Vitamins Blog

Karmila, Oh Karmila

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

16 votes, average: 1.00 out of 1 (16 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Karmila, wanita 27 tahun yang berharap masih bisa percaya pada keajaiban. Ia tak sempat mencecap bangku sekolah, hidupnya dihabisakan dengan menggosok lantai kamar mandi dan membersihkan minyak dari meja dapur. Ia tak memiliki tubuh sintal pemain film India, tidak pula wajah sehalus artis Korea. Namun Karmila tak pernah menunjukkan tanda-tanda tertarik mengubah garis wajah. Ia hanya mengenali bedak oranye dengan gambar bunga mawar di wadah plastik sebab si Mbok, ibu Karmila biasa menggunakan itu untuk merias wajahnya.

Karmila, oh Karmila. Ia tak mengerti dilema anak milenia semacam, galau dan sebagainya. Selama hidup Karmila hanya mengerti cara agar dapur si Mbok tetap mengepul dan Bapak’e tidak ngedumel karena tidak kebagian jatah makan. Kulitnya tak pernah absen dari sengatan matahari. Wanita itu sering bercinta dengan panasnya cuaca dan bercumbu dengan aroma lumpur sawah.

Tidak ada yang namanya waktu untuk “bergalau ria”. Ia bahkan mungkin tak mengerti arti dari kata sosmed. Sebab Karmila hanyalah gadis desa yang mengerti arti dari lapar dan haus.

Jangan pernah bertanya pada Karmila perihal resersi ekonomi, pajak, bintang dunia yang fenomenal, atau apa pun yang tengah booming di dunia ini. Tanyalah Karmila mengenai cara tandur. Nah, dia akan dengan senang hati mengajarimu cara mencintai padi dari gabah hingga berubah wujud menjadi nasi yang sering kauabaikan di meja makanmu.

Wanita lain sibuk mencabut bulu di kaki dan tangan mereka agar kelihatan mulus. Namun Karmila sibuk menyiangi rumput yang tumbuh di sawah garapan-nya. Karmila tak berani menatap lawan jenis. Lihat saja jerawat sebesar butir jagung yang serempak menghias kening Karmila. Pria mana yang mau menikahinya?

“Ngimpi,” kata si Mbok’e.

Namun Karmila tak memiliki waktu meratapi ketidakmujuran hidupnya. Karmila adalah Srikandi yang diturunkan Wisnu untuk membumihanguskan sifat manja yang kini tertanam di benak setiap anak gadis modern.

Tidak percaya? Suruh saja gadis berkulit putih susu menjejakkan kaki ke sawah. “Jangan,” kata mereka, jijik. “Nanti perawatan kulitku sia-sia.”

Hei, kalian. Bila kecantikan yang kalian dapatkan dari salon itu hanya ditujukan untuk menarik nafsu dan isi dompet, maka sebaiknya kalian berkaca pada Srikandi kita; Karmila.

Ia tak butuh pengakuan pria agar menyebutnya cantik dan elok. Sebab Karmila tahu, Tuhan akan memberinya tempat terindah di istana surge. Kecantikan akan luntur seiring berjalannya waktu; rambut akan memutih, kerut gencar menghias wajah, lalu encok akan menjadi teman setia di hari tua. Akan tetapi, lain halnya dengan kecantikan budi pekerti. Ia mungkin tak tampak, namun di mata orang-orang yang menghargai hidup, kecantikan ini akan dipuja dan dihargai.

“Dunia ini isinya orang-orang gila,” kata si Bapak’e. “Gila wanita, gila harta, gila pangkat. Mereka lupa kodrat utama manusia di dunia.”

Karmila akan manggut-manggut, menyetujui nasihat Bapak’e.

Mungkin saja dunia ini dipenuhi dagelan, guyonan, dan drama. Hanya saja Karmila tidak tertarik dengan hal semacam itu.

Hari ini Karmila mulai menghitung upah yang dibayarkan padanya.

Karmila, oh Karmila.

Kapankah kau turun gunung dan mengajari temanmu arti dari bersyukur?

1 Komentar

  1. Karmila aku padamu :KISSYOU pengen bawa pulang karmila soalnya aku sma skli blm bnr2 menelaah arti bersyukur itu :PATAHHATI :PATAHHATI