Vitamins Blog

Antara Aku, Pacarku dan Calon Suamiku Part 1 : Terbuang

Bookmark
Please login to bookmark Close
19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Selamat membaca!

***

Zarina POV

Hari ini seperti biasa aku pergi bekerja. Yang membedakan hanyalah ‘kemana’. Yes, here I am. Mulai hari ini dan sampai datang lagi Surat Tugas aku dipindahkan ke Kantor Pusat perusahaan tempatku bekerja. Info sedikit, Kantor Pusat ini ada di daerah Tangerang dan KC ada di Bogor.

Aku bekerja diperusahaan jasa konstruksi/kontraktor. Aku, hanya lulusan Sekolah Kejuruan Akuntansi dari Kota asalku. Dan aku disini tidak sendiri, aku memiliki teman dari semasa aku Sekolah. Kami melamar pekerjaan bersama dan syukurnya kami diterima. Emang jodoh banget, karena dimutasi juga ke tempat yang sama. Namanya Arrum dan umurnya lebih muda 1 tahun denganku meskipun kami 1 angkatan.

“Zar, kira-kira kita dikasih kerjaan apa ya disini?” tanya Arrum saat kami sedang duduk di Ruang meeting HO (re : Head Office) menunggu sang HRD Manager

“Yah Rum, mana gue tau. Kemarin kan di Surat Tugas kita ga dirinci tuh job desk nya. Tapi kayaknya sih ga mungkin kaya kemarin waktu kita dicabang.” Jawabku sambil menatap Arrum yang sedang meneliti setiap sudut Ruangan ini.

“Hmm, kayaknya lo bener deh Zar. Disini kan kantor pusat, ga mungkin kayaknya kekurangan orang cuma buat input data. Sampe dua orang lagi yang dipanggil.” Balas Arrum

“Yaudah, apapun itu semoga aja kita bisa memberikan usaha kita yang terbaik disini.” Jawabku dan setelahnya kami terdiam. Tidak ada lagi percakapan, sampai aku merasa waktu berjalan sudah sangat lama.

“Zar, ini ko kita dianggurin begini ya. Pak Arkan semalem bilang katanya besok ditunggu jam 08.00 pagi kan? Ini udah jam berapa coba?” tanyanya sembari melirikan matanya kearah jam di dinding sebelah kiri kami duduk.

Wah iya bener. Ini sudah jam 10.18 itu berarti tiga jam berlalu dan kami masih setia saja duduk berdua disini. Sebenarnya aku bukan tidak memperhatikan waktu. Aku hanya tidak ingin bernegatif thingking dan membuat Arrum ikut cemas. Tapi aku juga ga bisa memungkiri perasaanku mulai ga enak. Ini kami yang salah hari, salah jam, salah masuk gedung, atau apa? Oke, stop itu semua gak mungkin. Aku sudah berulangkali cek handphone untuk memastikan tanggal, jam dan tadi pagi sudah sangat jelas aku melihat nama PT ini di loby kantor. Huhh… tarik napas, buang, tarik lagi, buang… mungkin HRD nya lagi sibuk.

“Rum, apa kita coba tanya pak security depan aja yah?” tawarku untuk memastikan segala kebingungan kami.

“Ayo dah Zar, daripada kita nunggu lama ga jelas juga.” Balasnya dan segera berdiri dari kursi. Aku pun mengikutinya namun belum sampa kami melangkah pintu ruangan ini pun terbuka.

“Loh, kalian mau kemana?” tanya bapak ini kaget.

“Mau ke..” jawab Arrum yang bingung sambil melirikku. Aku harus jawab apa ya? Ini dia orang yang kami tunggu daritadi. Yap, he’s Mr. Arkan the HRD Manager.

“Saya terlalu lama ya? Maaf karena kalian menunggu terlalu lama. Silahkan duduk kembali.” Sergah Bapak itu sambil mempersilahkan kami duduk dengan tangannya.

Huuuh, syukur deh. Udah bingung mau kasih alasan apa tadi. Yaa walaupun tidak salah, tetap saja kami akan merasa tidak enak. Pasti akan dianggap tidak sabaran. Padahal kan urusan Bapak ini pasti banyak, dan kami harusnya sadar disini kami yang butuh. Butuh perkerjaan maksudnya, jadi ya manut ae lah. Tapi kenapa tidak memberitahu saja kalau memang jadwalnya mundur. Jadikan aku dan Arrum tidak perlu menguras tenaga untuk memikirkan alasan tidak masuk akal.

“Iya ga apa-apa pak. Kami tahu Bapak pasti sedang ada pekerjaan yang lebih penting.” Jawabku seraya tersenyum memaklumi.

“Iya hari ini juga ada beberapa karyawan harian yang dimutasikan ke proyek lain. Karena urgent jadi kalian dikesampingkan.” Jelas Pak Arkan dan kami tetap pasang senyum memaklumi.

“Baik, jadi sebelumnya selamat datang untuk kalian berdua. Arrum dan Zarina. Disini saya akan menjelaskan beberapa hal mengenai pekerjaan kalian disini.” Aku dan Arrum hanya memperhatikan dan menganggukkan kepala saat Pak Arkan menjelaskan

“Pertama, bagian. Kalian akan ditempatkan diposisi berbeda.” Ada jeda sebelum Pak Arkan melanjutkan. Nah kan benar tebakanku, jobdesk kami pasti berubah disini. Semoga saja aku bisa mempelajari dengan baik, apapun bagianku nanti.

“Arrum akan diposisikan di bagian Estimator. Dan Zarina di bagian Drafter.” Pak Arkan melepaskan pandangannya dari kertas dihadapannya dan memandang kami berdua.

Aku, jujur aku benar-benar terkejut mendengar ini. Aku Drafter? Aku ulangi – DRAFTER? Apa Bapak ini tidak salah? Kalau masih seputar administrasi atau input-input data aku tidak mempermasalahkan. Tapi ini, Drafter? Aku ini bukan lulusan Teknik, bagaimana bisa?

“Dan ini merupakan job desk kalian masing-masing.” Jelas Pak Arkan lagi sambil memberikan masing-masing dari kami kertas yang berisi job desk kami.

Aku hanya menatap nanar kertas dihadapanku saat ini. Ku lirik Arrum yang terlihat sangat jelas lega-nya. Mungkin job desk dia tidak jauh berbeda dengan sewaktu di cabang? Bukankan estimator itu pekerjaan membuat perkiraan / penawaran harga untuk tender? Kalau iya, selesai sudah karirku di perusahaan ini. Apakah ini berarti bahwa kinerjaku di cabang kemarin kurang bagus, jadi aku ditempatkan dibagian yang benar-benar bukan passion ku? Supaya perusahaan bisa memiliki alasan yang jelas untuk memberhentikanku? Mama.. rasanya aku pingin nangis sekarang

“Nah, kalau sudah bacanya mari Saya perkenalkan dengan karyawan lain.” Pak Arkan memang memberikan kami waktu untuk membaca job desk kami tadi, mungkin sekitar 15 menit untuk memahaminya

“Mari…” ucap Pak Arkan sembari berdiri dan mempersilahkan kami mengikutinya dari belakang.

Kami diajak keliling kantor. Dari Lantai 1 – 4. Dari orang yang namanya tertera dipaling  bawah struktur organisasi sampai yang paling atas. Kami dikenalkan dengan semuanya, yaa walaupun belum hapal banget karena baru sekali bertemu. Tapi aku bersyukur sikap bersahabat mereka membuatku bisa lega sedikit dari ketakutan tentang jobdesk.

“Nah disini ini bagian Estimator. Tim ini di isi 2 orang. Ada Pak Roby sebagai leader dan Pak Resky.” Jelas Pak Arkan sambil mempersilahkan kami berkenalan dengan mereka. Sambil menyebutkan nama kami dan tersenyum. Sambil sesekali kami menjawab candaan Pak Roby.

Dari pantauanku Pak Roby ini mungkin keturunan chinese, karena matanya agak sipit, badan agak gemuk. Tapi masih bisa dibilang ideal untuk umur 30an, sepertinya juga sudah menikah dan beliau ramah. Nah kalo Pak Resky juga matanya agak sipit, postur tubuh lebih kecil. Bahkan lebih kecil dariku, mungkin tinggi hanya se-leherku saja. Dia agak pendiam, tapi senyumnya tengil. Mungkin dia pingin kelihatan cool. Hihihi lucu juga Pak Resky kayaknya masih muda ini, mungkin usia 25an, dan sepertinya belum menikah. Chemistry mereka berdua udah solid banget untuk jadi atasan sama bawahan. Bisa menyelami masing-masing, mungkin karena sudah lama kerja bareng. Sepertinya Arrum akan cepat betah dibagian ini.

“Pak Roby mengenai pembahasan meeting minggu lalu, maka Saya akan menyerahkan tanggung jawab Arrum kepada Bapak di bagian ini untuk selanjutnya. Mohon dibimbing ya Pak, bibit barunya” Ujar Pak Arkan ke Pak Roby sambil memegang pundak Arrum bermaksud mengarahkannya untuk menuju kubikel kosong di samping kiri Pak Roby. Ku lihat Arrum senyum menanggapi Pak Arkan.

“Siap Pak Arkan, terima kasih sudah memenuhi permintaan tim kami yang kekurangan pemandangan indah.” Ujar Pak Roby mencairkan suasana yang membuat kami tertawa. Sedang Pak Resky hanya tersenyum tipis dan geleng-geleng kepala saja.

“Haduh, bisa saja Pak Roby ini. Oke kalau begitu Saya lanjut dulu ya Bos, mau antar 1 lagi pemandangan menyejukkan buat bagian sebelah.” Ujar Pak Arkan pada Pak Roby sambil mengguncang bahunya. Mungkin itu gaya mereka bercanda. Asik sekali kalau nanti aku bisa akrab dengan karyawan disini.

“Ayo Zarina, kita ke Bagian Drafter” ajak Pak Arkan

“Disana akan ada 3 orang laki-laki Zar. Baik semua orangnya, kamu ga perlu khawatir. Insya Alloh kamu betah.” Ucap Pak Arkan seakan bisa membaca raut kecemasanku yang sudah mati-matian aku tutupi daritadi. Mungkin karena dia bagian HRD jadi sudah bertemu beragam jenis orang dan sudah di luar kepala untuk menilai seseorang, entahlah. Tapi dia benar, aku memang cemas. Kata-kata Pak Arkan memang menenangkan, orang-orang disini rata-rata memang baik. Tapi kalau aku tidak bisa bekerja dengan benar di bagian itu sama aja bohong kan ya?

“Siang Bapak-bapak, izinkan saya perkenalkan anggota tim kalian yang baru. Namanya Zarina.” Ucap Pak Arkan mengenalkanku dan seperti sebelumnya aku menyalami mereka semua dengan pasang wajah senyum walau sebenernya takut dan cemas. Aneh ga ya mukaku? Semoga aja ga pada ilfeel.

“Ramzi..”

“Seno..”

“Arshya..”

“Zarina…”

 

                Lembur di hari pertama, amazing. Sekarang kami sedang memesan nasi goreng di pinggir jalan depan ruko yang tidak jauh dari kontrakan kami. Ya, waktu sudah menunjukan jam 8 malam. Waktunya makan memang.

                Sebenarnya hari ini aku belum bekerja. Setelah perkenalan tadi, aku diposisikan disamping Pak Arshya. Bukan dibeda kubikel dengan alat kerjaku sendiri. Aku ada di kubikel yang sama dengan Pak Arshya. Nyaliku makin ciut saat tau ternyata dibagian itu sedang tidak ada kubikel kosong. Seperti aku itu anak terbuang, dilempar sana-sini. Tidak diinginkan dimanapun.

Untung saja tadi Pak Arkan sempat menjelaskan kalau harusnya setiap bagian terdiri dari 4 kubikel, itu artinya kami semua saling berhadapan karena posisi kompeter kami di tengah dan kami mengelilinginya. Namun karena di bagian engineering sudah penuh, sedangkan ada karyawan dari proyek yang sedang dipanggil ke Head Office untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Maka disinilah dia, di kubikel kosong dimana seharusnya itu adalah tempatku. Dan aku ada disamping Pak Arshya, dikubikel yang sama.

Seharian ini aku hanya memperhatikan Pak Arshya bekerja. Ternyata Drafter itu kerjaannya menghitung, menggambar, dan juga harus jago berimajinasi. Tangannya Pak Arshya lincah banget, yang kiri di atas keyboard yang kanan pegang mouse. Aku sampe kepo dia ketik apa di keyboard, semacam cara cepat gitu. Karena tiba-tiba ada gambar persegi, garis, lingkaran dan lainnya bahkan saat mataku belum menjangkau apa yang ia ketikkan di keyboardnya.

Aku cuma di belakang dia, memperhatikan dia, kadang tengak-tengok kanan kiri atau ke bagian di depanku yang semuanya sibuk. Cuma aku sepertinya yang tidak sibuk, boro-boro sibuk kerjaan juga tidak ada.

Aku masih bingung kenapa aku diposisikan di samping Pak Arshya. Padahal leader tim ini adalah Pak Seno. Kalau dilihat-lihat potongannya Pak Arshya sama Pak Seno tuh sebelas duabelas. Tampang om-om yang udah punya 2 anak hihi. Baru tebakan aja sih, ga mungkin kan aku tanya yang macem-macem dihari pertama kerja. Aku tidak se-percaya diri itu.

“Heh, ngapain lo bengong?” ujar Arrum sambil menyenggol tanganku yang kugunakan untuk bertopang dagu.

“Hah..?”

“Ah kebiasaan lu dari jaman sekolah sampe sekarang ga ilang-ilang Zar. Ngelamun mulu. Mikirin apaan si?” tanyanya yang kurasa bosan karena daritadi kami cuma diam nungguin abang nasgor masak ga kelar-kelar

“Lu lupa hobi gue ngelamun?”

“Cih, gelamun lu jadiin hobi. Klise banget alesan lu” nah ini dia Arrum, tengil satu ini susah dibohongin emang

“Kenapa? Pasti masalah kerjaan ya? Tadi gimana? Lo kan paling ekstrim tadi pindah bagiannya?” dan dia mulai lagi bawelnya

“Iya rum, lu gimana sama kerjaan tadi? Susah ga?” jawabku mencoba mengalihkan

“Seru ko gue, ga jauh-jauh dari input. Tapi gue seneng dapet ilmu baru.” Melihat Arrum tersenyum aku jadi sedikit lega. Paling tidak diantara kami ada yang mendapatkan hal lebih baik.

“Terus lo gimana Zar? Jangan dipikir gue gatau deh lo mengalihkan topik daritadi.” Tanyanya sambil mencondongkan tubuh kepadaku. Yap, posisinya ada di seberangku. Yah, karena disini hanya Arrum yang aku miliki, dan kami pun tinggal bersama. Lebih baik aku jujur saja.

Tepat saat pesanan kami tiba, aku menceritakan keseharian hari ini. Dia sempat shock sekali dan merasa tidak enak hati karena bercerita dengan gamblang nya mengenai keseruan dia. Tapi ternyata aku malah menderita begini.

“Yah Zar, lo pasti bisa ngelewatin ujian ini. Jangan negatif thingking gitu ya..” ujarnya seraya memegang pundakku. Tadi ia merubah posisi duduk disampingku untuk mendengar jelas ceritaku.

“Bukan gitu Rum, tapi uda jelas banget kan dari cerita gue. Mulai dari gue dimutasi ke bagian yang ga gue paham, ga dapet lahan duduk sampe akhirnya nebeng sama si mister cuek. Dan ga dikasih kerjaan, okelah gausah kerjaan karena udah jelas gue ga akan bisa ngerjainnya. Tapi gue ga diajakin bincang-bincang hangat Rum. Coba lo bayangin. Kaya anak ilang tau ga gue disana tadi.” Keluhku panjang lebar menahan emosi antara kesel, kecewa, pingin nangis dan kepedesan karena nasgor abangnya maknyus pedasnya

“Muka-mukanya emang bersahabat semua. Tapi ga ada satupun yang ajak gue ngobrol Rum, basa-basi kek, apa kek. Segitu ga dipeduliinnya gue sampe ga dianggep. Siang Rum, dari siang sampe sore gue sama mereka. Itu bukan waktu sebentar Rum. Bahkan di jam pulang pun mereka melenggang gitu aja. Sampe gue bingung sendiri apa gue udah boleh pulang kaya mereka atau belum.” Aku mulai kehilangan suaraku mataku sudah panas sekali ingin menangis. Tapi aku coba tahan sebisa mungkin karena ini tempat umum.

“Kirana…” Arrum rupanya sudah tidak memedulikan makanannya sejak tadi, tangannya meremas bahuku pelan untuk memberiku kekuatan. Dia bahkan tidak memanggilku dengan Zar, melainkan Kirana. Jika sudah begini aku pasti akan mendengarkannya. Sama seperti mama yang selalu memanggilku dengan Kirana.

“Gue yakin lo kuat, lo bisa Ran. Ini cuma masalah waktu. Lagipula bisa aja kan mereka emang lagi sibuk banget tadi. Karena setelah gue pelajari, bagian kita itu terkait secara langsung. Dan gue bisa liat Pak Roby riweuhnya kaya apa seharian ini sama orang dari bagian lo.” Arrum tetap berusaha mensugestiku dengan pikiran positif.

 

Arrum POV

“Gue yakin lo kuat, lo bisa Rin. Ini cuma masalah waktu. Lagipula bisa aja kan mereka emang lagi sibuk banget tadi. Karena setelah gue pelajari, bagian kita itu terkait secara langsung. Dan gue bisa liat Pak Roby riweuhnya kaya apa seharian ini sama orang dari bagian lo.” Aku berusaha meyakinkan Zarin. Walaupun sebenarnya kalau aku diposisi dia mungkin aku sudah pulang dari tadi siang dan tidak akan kembali lagi ke kantor. Mengundurkan diri. Padahal tadi saat perkenalan semuanya ramah termasuk bagian Zarin ditempatkan. Apa jangan-jangan cuma pake topeng semua orang tadi?

No,no,no aku ga boleh negatif thingking. Aku harus menenagkan Zarina. Hanya dia yang aku miliki disini, dan hanya aku yang dia miliki saat ini. Kami harus saling menguatkan untuk bisa bertahan.

“Iya Rum lo bener ini Cuma masalah waktu..” nah aku bisa lega kalau begini

“Hanya masalah waktu sampai akhirnya gue bener-bener didepak dari kantor karena makan gaji buta. Kerja ga bisa tapi tetep di kasih upah.” Ujar Zarina sambil menundukkan pandangan. Mengaduk aduk nasi gorengnya yang mulai dingin. Sukses membuatku melongo.

“Iih Miss Galau suudzon banget si pikirannya! Maksud gue itu masalah waktu sampai lo bisa akrab dengan om-om di bagian lo dan waktu sampai lo paham, bisa dan fasih dalam menekuni bidang lo yang sekarang.” Gemes aku lihat Zarina, penampilannya aja rada tomboy, cuek, tapi hati hellokity begini. Dia sebenarnya berjiwa pejuang, pantang menyerah dan gigih. Hanya saja dia tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi, terlebih dalam hal baru yang bukan passionnya.

“Miss Galau.. emang gue keliatan se-menyedihkan itu ya sampe dipanggil Miss Galau?” nah bukannya mendengarkan nasehatku malah menanyakan yang tidak penting begini.

“Iya, lo itu Miss Galau. Malu dong lo, katanya cewe ganteng masa hati hellokity! Dulu lo jadi ketua kelas aja bisa tuh ngatur segala macem. Ga Cuma dikelas, lo bahkan lumayan tenar disekolah gegara ekskul dan jabatan lo di ekskul itu. Lo tuh dulu macan, kenapa sekarang jadi hellokity? Malu woooy!” ujarku berapi-api melepas rangkulanku dibahunya. Hilang sudah moment galaunya, gemas tingkat bidadari kalau sudah begini. Biar saja mau sakit hati kaya apa dia. Capek aku baik-baikin. Harus di bentak dulu sepertinya biar melek anak ini!

“Shhh.. sial..” see? Dia melengos sambil mengeluarkan cengiran horornya itu lagi. Itu tanda-tanda kalau dia sudah kembali. Ayey, aku bisa makan lagi!!

“Udah pinter ngejek yang lebih tua lo ya sekaraaang” baru saja aku mau menyuapkan nasi gorengku yang sudah adem ayem begini kemulutku, tangan Zarina sudah lebih dulu mencubit pipiku gemas

 

Zarina POV

“Iya, lo itu Miss Galau. Malu dong lo, katanya cewe ganteng masa hati hellokity! Dulu lo jadi ketua kelas aja bisa tuh ngatur segala macem. Ga Cuma dikelas, lo bahkan lumayan tenar disekolah gegara ekskul dan jabatan lo di ekskul itu. Lo tuh dulu macan, kenapa sekarang jadi hellokity? Malu woooy!”

“Shhh.. sial..” desisku sambil membuang muka, merasa tertampar aku kalau begini. Kenapa aku bisa lupa siapa diriku sebenarnya? Aku pernah melewati masa-masa sulit sebelumnya namun aku bisa melewatinya. Kenapa sekarang jadi cengeng begini? Cih, memalukan sekali.

“Udah pinter ngejek yang lebih tua lo ya sekaraaang” kulihat Arrum yang hendak menyuapkan makanannya namun ku gagalkan dengan mencubit pipinya gemas.

“Aduh ampun ampun sakit Zar, sakit..” mengaduhpun tak kulepaskan, malah kutambah pipi satunya juga aku cubit dia

“Aduh mami tolong mami, aaaa..” hahaaa puas kali, sampai mau nangis dia aku cubit.

Makasih ya Rum sudah mengembalikan kepercayaan diriku. Ujarku dalam hati

 

***

cerita ini kemungkinan akan sangat panjang part nya, semoga bisa menghibur vitamins yang sedang ditinggal cuti tim PSA :*

7 Komentar

  1. Cerita yg bagus
    Ditunggu kelanjutannya yah

    1. sudah di update kelanjutannya, silahkan dibaca :owlcinta

  2. farahzamani5 menulis:

    Wahhh ini msh pengenalan tokoh ya
    Aduhhh zarina kaget dongs ya tugasny beda gtu dri sebelumnya
    Suka sama interaksi zarina sma arrum, mga trs sahabatan dah yak
    Emmm si cwo dah muncul nih hihi
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat trs ya

    1. makasih kak :inlovebabe
      semoga gak bosen baca ceritanya :dragonmintacium

  3. Hihi, iya tau aja deh
    Pd sedih karena ditinggal libur sama tim PSA, hhe

    1. Menunggu hadirnya para cowok2 nya nih, semoga hadirnya cowok ngk ganggu persahabatan mereka

    2. hehehe iyaah, aku juga kan merasakan yang kalian rasakan :owljatuhcinta