Vitamins Blog

Stitched by the Heart part 1

Bookmark
Please login to bookmark Close

Glorya tahu betul rasanya dilihat bukan sebagai dirinya, melainkan sebagai “gadis dengan langkah aneh”. Sejak kecil, langkah jinjit dan gerakan kaku saat berjalan membuatnya sering jatuh. Dijadikan bahan candaan atau sekedar bahan bisik-bisik. Tapi di balik tubuh tak sempurna, ada hati yang sabar dan tangan yang penuh ketekunan.

 

Setiap pagi, Glorya duduk di sudut kecil rumahnya yang penuh kain warna-warni, benang-benang yang tergulung rapi, dan mesin jahit tua yang di belikan oleh ibunya berdiri kokoh. Di sana, ia menciptakan keindahan dalam bentuk gaun, blouse, hingga tas-tas sederhana yang di jual online ataupun pelanggan tetap yang datang membawa kain . Ia menjahit dengan sabar, satu tusuk demi satu, seperti cara ia merajut harapannya sendiri.

 

Orang-orang di sekitar menyayanginya, tapi tak semua mengerti. Ada tatapan kasihan, ada komentar yang tak perlu. Tapi Glorya tersenyum selalu tersenyum. Bukan karena ia tak merasa sakit, tapi karena ia tak ingin luka itu tumbuh menjadi dendam.

 

” Ma, aku pergi sebentar ya. Pulang kubawakan kue kacang.” Pamit glorya mendorong rollatornya.

 

Langkah Glorya tidak pernah tergesa. Ia tahu betul batas tubuhnya. Ia berjalan menyusuri jalan-jalan kecil kota dengan senyum tenang. Aroma -aroma makanan dari kios pedagang semerbak menghampiri hidung, menggoda untuk dibeli.

 

Pagi itu, aroma manis dari toko roti temannya menyambut hangat seperti biasa. Di dalam, suara riang yang sudah sangat dikenalnya menggelegar.

 

“Wah kukira konser darimana” canda glorya membuka pintu. Mendorong masuk rollatornya dan melipatnya ke pinggir etalase.

 

“Gloryaaa!!! Oh ini lagu drama yang dinyanyikan oleh Ruka. Lagunya booming. Aku bahkan jadi suka dengan drama itu karena Ruka mengisi soundtracknya.”

 

Glorya memutar mata jika sudah di depan Cessy yang memuja idolanya setinggi langit. Dia mencomot dua bungkus kue kacang, roti isi dan donat original tanpa topping. Kemudian duduk sambil membaca majalah gosip yang Cessy beli karena cover majalah itu adalah idolanya.

 

“Dia sangat tampan kan .” Sahut Cessy berbinar-binar.

 

“dia pakai kaos oblong dan celana gembel pun tetap tampan di matamu Cess,”

 

“Eh, jangan remehkan pesona Ruka,” serunya, menunjuk wajah pria di sampul majalah”Lihat! mata hijau tua tajam, rambut perak berantakan, senyum misterius. Dan yang paling penting Ruka itu single!”

 

“Apa hubungan dia single sama kamu”

 

“Itu artinya peluangku masih terbuka lebar dong , kau pernah dengarkan selebriti pacaran dengan penggemarnya. ”

 

” bukankah ini suara idolamu ” kata Glorya saat menunjuk lagu yang diputar.

 

“Tuh, kamu tahu !”seru Cessy.

 

Glorya memutar matanya bosan “kamu memutar lagunya hampir tiap hari,susah buat gak kenal. Lagunya lumayan enak.”sambil membuka roti. Keduanya hening sejenak menikmati makna lirik lagu.”sayangnya pria seperti itu cuma ada di lagu.”

 

Cessy cemberut. Matanya melunak, kali ini suaranya tak seceria tadi. “Jangan pesimis. Kamu juga terlalu sering nutup pintu.”

 

Glorya terdiam sejenak. Ia memandangi jendela kaca, melihat bayangan dirinya yang duduk dengan kaki tak sepenuhnya menapak.

 

“Aku nggak nutup pintu. Aku cuma… nggak mau buka untuk orang yang cuma mau lihat dari luar,” ucapnya lirih.

 

“Karena kamu belum kenal!” Cessy duduk di depannya. “Tapi serius, Glor…. Dunia di luar nggak seburuk itu.”

 

Glorya diam sejenak. Ia menatap keluar jendela.

 

” Jangan terlalu keras sama dirimu sendiri.” Cessy menggenggam tangannya sebentar. “Kamu itu orang paling kuat yang aku kenal. Tapi kamu nggak harus selalu jadi kuat sendirian.”

 

Glorya menunduk, tersenyum kecil. “Aku nggak sendirian. Aku ada kamu.”

 

Cessy tertawa, kembali menjadi dirinya yang ramai. Dia membungkus roti untuk dibawa pulang oleh Glorya “Iya! Ngomong-ngomong bagaimana kabarnya dengan Si asuransi itu? ”

 

“Kalau dia bisa tahan sama cara jalan aku, baru kita bicara,” jawab Glorya sambil berdiri, menarik rollatornya.

 

“Kamu terlalu meremehkan efek senyummu sendiri,” kata Cessy dengan dramatis. “Itu bisa mengalahkan fandom internasional, tahu nggak?”

 

Glorya hanya tersenyum lagi, tak membantah, tak juga menanggapi.

 

 

***

 

 

Setelah berpisah dengan Cessy . Glorya menyusuri jalan pulang. Trotoar disini cukup nyaman untuk rollatornya. Angin berhembus membawa sisa udara pagi yang segar.

 

Namun, ketenangan itu pecah oleh suara gaduh dari belakang.

 

“Di sana! Sepertinya dia ke arah kiri!”

 

Glorya mengerutkan kening. Sekelompok remaja putri berlarian sambil berteriak histeris. Mereka melintas di dekatnya, mata mereka mencari-cari.

 

“Aduh, apa mereka sedang tawuran” keluh Glorya segera berhenti melangkah.

 

Tawuran antar kelompok remaja umum terjadi. Bahkan ada perkelahian karena tidak terima idolanya dihina atau dicemooh.

 

Menepikan rollator ke sudut gang kecil Glorya menjaga diri supaya aman dari keramaian tersebut. Menunggu mereka pergi mencari ke lokasi lain. Hingga sebuah terdengar suara pria dari belakang.

 

“Nona, apakah mereka sudah pergi?”

 

Glorya yang selalu fokus pada satu hal langsung kaget bukan kepalang. Tidak menyadari ada orang lain selain dia disini.

 

Tak jauh dari situ, seorang pria berdiri menunduk, bersembunyi dibawah bayangan. Glorya mengamati penampilan pria itu , matanya terpaku pada rambut perak yang mencolok dan iris hijau tua. Wajah itu familiar. Entah dimana dia pernah melihatnya.

 

“Jadi kau yang dicari oleh mereka?” Glorya bertanya meski bingung. Kenapa sekelompok gadis remaja mengejar seorang pria. Apa dia orang cabul? Sebelum pikiran anehnya meluas akhirnya Glorya ingat dimana dia melihat wajah itu, wajah yang sama di majalah dan iklan.

 

Dia mengenal pria itu Ruka.

 

Meski tahu identitas pria itu ,Glorya tetap bersikap biasa. “Mereka sudah pergi. ”

 

Karena telah sepi . Glorya menarik rollatornya dan melangkah. tidak lagi memperhatikan pria itu disana atau tidak.

 

“Hey, nona, tunggu! kau tidak ingin sesuatu dariku” pria itu berseru.

 

“Maksudnya ?”

 

“Kau pasti kenal aku adalah Ruka.. berikan Apapun itu, biar kutandatangani.”

 

Lantas jika pria itu selebriti,menjadikan semua orang memujanya begitu??pikir Glorya dalam hati. Dahinya berkerut. Ia belum sempat menjawab ketika dari jauh melihat dua remaja memandang curiga ke arah mereka.

 

“Ah, sial…” gumam Glorya, lalu tanpa pikir panjang, ia mengeluarkan topi kain dari tas dan memakaikannya ke kepala Ruka.

 

“He—hey?!” Ruka terkesiap, namun Glorya sudah menarik lengan jaket tangannya, mengarahkan masuk kembali ke gang kecil dan menyuruhnya berjongkok.

 

“Ssst! Diamlah.. Kamu nggak mau ketahuan kan?”

 

Ruka yang sempat membuka mulut, menutupnya kembali. Matanya menatap Glorya, belum sepenuhnya yakin akan situasi. “Kau…”

 

Glorya menatapnya datar. “Aku bukan penggemarmu. Dan kau kelihatan butuh sendiri kalau tidak mengapa sembunyi.” Dia pernah baca artikel ada selebriti yang tidak nyaman terus dikerumuni fans. Itulah yang terlihat sekarang dari Ruka.

 

Andai Cessy disini. Gadis itu akan heboh dan melompat lompat dengan senang. Glorya jadi ingin menghubungi Cessy dan membayangkan bagaimana reaksinya.

 

Cessy terus menyatakan kalau Ruka itu sangat tampan. Dan dari jarak sedekat ini, harus Glorya akui penilaiannya tidak salah. Tapi dia merasa Ruka di foto dengan Ruka yang dihadapannya tampak beda.

 

‘Ehh, untuk apa aku peduli perbedaannya?? ‘

 

Sementara di lain pihak. Ruka diam menurut sesuai yang diperintahkan gadis itu. Dia tercengang seakan baru menemukan hal ajaib. Sesuatu yang dia cari tapi tidak tahu apa itu.

 

Dan ,di bawah langit biru kota yang cerah Ruka dapat melihat apa yang selalu kurang dari dunianya ,sebuah keaslian tanpa pura-pura.

 

bersambung>>

2 Komentar