Aku tinggal di kawasan lereng gunung ungaran, sebuah tempat yang menawarkan pemandangan, bahkan dari jaman kolonial Belanda tempat tinggalku sudah sangat terkenal di gunakan para orang-orang Belanda untuk melancong, banyak sekali hotel di setiap sudut kotaku dan kios-kios tempat menjual cinderamata.
Dan rumah yang kutinggali adalah joglo jawa kuno, di rumahku ada pendopo dengan banyak sekali ukiran kayu klasik jawa, dan yang paling ku senangi dari rumahku adalah kamarku yang sangat luas, di dalam kamarku ada kamar mandi dengan bak berendam besar yang sering ku gunakan untuk berendam air panas setelah melakukan perawatan kecantikan lulur susu domba. setelah selesai mandi seperti biasa aku memakai gaun panjang sopan polos warna kuning gading dengan tali di bawah leher serta dua kantong besar di bagian bawah pinggang.
Saat pagi hari aku lebih suka menghabiskan waktuku di pendopo rumahku melihat pemandangan gunung sambil sarapan semangkuk soto daging atau sambil menikmati secangkir kopi panas di pagi hari.
saat sore hari aku lebih suka menghabiskan waktuku di rooftop, ada kursi kayu besar dan ada taman kecil dengan aneka bunga anggrek yang saat bermekaran harum semerbak , tempat yang sangan nyaman untuk bersantai sembari melahap beberapa novel romantis kesukaanku, di rumahku juga ada lantai berbatu kecil yang terkadang saat ada tamu berjalan di atasnya mengatakan “Lantai berbatu kecil-kecil ini sangat cocok untuk relaxsasi kaki” tapi aku tidak suka berjalan di atas lantai berbatu itu dengan telanjang kaki, aku lebih suka memakai sendal, saat berjalan dengan telanjang kaki kepalaku langsung pusing.
Jika ada temanku yang berkunjung ke rumahku pasti akan di persilahkan naik ke rooftop , begitupun dengan saverin , saat ia berkunjung ke rumahku ibuku pasti akan langsung menyuruhnya naik ke rooftop sembari menungguku mungkin aku sedang mandi atau sedang berdandan. Ibu ku sangat menyukai pemuda itu dan bila dia berkunjung ke rumahku pemuda itu selalu membawakan ibuku buah tangan “bolu gulung abon” yang sering di belinya dari toko Bakery yang sangat terkenal di kotaku, saking seringnya pemuda itu membawakan ibuku oleh-oleh justru membuatku curiga seperti ada aroma-aroma nepotisme persekongkolan antara ibuku dan pemuda itu. Mungkin itu strateginya untuk sedikit mangambil hati ibuku agar dia boleh mendekati anak gadis nya dan tidak di usir saat berkunjung kemari, toh menurutku ibuku sudah sangat menyukainya walaupun dia berkunjung dengan tangan kosong pun pasti ibuku akan tetep menyambutnya dengan hangat. Dan saat menerima oleh-oleh dari pemuda itu ibuku selalu tersenyum dan mengatakan
“besok lagi kalau ke sini tidak usah repot-repot” itulah kalimat yang sering di ucapkan ibuku tapi aku tau bahwa ibuku sangat senang menerima pemberiannya. Setelah mempersilahkan tamu ku duduk di kursi basar di taman rooftop kemudian ibu masuk ke kamar ku untuk memanggilku. sembari menenteng bungkusan kue ibuku pun menghampiriku dan mengatakan
“Duk ada temanmu cepat temuin dan jangan lupa bikinin minum juga”
“iya buk” jawabku singkat.
Lalu aku pun keluar dengan membawa suguhan gorengan dan dua gelas air jeruk dingin dengan dua bolok kecil es mengapung di atas nya.
“Apakah enkau mau kopi , karna menurutku segelas es jeruk dingin lebih nikmat di nikmati saat sore yang hangat seperti ini” ucapku dengan sedikit gugup.
“Apapun yang kamu suguhkan pasti aku akan meminumnya” ucap pemuda itu sambil tersenyum.
Pemuda itu terlihat sangat manis ketika menjadi penurut seperti saat ini, mungkin itu juga lah yang menjadi alasan kenapa hampir seluruh gadis-gadis di sekolahku sangat menyukainya. Duduk di kursi kayu besar sambil menikmati segelas es jeruk di sore yang hangat, pemuda itu banyak bercerita kepadaku , bercerita tentang hobinya, tentang makanan kesukaanya dan masih banyak lagi , mungkin bagi sebagian orang mungkin ceritanya sangat biasa saja tetapi bagi gadis yang sedang di landa deman cinta seperti ku ini cerita yang keluar dari mulutnya terdengar sangat indah di telingaku, seindah langit senja sore ini yang mulai kemerahan membentang indah di hadapanku, mengingatkanku pada kenangan saat aku duduk di atas motornya pulang bekencan dari pantai sore hari dengan langit yang mulai kemerahan lalu aku sedikit memeluk tubuhnya , menghirup aroma wangi parfum pemuda itu, dan akan selalu nampak sangat indah jika bersama orang yang paling kita sukai.
Aku tidak tau bangai mana awalnya aku bisa menyukai pemuda ini, pada awalnya aku hanya menyimpan sedikit kekagumanku . Hampir seluruh gadis-gadis di sekolahku sangat menyukainya, di sekolahku cerita tentang pemuda ini menyimpan beragam sisi yang memikat, dia di kenal cukup berpengaruh di lingkungan sosial di sekolahku, walau terkadan sifat playboy nya menimbulkan stikma negatip tapi wajah rupawan yang di milikinya merupakan simbol dari ketampanan yang haqiqi.
Ada satu kekaguman tersendiri yang ku tujukan kepadanya dengan keahlian bakat dia yang sangat tidak bisa di tampik oleh siapapun bahwa kenyataannya pemuda itu sangat mempesona, pandai membuat puisi-puisi cinta yang sangat memabukkan membuat banyak sekali gadis-gadis di sekilahku sangat memujanya. Dan aku pun mulai tergoda untuk menaklukkan laki-laki paling tampan di sekolahku ini, aku mulai menghujaninya dengan pujian yang sangat memabukan , memprovokasinya dengan kecantikanku yang sangat minta ampun ini, dan kesalahan terbesarku adalah telah berani menikam hatinya dengan cinta , dengan brutal aku mulai mengobrak-abrik hatinya yang saat itu aku pun sendiri belum tau sebenarnya untuk siapa. Dan aku pun berhasil membuat pemuda itu merindu dalam cinta yang mengebu-gebu, dan di saat pemuda itu mulai datang mendekatiku aku mulai bertingkah seperti merpati yang jinak yang akan melompat-lompat setiap kali akan di tangkap. Aku yang sudah berhasil menanamkan bibit-bibit cinta di hati pemuda itu seharusnya aku sudah cukup berhenti sampai di situ , keluar dari permainan ini dengan membawa kenangan yang sangat gemilang, rasanya sangat “mengharubiru” aku berhasil menaklukan laki-laki paling tampan di sekolahanku ini , berhasil mebuat para gadis-gadis di sekolahku patah hati dan yang paling gila aku sudah menghancurkan impian selena yang telah ia gantung tinggi di langit seketika terhempas ke dasar bumi. Tapi kenyataannya justru keadannya menjadi tidak terkendali aku seperti terkena karma oleh perbuatanku justru aku lah yang jatuh cinta duluan , aku semakin mengingin kan hati pemuda itu , berkali-kali aku bertanya pada diriku sendiri apakah aku benar-benar menyukainya?? dan jawabanya selalu sama “ya aku sangat menyukainya”.