Kau bagai renjana di dalam bejana. Terjebak asa bagai candu yang membuatku pilu. Pada pertemuan tak terencana, sorot matamu yang redup memporak-porandakan buntalan rindu yang kupendam sendiri.
Kau bertahan terisak dengan belati yang menghujam riak tawamu, terhimpit sendu yang kucandu dalam khayalku, lebur dalam pelukan perayaan kau dan aku di dalam mimpiku.
Wahai pujangga yang merayu dengan cinta yang semu,
Sedang apa kau dengan bait-bait rindu yang kau bisikkan kepadaku?
Aku kalah padamu, bahkan meski aku bersumpah menghujatmu seumur hidupku, nyatanya aku berakhir dalam dekapmu kala jemari bertaut tak terhalang jarak dan waktu.
Purnama malam itu membulat sempurna, menerangi kau dan aku yang tengah berdiam diri saling membisu di antara ribuan bising yang hiruk pikuk.
Kau membatu bisu, tak pandai bicara layaknya diksi-diksi indah dalam kisah-kisah imajinasimu sendiri, sedang aku dalam kependiamanku tengah terlampau muak menanti penghiburan yang ingin kudengar hingga aku berdecak kesal.
Menyadari kekesalanku kau meraih tangan kananku dan mengecup punggung tanganku tanpa peringatan hingga aku terkejut dan secara impulsif menarik tanganku menjauh dari bibirmu yang terasa dingin.
Aku ingin pergi, berlari menjauh darimu secepatnya karena ego yang menguasai diriku.
Aku ingin kau memohon padaku, merangsek memelukku dan menahanku agar tak pergi darimu.
Seakan mampu membaca inginku, kini aku tenggelam dalam dekapanmu yang hangat. Kau melarangku pergi dengan terbata-bata, begitu lirih di telingaku.
Rupanya kau tak pandai bicara, tapi kau manusia paling peka dengan semua egoku.
Jemarimu yang kokoh menyapu bibirku yang sedikit basah dan dingin, sedang tanganmu yang lain menghela pinggangku agar merapat padamu.
Dalam sekejap aku bisa merasakan kehangatan yang asing pada indera pencecapku, berpadu aroma tembakau yang berasal dari dirimu.
Untuk sesaat waktu terasa terhenti, di bawah pohon rindang pada bangku taman yang menjadi saksi bisu pertemuan kau dan aku, hanya ada rindu yang berakhir temu.
Aku lupa siapa aku, kau abai siapa kau. Kita tak peduli apapun dan untuk sesaat kau berbisik ditelingaku,
Kau renjana-ku selamanya.
XOXO,
ROSETTA
Wooooohhhhhššš. Baguusss…..