Di umurku yang menginjak ke 26 tahun ini, akhirnya aku kembali ke negara ini. Setelah di umurku yang ke 17, aku pergi Mengembara ke benua lain. Aku kuliah di Sidney, dan bekerja di Inggris. Lebih tepatnya tempat terlama aku tempati yaitu Sidney, karena aku kuliah disana selama 3 setengah tahun. Setelah lulus, aku bekerja di Inggris selama setahun. Setahun kemudian aku ke Swedia, lalu ke Paris dan kemarin aku berkutat di korea. Dari sejak sd aku sudah iseng menulis, pertama kali di terbitkan yaitu di majalah anak-anak. Kemudian aku mulai melanjutkannya sebagai hobi, hingga buku pertama milikku naik cetak di kelas 2 SMP. Dari pertama aku menulis, aku selalu menulis kisah yang ku alami atau orang lain alami. dulu ada pamanku yang mengenalkanku pada penerbit, hingga aku tidak perlu bersusah payah mencari uang untuk jajanku. Tapi saat di SMA, pamanku yang baik itu mengalami kecelakaan yang menyebabkan kematian nya. Meski pamanku sudah tidak ada, tempat penerbitan itu selalu menerima tulisanku. Dan membuat semua buku yang ku tulis menjadi best seller. Aku mendapatkan pundi pundi rupiah dari sana, dan ku tabung tanpa sepengetahuan siapapun. Selama waktu 5 tahun, aku sudah merampungkan 7 buku dengan nama pena Aprhodite. Namaku yang jarang di ketahui oleh orang orang yang mengenalku.
Felice Aprhodite leovarzen, nama yang sudah tercoret dari keluarga Ganadarma sejak masih bayi. Karena aku anak haram dari rahim keturunan Ganadarma yang terhormat. Karena itu, ibuku sendiri membenci aku yang lahir ke dunia ini. Dia mengurusku semata mata karena rasa kasihan, aku sendiri sudah sejak lama sudah bertekad untuk keluar dari rumah itu hingga setelah kelulusan SMA, aku bisa pergi meninggalkan tempat yang memuakkan ini.
” Felice…. Astaga… Ini lho… Kok masih kecil Sich.” Seru Meisya sahabatku sejak SD, dia begitu anggun dan seksi dengan pakaiannya. Tapi itu rusak total saat dia berteriak menggelegar dan berlari dengan cara yang tidak ada anggun anggunnya sama sekali.
” Kau sendiri kenapa semakin terlihat tua saja.” Ayolah, aku mempunyai tinggi yang rata rata perempuan Asia. Yaitu 162 cm, beda 3 cm dengan Meisya yang 165 cm. Tapi kenapa dia selalu bilang aku kecil sih, apa karena wajahku yang babyface ini dan tubuhku yang kurus.
” Kurang ajar, gimana petualangan lo. Gue udah beli semua buku Lo, dan btw gue jadi CEO di tempat penerbitan Lo. Hehe…” Meisya adalah anak dari penerbit yang pamanku kenalkan dulu, semenjak itu kami bersahabat dan terus berkomunikasi meski jarak memisahkan kita.
” Tentu saja, kau kan anaknya. Mana mungkin kau akan menjadi pegawai biasa di perusahaan dirimu sendiri.” Dia merebut koperku, menarikku untuk cepat cepat.
” Ya, kau memang benar. Ayo kita ke apartemen, aku tidak sabar membongkar oleh oleh darimu.” Dasar Meisya, dia hanya memikirkan hal itu.
……
Sudah seminggu aku tinggal disini, aku kesini karena permintaan Meisya. Dia ingin membatalkan perjodohan yang terjadi antara dia dengan anak pertama keluarga Arzanov pengusaha yang berkuasa di Asia . Dia mengatakan dia menyukai adiknya yang setahun lebih tua dari kami.
Aku setuju saja, karena ini akan menjadi inspirasi untuk buku baruku.
Aku sudah janjian dengan Meisya di club, dia mengatakan ada pesta disana. Dengan gaun malam berwarna hitam tanpa lengan. Aku memasuki club Ter elite di kota ini.
Aku duduk di depan bartender, ku edarkan pandanganku hingga mengunci satu tempat di lantai 2 yang kebetulan terlihat dari tempat dudukku. Meisya disana, dia bersikap angkuh duduk di apit 2 pria yang terlihat mirip.
Dia pria itu tidak terlalu tertarik dengan lingkungan ini. Tapi pria yang lebih muda seperti waspada akan keadaan sekitar, sesekali dia menatap Meisya dan saat Meisya menatapnya dia seakan tak perduli.
” Antarkan pesanan ini ke orang orang yang duduk di lantai dua.” Seru bartender pada seorang pelayan.
” Aku saja, aku kenal mereka. Ini untuk kalian” aku mengeluarkan uang satu juta di meja, dan membawa pesanan ke atas.
Sejak aku melangkah di lantai 2 ini, pria calon tunangan Meisya terus menatapku dengan pandangan kelam.
” Ini pesanan anda, tuan tuan.” Ku letakkan minuman mereka di meja, lalu kembali berjalan menuruni tangga. Aku duduk lagi di tempat ku semula, dan melihat ke atas. Ternyata orang itu menatapku juga, aku lemparkan senyuman padanya.
Xavier Lucius Arzanov, dia berumur 34 tahun. Pengusaha sukses di Asia dan sedang merambah ke Eropa. Adiknya Xander Theodore Arzanov, 27 tahun. Dia memegang beberapa perusahaan di Asia, membantu kakaknya.
Pria itu turun, lalu duduk di sisiku. Dia seperti predator yang mengintai mangsanya, mereka berdua terkenal dengan sifat playboy mereka. Tapi aku tahu, hati Xander sudah bertaut kepada Meisya.
” Apa anda ingin yang lain tuan, anda cukup memanggil pelayan. Tidak harus turun kesini.” Aku memainkan gelasku yang berisi tequila, setelah menoleh menatapnya.
” Kau bukan pelayan disini, tapi kenapa kau mengantarkan minuman ku??” Tanya Xavier dengan wajah dinginnya.
” Karena aku tertarik denganmu, pengusaha muda yang sangat populer.” Aku memandanginya dengan intens, dia tidak berkata apa-apa. Hanya meraih pinggangku hingga tubuhku di peluk olehnya.
” Kau merayuku, padahal kau masih ingusan. Berani sekali anak kecil seperti dirimu mencoba menggodaku.” Oh ayolah, kenapa aku selalu di anggap sebagai anak kecil.
” Karena om tampan, kalo om yang bantu aku untuk tumbuh dewasa. Aku pasti akan bahagia.” Ku genggam tangannya dan mengarahkannya ke dadaku yang tidak memakai bra di dalam gaun tanpa lengan ini. Xavier meremas dadaku, lalu mencium bibirku. Seseorang di ujung sana sudah siap dengan kameranya, Xavier perlu dengan keluarga Meisya agar bisa membangun perusahaan nya disini. Sejak 6 bulan lalu dia sudah tidak terlihat bersama wanita, sebagai salah satu syarat dari perjodohan mereka. Tapi hanya dengan rayuan kecil, dia sudah melupakan hal penting yang dia usahakan. Sungguh tragis, dia terlalu terlena oleh wanita.
” Om terlalu sempurna, aku tidak bisa bersama om. Aku takut nanti om tinggalkan setelah om dapat yang om mau.” Ku dorong dirinya hingga terjatuh dari kursi. Dia terperangah karena dorongan ku.
” Lagipula aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan.” Xavier terkekeh, dia mengelap bibirnya dan menatapku geli.
” Kau selalu begini, aku selalu penasaran seperti apa wanita yang di bicarakan oleh kedua sepupuku. Hanya dengan Mendengar cerita dan photo mereka tentangmu, aku selalu bergairah. Dan akhirnya aku bisa bertemu denganmu, lalu memuaskan rasa penasaranku.” Aku menyipitkan mataku karena tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Aku mulai melangkah meninggalkan dia yang sepertinya sudah gila.
” Aprhodite….” aku langsung berbalik saat mendengar dia mengatakan hal itu dengan keras.
” Daniella, dan Edwin Hubble. Apa kau ingat mereka.” Dia mengingatkan tentang dua orang yang pernah ku tolong, lebih tepatnya aku yang mencampuri urusan mereka. Edwin Hubble yang memiliki kekasih yang selalu berselingkuh di Sidney, dan menjadi inspirasi untuk buku ku yang ke 10.
Lalu Daniella, gadis malang yang memiliki tunangan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dia menjadi inspirasi buku ku yang ke 20 saat aku berada di Paris.
” Mereka mencari dirimu, tapi ternyata kau menghampiri aku dengan sendirinya.” Ku putar bola mataku jengah karena seringainya.
” Tentu saja aku akan menghampiri seseorang yang bisa membuatku mendapatkan inspirasi untukku menulis. Aku tidak akan sembarangan menghampiri orang, jika orang itu tidak menarik.” Ku berikan senyum manis ku padanya dan meninggalkan dia.
Haiii kakk salam kenal