“Aku ingin sepuluh tangkai mawar kuning,” pintamu.
“Tidakkah kau menginginkan yang lain?” tanyaku.
Kau menggeleng, tidak mau.
Padahal kau tahu, aku tak terlalu menyukai hal semacam itu. Bunga, cokelat, makan malam, serta musik romantis. Apalah dayaku, bila aku menolak permintaanmu, maka kau akan mengabaikanku. Sengaja aku berkunjung ke toko bunga hanya untuk menyenangkanmu.
“Mawar kuning,” kata si pemilik toko. “Janji untuk seia dan sekata.”
Aku tak begitu mengerti dengan apa yang diucapkan wanita itu. “Berapa?” tanyaku mengalihkan percakapan. Entah mengapa aku takut wanita ini mengungkapakan hal yang aku tak mengerti.
Wanita itu langsung memberikan buket pesananku dan mengangsurkan selembar bon. “Terima kasih,” kataku.
Sepanjang perjalanan menuju tempatmu, bermacam pikiran mendatangiku. Aku jenuh dengan bermacam permintaanmu. Iris, tulip, cosmos … apa sebenarnya yang kauinginkan dariku?
Pada akhirnya aku tak pernah mendapatkan jawaban dari semua tanya yang ada.
Rumput hijau yang membentang di atas makammu, apakah mereka lebih memahami maksud permintaanmu?
Tak ada air mata. Aku tak bisa menangis.
Jauh di sudut hatiku, aku merasa ada sebagian dariku yang kau bawa pergi. Tanpamu di sisiku, rasanya tak lagi sama. Kata-kata penghibur yang diberikan kawan-kawanku tak mampu menghilangkan rasa perih. Aku terbiasa mendengar keluhanmu dan ketika kau tak lagi ada segalanya pun terasa buram. Kadang aku merasa kotak memori yang menyimpan kenangan di antara kita mulai rusak. Perlahan-lahan aku mulai kesulitan mengingat wajahmu. Berkali-kali aku memandangi potret dirimu … bibir, mata, seluruh dirimu.
Iris, cinta yang tak mengenal lelah.
Setangkai iris yang kaulukiskan. Cinta, aku terlalu payah untuk memahami maksudmu. Serangkaian pesan yang kauisyaratkan melalui bunga.
Sayang, aku pria bodoh. Tak seharusnya kau mempermainkanku dengan sederet pesan. Atau inikah caramu mengucap perpisahan? Kau takut aku terluka?
Dahlia merah untuk kasih sayang.
Aku merindukan setiap senti kehadiranmu. Caramu memelukku seolah aku akan lenyap dalam ketiadaan. Setiap malam aku bertanya pada diriku sendiri, “Mengapa waktu tak kunjung menyembuhkanku?”
Lalu, aku pun tahu jawabnya, “Sebab aku tak ingin disembuhkan.”
Aku tak ingin menggantikan posisimu dengan wanita lain sebab mereka tak bisa menghilangkan kekosongan dalam ragaku. Cinta yang aku butuhkan hanya darimu, bukan yang lain. Seperti bunga wasurenagusa, mana mungkin aku mampu melupakanmu. Sampai kapan pun, engkau tak akan terganti dengan yang lain.
Laksana sakura yang merindu matahari musim semi, aku menanti kehadiranmu di satu masa.
Sayang, akankah kau bersedia menerima seribu tulip merah sebagai tanda cintaku padamu?
Note: untuk Farah. Pertanyaanmu belum bisa kujawab. Next time kujawab via cerpen. Ada yang berniat bertanya? Aku jawab lewat cerpen atau potongan puisi.
Salam hangat,
G.C
Kk mah, bikin cerita nyes nyes mulu :PATAHHATI
Ternyata kode2 itu tak terbca oleh si pria, makany jngn kode2an dongs, dah tau cwo tuh kdng suka ga peka ehhh huhuhu
Ttp ya sakura msuk euyy kemari hihi
Cieee mau semedi dlu nih pasti nih, mau jawab pertanyaan aja pakw semedi si kk mah hihi, jawab ny via cerpen lgi
Betapa so sweet ny dirimu ka eaaaaa
Siapppp nunggu jawabanny hihi
Kata2nya ngena…sukaaaa
Aku menanti kehadiranmu di satu masa
Love you kak galuh cahaya, bagus bgt kata katanya ❤
Short story’ nih?
Berarti ngk ada lanjutannya lagi?
Emang dasar mah cowok ngk pekaaa banget
Ntah dimana cowok yg punya kadar peka yg tinggi :LARIDEMIHIDUP
Aihhh kata-katamu kak never failed to impressed me :PATAHHATI
Huwaaaaa aku selalu kagum dengan seseorang yang bisa merangkai kata sampai membuat orang terkagum :LARIDEMIHIDUP
aiiihhh kirain ceweknya cerewet karena minta bunga2 mulu, eh taunyaa :PATAHHATI