yang bersembunyi di gang kecil.

 

” kau sudah mau pergi?” Ruka bertanya melihatnya beranjak.

 

iris hitam gelap senada dengan warna rambutnya meliriknya sebentar lalu menundukkan kepala seolah ubin trotoar lebih bagus daripada Ruka.

 

Huh,menarik!!

 

Meski diabaikan senyum simpul terbit di bibir Ruka.

 

Glorya berjalan mendorong rollatornya maju , kali ini Ruka tiba-tiba sedikit mencondongkan badan dan menghalangi jalan.

 

“Kau benar-benar nggak mau apa-apa dariku?” Tanyanya. Penasaran.”Foto, tanda tangan, atau… sesuatu?”

 

“Tidak perlu”

 

“Kau yakin ?”

 

Glorya mengangguk kemudian berjalan melewatinya begitu saja. Dia hanya ingin pulang.

 

Meski terus diabaikan, Ruka tidak menyerah. Dia meraih pundaknya.

 

Reflek Glorya menoleh cepat. Tatapannya berubah tajam. Rambut hitamnya tersibak angin, menyingkap wajah oval dengan sorot tak suka.

 

Ruka tampak salah tingkah. “ Maaf” ucapnya cepat. “ siapa namamu?” Detik itu juga Ruka mulai merogoh saku jaketnya. Mencari pena benda wajib yang dibawanya dimanapun untuk mengatasi bila ia bertemu fans di muka umum.

 

Mata Glorya menyipit. Tanpa menunggu apa yang coba dilakukan pria itu , ia menjauh tanpa peduli lagi.

 

“Hey ! Hey ! Tunggu ”

 

Tuli, Glorya mempercepat langkahnya .Tubuhnya terhuyung  berusaha menjaga keseimbangan. Dan benar saja dia hampir tersandung kakinya sendiri. Untung rollatornya membantu menstabilkan diri.

 

Ruka terpaku. Sempat ingin melangkah, tapi ia mengurungkan niat. Entah kenapa dia merasa, gadis itu seperti tak ingin di sentuh. Dia hanya bisa menatap punggung Glorya yang perlahan menjauh.

 

 

***

 

 

Meski Ruka seorang selebriti terkenal, tempat tinggalnya jauh dari kesan mewah. Dia lebih memilih rumah sederhana di lingkungan tenang sebagian dihuni orang lanjut usia. Setiap bangunan memiliki taman luas. Tidak terlalu banyak orang lalu lalang. Pohon-pohon tua berbaris di sepanjang trotoar, daunnya menari lembut tertiup angin. Matahari mulai naik memantul sinar di jendela, menciptakan siluet bayangan pada lantai kayu.

 

Begitu pintu terbuka, Callisto langsung menghadang di ambang pintu. “Kau dari mana saja?” tanyanya, lebih pada rutinitas daripada kemarahan. Manager yang terpaut usia 3 tahun darinya itu bersedekap dan cemberut.

 

Ruka hanya berjalan melewati pria itu tanpa menjawab. Ia meletakkan jaketnya di gantungan, melempar dirinya ke sofa  panjang dengan gerakan lambat.

 

Callisto menghela napas, menutup pintu. “Aku tahu kamu bisa menjaga diri, tapi kamu tidak bisa keluar begitu saja seperti bukan siapa-siapa. Wajahmu… itu milik publik sekarang, Ruka.”

 

Kata-kata itu menggantung di udara. Wajahmu milik publik. Bukan milikmu sendiri. Dia bahkan tidak yakin siapa dia sejak awal.

 

Ruka menatap langit-langit. Pandangannya kosong, seperti layar bioskop yang tidak menayangkan apa-apa. Ada keheningan dalam pikirannya, tapi bukan kedamaian melainkan kehampaan.

 

Terjun ke dunia panggung penuh sandiwara ini , secara pelan-pelan dia di bentuk menjadi apa yang orang lain inginkan darinya.

 

“Dunia yang di banggakan oleh wanita itu. Sungguh menakutkan.”

 

” Call, aku mau pensiun..”

 

Alis Callisto terangkat tinggi. “ kau yakin?”

 

“ Tujuanku sudah berhasil jadi aku ingin berhenti. ” setelah bertahun – tahun berkecimpung di dunia yang penuh sorot ini Ruka takut akan menjadi sosok makhluk itu. Ambisinya untuk berdiri di puncak sudah hilang.

 

“Tidak apa apa kau ingin pensiun tetapi lakukan itu nanti setelah menyelesaikan beberapa kontrak.”kata Callisto santai “Jangan merengut begitu! Aku tidak mau pusing dengan biaya ganti rugi di tambah aku harus mendapatkan gaji untuk menutupi kebutuhan 3 anak. ”

 

“Kasihanilah aku Dewa Ruka!” callisto mengedip iseng.

 

Bukkk!

 

Sebuah bantal mendarat tepat di wajah Calisto.

 

“Pergi saja ke neraka” sahut Ruka memunggungi Callisto yang terkekeh puas.

 

Hubungan mereka bukan sekedar mitra kerja , Calisto tahu masalalu Ruka . pemuda itu menemuinya dengan kondisi penuh lebam. Sesuatu merubah Ruka hingga seperti ini.

 

“ Topinya jelek sekali,” celetuk Callisto memungut bantal serta sebuah topi kain bucket motif lime. Sekilas diihat jahitan topi itu rapi tetapi dia masih kesal.

 

“Topi ”

 

Ruka terperanjat bangun menoleh ke arah managernya,  Ia tidak sadar membawa benda itu pulang.

 

“ kau ke pasar loak lagi?” ,tanya Callisto mengacu pada kebiasaan unik Ruka yang gemar mengunjungi pasar loak. Alasannya klise ‘disana lebih tenang karena jarang ada yang mengenalinya’. Melihat barang bukan produk ternama namuk bernilai tinggi. Bahkan Callisto berkelakar ‘ kau bisa jadi kolektor kalau pensiun nanti.’

 

“Tidak…aku menemukannya di jalanan.”Ruka meraih topi itu.

 

Calisto mengangkat bahu mendengar jawabannya. Beginilah Ruka dengan pola pikirnya yang terkadang sulit dipahami manusia lain.

 

Ruka memandangi benda mungil itu. Ingatannya tentang kejadian tadi masih hangat dan tingkahnya pasti konyol sekali. Mau bagaimana, dia terlanjur penasaran.

 

Dia lupa rasanya di perhatikan seseorang, sesuatu yang telah mati dan terkubur dalam. Bantuan kecil dari gadis itu menyalakan kembali sensasi itu. Jemarinya mengusap permukaan topi pelan hingga tidak sengaja dia melihat sesuatu di bagian dalam.

 

 

Ada tulisan kecil tersembunyi. Bordiran warna ungu nyaris tak terlihat oleh Ruka sebelumnya.

 

“The GLORY”

 

Label nama ???

 

Bersambung

3 Komentar

  1. Lagi lagi lagi :ohyeaaaaaaaaah!

  2. Tks ya kak udh update.

    1. purpergirllovers menulis:

      :spesialramadhanSAHUR