Vitamins Blog

Scent of Contention- part 2

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Iblis bertampang malaikat
“Sebastian Raenal!” Sebastian mengerjap langsung kembali ke realita, realita menyakitkan yang seakan mencabik hatinya. Realita yang harus di terimanya dengan kehilangan gadis yang hampir di carinya enam tahun belakangan. “Masih betah mengenang masalalu kamu?” Pertanyaan dari pemuda yang ada di depannya membuat Sebastian kembali mengerjap karena intensitas dirinya masih betah di ambang masalalu dan masa sekarang.

Saat Sebastian sudah sadar sepenuhnya barulah mata hitam itu menatap tajam, marah akan gangguan dari laki-laki pengganggu yang tidak pernah merasa bersalah tersebut. “Apalagi sekarang Kazam?” Tanya Sebastian tidak menyembunyikan emosinya yang meluap.

Kazam yang di tatap sedemikian rupa hanya menggeleng dengan ironi. “Pertanyaan itu lebih cocok kamu ajukan pada gadis yang tengah menunggumu.” Ucap Kazam menampilkan keengganan di balut kekesalan. “Dia menggangguku dan sudah kukatakan untuk pergi, sayangnya otak bebalnya tak mengiyakan.” Kazam jelas menyinggung agar yang di singgung tahu.

Sebastian mengalihkan tatapan dari wajah kesal sahabatnya. Melihat gadis yang berdiri di dekat meja mereka dengan cara canggung seperti kebanyakan gadis lain yang selalu berada di sekitar mereka. Sebastian berdecak, kesal sudah tak perlu di tanya lagi. Gadis di depannya belum tahu seperti apa dirinya kalau sudah marah.

“Kamu main-main perempuan, laki-laki yang kamu anggap malaikat ini tak lebih kejam dari iblis yang ada di kerak neraka.” Kazam sempat bersuara sebelum Sebastian bangun dan berdiri di depan gadis yang terlihat gemetar. Bahkan kekehan Kazam malah membuat gadis itu semakin ketakutan saja.

“Sepertinya aku perlu alasan yang bagus sebelum memutuskan apa yang harus aku lakukan pada kucing kecil sepertimu?” Sebastian memegang helai rambut gadis yang semakin gemetar saja.

Gadis itu mudur beberapa langkah sebelum Sebastian memegang bahunya agar tidak terlalu jauh dari jangkauan Sebastian.

“I..ni,” gadis itu menyerahkan sebuah amplop berwarna merah muda itu. Tangannya yang gemetar tidak membuat gadis itu memundurkan niatnya. “Maaf.. mengganggu kamu.” Gadis itu kembali berucap dengan nada terbata.

Sebastian mengambil surat itu hingga membuat bibir gadis itu hendak tersenyum, tapi senyum itu tak sampai melebar karena detik itu juga Sebastian merobek surat itu tanpa mau peduli apa isi di dalamnya. Hanya suara terkesiap gadis itu yang terdengar, sedangkan beberapa pasang mata yang ada di sekitar kafetaria hanya mampu melongo menyaksikan adegan yang selalu terjadi setiap harinya.

“Hanya sebuah surat? Dan kamu sampai membuat laki-laki sialan yang tengah duduk di depanku itu teriak-teriak tidak jelas? Pikirmu apa yang otak kecilmu lakukan? Gila!” Sebastian berteriak, tak peduli lagi telah menjadi tontonan semua orang. Bahkan mungkin terlalu terbiasa dengan tontonan itu setiap harinya, karena memang ada saja yang mengganggu hari-harinya di sekolah ini. Entah menyatakan cinta secara langsung, atau melalui surat. Bahkan memberinya kue seolah dia tak punya uang untuk membelinya sendiri.

“Ma… af.. aku..”

“Pergi sekarang juga sebelum aku kehabisan kesabaranku. Sekali lagi aku melihat wajah mu, kamu tahu sendiri apa yang bisa aku lakukan.” Seperti yang di katakan Kazam sebelumnya, Sebastian adalah Iblis bertampang malaikat. Dia tak pernah segan-segan menghukum siapapun yang mengganggunya.

Gadis itu menelan ludah pahit, langsung berlalu dari sana dengan berlari. Rambut sebahunya bergoyang, seperti hatinya yang juga ikut bergoyang karena baru saja menerima penolakan dari pujaan hatinya.

“Membosankan.” Kazam bersuara setelah sepi yang cukup lama.

Sebastian kembali ke tempat duduknya, meminum minumannya dengan kesal. “Berhenti mengejekku, sebelum aku melampiaskan semua amarahku padamu.” Nada yang di suaraku Sebastian tidak main-main. Kazam tahu kapan waktu yang tepat untuk bercanda dengan Sebastian, dan sekarang bukan waktunya.

***

Laki-laki berkacamata itu berlari membelah lautan manusia yang tengah berjalan di lorong lantai dua. Matanya terus menatap satu-persatu perempuan yang tengah berjalan dan tak juga menemukan perempuan yang di carinya. Satu-satunya tempat adalah ruang kelas.

Dengan cepat langkahnya yang terburu-buru berbelok ke salah satu ruangan yang memang menjadi kelasnya. Laki-laki itu memperbaiki letak kacamatanya, langsung memindai isi di dalam ruangan tersebut.

“Alexa!” Teriaknya membuat gadis yang tengah sibuk dengan buku biologinya mengangkat kepala. Mata bulatnya bertanya, tapi tidak ada suara yang keluar. “Naomi..” ucap laki-laki yang kini terengah.

Sosok yang di panggil Alexa langsung menutup buku paketnya. “Ada apa dengan Naomi?” Tanyanya mendengar nama sahabatnya di sebut.

“Naomi..” lagi-lagi pemuda berkacamata itu tak mampu menyelesaikan kalimatnya yang terus menggantung.

“Ada apa dengan Naomi Bimo? Jangan membuat aku khawatir.” Alexa berjalan mendekat kearah Bimo, melihat pemuda itu berkeringat hingga Alexa tahu kalau Bimo datang padanya dengan terburu-buru yang semakin membuat Alexa penasaran.

“Dia sedang menangis di belakang sekolah.” Akhirnya Bimo bersuara lebih banyak.

Alexa panik. “Menangis? Memangnya apa yang terjadi?”

“Naomi gila.” Ucap Bimo dengan nada kesal. Mengabaikan tatapan membunuh dari Alexa. “Dia berani sekali memberikan Sebastian surat.” Kini mengertilah Alexa apa yang terjadi.

Sahabatnya tergila-gila pada sosok yang memang di kagumi seantero sekolah. Naomi memang berencana memberikan Sebastian surat kemarin tapi Alexa dengan tegas melarangnya, dan sekarang dia malah mendengar dari Bimo kalau Naomi melakukannya. Bahkan gadis itu tak bertanya dulu pada Alexa.

Dengan cepat Alexa berjalan kebelakang sekolah untuk menemukan Naomi yang mungkin saja bisa melakukan hal gila nantinya.

***

“Aku dengar kamu memarahi satu gadis lagi yang mengganggumu dengan pernyataan cinta?” Sebastian mendongak, menemukan tatapan setajam elang itu terarah padanya.

Tak ingin menjawab hal yang sudah ada jawabannya membuat Sebastian hanya mengangkat bahu acuh.

“Dia cantik?” Kali ini laki-laki itu bertanya kearah Kazam, melihat Sebastian tak memiliki kondisi yang bagus untuk di ajak bicara.

“Cantik.” Kazam menjawab dengan senyum lebar. “Tapi tak cukup cantik sampai membuat Sebastian bertekuk lutut.” Lagi Kazam melanjutkan. “Berhenti membahas wanita sekarang Jovan, kamu membuat aku sakit kepala.” Ucap Kazam menekan pelipisnya merasakan sakit kepala dalam artian yang sebenarnya.

Sosok yang di panggil Jovan hanya mendesah datar, langsung mengambil tempat duduk di antara teman-teman nya. “Sebastian terlihat kacau, dan kamu sakit. Siapa yang akan melawan kelompok Roland? Setidaknya jangan biarkan dia menang di atas angin sekarang.”

“Aku akan melawan sialan itu, akan ku buat dia menghapus seringaian di wajahnya.” Sebastian menjawab terlihat marah entah kenapa. Biasanya Sebastian tak akan bersikap seperti ini walau ada banyak gadis yang membuatnya hilang kesabaran, tapi kali ini berbeda.

“Apa ada masalah kawan?” Kazam yang menyadari langsung bertanya kearah sahabat yang sudah ia kenal sejak lama.

“Tidak ada. Hanya sedikit masalah rumah.” Jawab Sebastian enggan.

Mereka berdua tak bertanya lebih jauh, karena Sebastian tak pernah suka mengungkit masalah keluarganya.

9 Komentar

  1. Vote dulu yakkk :LARIDEMIHIDUP

    1. Oiya, tulisan [ratings] nya gabisa di copy. Kalau di copy ga keluar love nya. Tulis manual aja yakkk
      [ratings]
      Pake [r] di depan
      Pake [s] di belakang tanpa spasi
      Selamat mencobaaaaa

  2. farahzamani5 menulis:

    Ka, di part2 yg lalu dikau sukses bikin ratings ny, di part2 baru mungkin kk lupa hihi, bgni yg betul nulis ratings ny ka >>> [ratings]
    Yuks dicba
    Diapus dlu trs diketik ulang ya ka
    Semangat

    1. Yeniariani menulis:

      Udah itu… Makasih yahh

  3. farahzamani5 menulis:

    Sebastian jahaddd bngt dah ahhh
    Cieeee cintany dah dibawa pergi ama si gadis kecil dlu eaaaa hihi
    Ditunggu kelanjutanny ka
    Semangat

  4. farahzamani5 menulis:

    Sma2 ka
    Yey dah bsa di vote

  5. Waahhh ceritanya keren nih

  6. fitriartemisia menulis:

    Naomi nekat ya

  7. Wahhhh aku makin sukaaaa aihhh >_<
    Kapannnn mereka ketemuuuu, gak sabarrrrrr hihihi~
    Arumi dimana dikau nak~ /,\