Vitamins Blog

11 Desember

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

The day when the spring rain fell

The day that was filled with your scent

My love goes back in time

And falls down as spring rain like destiny

(Spring Rain-Baek Ji Young)

 

 

Terkadang aku mencoba memahami rasa sakit yang tertinggal bersama masa lalu yang ingin aku lupakan. Senyummu, tawamu, dan candamu; aku tak bisa mengingat semua itu tanpa merasakan rasa sakit yang berdenyut di dada. Malam terasa menyedihkan, sementara siang tak lagi menenteramkan. Segalanya terbalik; bahagia dan sedih, keramaian dan keheningan, lalu kebersamaan dan kesendirian. Hanya karena aku tak bisa melepas dirimu sebagaimana kau yang telah menetap di hati wanita lain.

Malam ini aku mencoba memahami kesunyian di sekitarku. Hari ini jendela yang biasa mampu menghiburku tak lagi menampilkan bintang-gemintang. Mungkin langit pun tengah bersedih, sama seperti diriku yang tak mampu menghapus keberadaanmu dariku.

“Julie,” katamu padaku di bulan Desember. “Hanya kau yang bisa memahamiku.”

11 Desember, aku dan kau duduk di kursi taman. Kita berdua menertawakan celoteh anak-anak dan berandai memiliki salah seorang dari mereka di masa depan.

“Aku ingin anak perempuan yang secantik dirimu,” begitu katamu padaku. Kau menunjuk anak kecil berambut panjang dengan pipi semerah apel. “Bagaimana?”

Aku mengangguk. “Anak kecil yang manis,” kataku.

11 Desember, kau mulai tertarik pada Anton Chekov. Setiap kali kita bersama kau akan berceloteh riang mengenai Bronte. Semua makhluk fiktif itu terasa nyata saat kau yang menerjemahkan dunia mereka kepadaku. Kadang aku merasa cemburu pada wanita-wanita yang kau kagumi itu. Namun aku tahu, mereka tak bisa menemanimu di dunia ini, di dunia yang dikhususkan hanya untukmu dan aku.

Permukaan kaca jendela menampakkan kemuraman yang tak tertahankan. Tak lama kemudian hujan pun jatuh; bulir-bulir bening mulai membasahi taman dan menyejukkan dedaunan dengan basuhan ringan. Aku berharap hujan bersedia membawa serta kenangan mengenai dirimu. Mungkin hujan lebih baik daripada kelopak mawar yang tumbuh subur di taman sana—kumpulan bunga yang mengingatkanku pada keberadaanmu.

Aku pun tak mengerti kekosongan yang ada di hati. Terkadang aku merasa tak sanggup menahan kerinduan yang menyesakkan; menggedor rongga dadaku, memaksa keluar, dan membuatku sekarat.

Apa kau pernah memikirkanku? Wanita yang pernah mengisi tempat di hatimu?

“Julie, aku ingin ke Paris.”

Sesungguhnya aku tak ingin melepasmu ke negeri asing. Aku ingin kau di sini, bersamaku.

“Aku ingin mengejar impianku,” jelasmu padaku.

11 Desember, rintik-rintik hujan membasahi taman yang kita jadikan tempat untuk bertemu. Kita tak lagi duduk bersantai di bangku hijau lumut. Kita tak lagi berandai memiliki anak. Aku mulai merasa takut kau akan melupakan janji yang sempat kauucapkan padaku.

“Bima,” kataku. Ada sedikit sepat yang tercurah dalam suaraku, namun aku ragu kau bisa mendengarnya. Kedua matamu menampakkan kesungguhan dan aku tahu taka da hal yang bisa menahanmu. “Aku….”

Gemetar, aku tak sanggup membendung air mata.

“Julie,” ucapmu sembari menghapus derai air mata dari wajahku. “Aku tak akan lama.”

Aku tak akan lama.

Suara hujan yang beradu dengan atap menyadarkanku pada janji yang tak pernah kaupenuhi.

11 Desember, kau berkata mengenai ketidakpedulianku. Kau mengeluh pandanganku yang tak lagi setara denganmu. Kau mulai mempermasalahkan kekuranganku. Dan aku sadar bahwa tali yang dulu menghubungkan kita berdua tak lagi mampu menyampaikan kesungguhanku padamu.

“Kenapa?” tanyaku.

Kau tidak menjawab. Akhirnya aku pun mengerti. “Maafkan aku,” kataku.

Tak mungkin aku tega menahan hati yang tak lagi mengharapkan kehadiranku. Tiada wanita yang sanggup menyakiti pasangannya, termasuk aku. Biarlah aku yang mundur. Tak perlu alasan untuk kebungkamanmu sebab aku pun mengerti….

Hatimu telah dimiliki wanita lain.

11 Desember, aku duduk sendirian di bangku yang dulu kunikmati bersamamu. Sempat terlintas tanya akan keberadaanmu. Lalu, aku pun segera menepis pemikiran konyol bahwa kau akan kembali padaku.

Orang-orang menyebut kesetiaanku sebagai kebodohan, sementara yang lain berkata bahwa ini tak lebih dari keputusasaan.

Mungkin mereka benar.

“Aku hanya berusaha bertahan dengan deritaku,” ungkapku, “aku tak ingin kalah dan menyesali keputusanku.”

11 Desember, aku melihatmu bersanding dengan seorang wanita. Dari sekian tanggal dan bulan yang bisa kaupilih, kau memutuskan tanggal tersebut untuk mengucap sumpah suci.

Aku tetap memoles senyum bahagia agar kau tahu aku tak selemah itu. Bila kau mampu bahagia dengan yang lain, lalu aku pun seharusnya memulai kisah baru.

Sebuah kisah yang tak lagi menjadikan diriku sebagai pihak yang menderita.

Sayang, melupakan seseorang tak semudah membalik telapak tangan. Andai hati ini bersedia membencimu; mengutuk janji yang tak kutepati, menghardik kekejamanmu, dan membuang segala kehangatan yang sempat kau berikan padaku. Hatiku pun tak bersedia menerima permintaanku. Ia masih menginginkan kehadiranmu, hati ini.

11 Desember, malam ini aku menatap langit kelabu. Rinai hujan semakin deras, bersahutan dengan jerit kekecewaanku. Siksa ini tak lebih menyakitkan dari kebungkamanmu. Namun, aku ucapkan terima kasih padamu. Berkat dirimu kini aku mampu melukis senyum di wajah; menutup rasa sakit dengan berbagai riasan.

Kini aku tahu, cintamu mungkin tak nyata, akan tetapi kasihku tetaplah ada. Suatu saat aku pun akan memulihkan kedua sayap yang patah ini; menggantinya dengan seseorang yang mampu merekatkan tiap helai dengan kasih dan ketulusan.

Sampai saat itu tiba, aku akan bertahan.

 

 

Janji yang tak pernah terpenuhi adalah satu-satunya kesalahan yang paling menghancurkanku.

 

 

Note: Karya ini saya buat ketika mendengarkan lagu Spring Rain oleh Baek Ji Young. Ini cuma keisengan. Dari pada bosan mending saya gunakan waktu untuk buat coretan. #kiss bye.

7 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Aihhh bca jam sgni kok merinding yak ehhh haha, aq ikutan sakit hati masaaaa, aihhh lgi melow bngt dah ah ni hati ???
    Ternyata jarak bsa mengubah Segalanya ya, yg dlu indah tak jdi indah
    ‘Aku hanya berusaha bertahan dengan deritaku’===> nyesss bngtttt ini
    Semangat Julie, udah Bima buang aja dah Ops hihi

  2. aduhh melow eeiyy?

  3. kok aku jadi nyesek ya..aku seakan merasa apa yang Julie rasa…

  4. Aihhh jadi ceritanya nihh si Bima ini pindah ke lain hati huhuhu….
    Emang bener kalo kata orang “Bad memory doesn’t hurt you, beautiful memory does” >_<
    Si Julie pilih setia sama hatinya, eh Bima udah pindah hati /,\
    Julie ibaratnya "I let you go doesn't mean I want to" ;;-;;

  5. ???
    Intinya Bima jahat

  6. ngapa sedihhhh bgt iniii bneran nyesekk
    mana ini tanggal lahir ku pula

  7. fitriartemisia menulis:

    bimaaaaaa grrrrrrrrr