Vitamins Blog

Jalan Cinta

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Pernahkah hatimu meragu? Merasa segala hal yang berputar di sekitarmu hanyalah ilusi belaka? Kau tak yakin, atau tak pernah berharap, menjadi bagian dalam lingkaran kehidupan?

Kawan, engkau mungkin merasa segala derita begitu memilukan hingga dalam setiap doa yang kau panjatkan pada-Nya terasa jauh. Setiap malam kau menangisi sisa-sisa napas yang mungkin masih mampu kauembuskan di hidup ini. Inikah yang kaurisaukan?

Bila kau meragu, maka ingatlah pada setiap ayat yang menggema sebelum fajar pertama merekah. Tidakkah puji-pujian itu mengingatkanmu pada sesuatu? Bahkan seekor kupu-kupu pun dulunya hidup sebagai ulat sebelum ia akhirnya terlahir kembali dalam wujud yang indah. Lalu, mengapa kau merasa hidupmu paling terasing di semesta yang agung?

Hatimu bagai samudra yang melingkupi bumi. Indah, luas, dan kau tak akan mampu mengukur kemegahan yang diciptakan Sang Pemilik Kehidupan. Cobalah kau pandang langit yang menaungimu? Bukankah di sana tertanam ribuan bintang? Lalu, mengapa masih saja kau mengutuk keberadaanmu.

Kawan, engkau tercipta dari tanah dan oleh-Nya kau diberi kemuliaan. Ia ciptakan tumbuhan agar kedua matamu melihat keindahan di antara kelopak bunga. Ia alirkan sungai yang akan memuaskan dahagumu. Dan Dia pun memeberimu satu teman hidup yang akan membantumu melewati setiap masa. Lalu, untuk apa kau merintih saat duri menggores kulitmu.

Jiwamu mungkin merindu, tersesat saat sesungguhnya kau tak melihat petunjuk-Nya. Kau mengadu, mencaci kebaikan-Nya tanpa mempertimbangkan akibat dari perbuatanmu. Kau ingin menghancurkan segala hal yang tak kausukai.

Kawan, janganlah kau dustakan nikmat-Nya. Cobalah engkau mensyukuri segala hal yang kaumiliki saat ini. Luangkanlah satu menit waktumu untuk menyenandungkan ayat-ayat cinta. Teduhkanlah hatimu, dan biarkan alam kembali menyejukkan jiwamu yang merindu.

Andai kau tahu, Ia tak pernah menutup pintu. Ia membuka ribuan pintu dan membiarkanmu memilih. Di antara ratusan pintu yang terbentang, kau memilih pintu yang tak diperuntukan bagimu. Lalu, kau menangis. Kau salahkan dirimu. Kau salahkan apa pun!

Kawan, jangan butakan hatimu hingga segala cinta yang melingkupimu kau anggap semu belaka.

Pejamkan matamu.

Dengarkanlah. Tidakkah alunan doa yang disenandungkan ibundamu itu sangatlah indah? Sekali lagi, dengarkanlah. Apakah kau ingat saat-saat kuasa ditarik dari ragamu hingga kau hanya mampu meminta bantuan pada wanita yang kini mungkin kau….

Sudahkah kau meminta restu ibumu?

Oh, Kawan. Semesta ini mungkin tak terhitung luasnya. Ya, kau tahu itu. Namun, cinta ibumu tak pernah surut layaknya mata air suci.

Bukankah kasih ibumu merupakan cinta termurni di dunia ini?

Tidakkah ia mengajarimu sesuatu?

Lalu mengapa kau masih merasa kurang?

Kawan, berjalanlah di pinggir pantai. Tidakkah langit dan laut tampak seolah menyatu? Ya, kau melihatnya. Seperti itulah dunia ini.

Kedua matamu hanya ingin melihat hal yang kauinginkan, bukan butuhkan.

Bibirmu hanya ingin mencecap manis tanpa memedulikan pahitnya realitas.

Telingamu tak ingin mendengar lantunan kebenaran yang dinyanyikan oleh-Nya.

Kawan, sadarlah sebelum dirimu menjadi mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa. Mati rasa.

Lalu kosong….

Perlahan kehampaan mulai menyergap lilin kehidupanmu. Kau merasa terasing. Sepi. Pekam pun tiba di penghujung hidupmu.

Hingga secercah cahaya imanmu menyadarkanmu.

Kawan, jangan menangis. Setiap orang memiliki deritanya sendiri. Oleh karena itu, jangan biarkan keraguan mematikan nyala apimu. Rangkullah mereka yang selalu menemanimu, bahkan saat kemalangan mengetuk pintu rumahmu.

Bukalah kedua matamu. Rentangkanlah tanganmu.

Ya, kau bisa. Kau tahu dirimu mampu melihat cahaya di ujung sana.

Namun ingat. Engkau pun memiliki iblis yang setia menunggu saat kejatuhanmu. Iblis itu akan menghitung kekuranganmu, memperhatikan kesempatan yang ada, dan mengajakmu berpesta dalam api neraka. Ia akan mengetuk pintumu dan menawarkan secawan dusta. Di antara ribuan kebohongan yang dikarangnya, kau harus mampu menolaknya.

Oh ya, iblis makhluk yang penyabar. Ia sangat sabar menantikan dirimu berpaling dari cahaya-Nya.

Jangan, janganlah engkau tergoda pada bujuk rayu iblis. Kau tahu anggur dalam cawan emas itu terasa manis. Ya, memang manis namun akibat yang ditimbulkannya tidaklah seimbang dengan risikonya.

Kau jatuh, iblis bersorak.

Kau kalah, iblis berseru senang.

Kawan, kau memiliki pedang untuk melawan godaan iblis. Bila ia mengetuk pintu rumahmu, katakan, “Hanya pada Pemilik Kehidupan aku berserah diri.”

Ya, cinta Pemilik Kehidupan tak pernah padam.

Kau hanya perlu bersabar.

Bersabar….

4 Komentar

  1. Indah :sangatterpesona

  2. Ayu permatasari menulis:

    Wow ????

  3. Sukaaa :mataberbinarbinar :mataberbinarbinar
    Iya hnya bersabar

  4. :MAWARR :MAWARR