Vitamins Blog

Kak Devan, I Love You! (part 1)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

29 votes, average: 1.00 out of 1 (29 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

•••

ini cerita lanjutannya yaaa.. Hee.. Selamat membaca..

 

Sejak kapan lo suka sama kak Devan?” tanya Della tiba tiba, saat tadi Angga sudah pergi dengan teman temannya.

Kiena mengalihkan tatapannya dari mangkuk baksonya, menatap Della.

 

“5 bulan yang lalu, masa ospek”

 

“Selama itu?”

 

“Yups..”

 

“Terus kenapa lo bisa suka sama kak Devan” tanya della lagi, bak polisi yang mengintrogasi tersangka utama. Kiena menatap Della tidak mengerti, pertanyaan konyol yang di ucapkan Della membuat Kiena ingin tertawa.

 

“Apa harus memiliki alasan untuk suka sama seseorang? gue nggak perlu alasan untuk suka sama kak Devan, gue suka.. Ya suka aja nggak pakai alasan” jawab Kiena seadanya.

 

“Nggak mungkin Kie, setiap cewek pasti mikir 100 kali buat suka sama cowok kayak kak Devan” sengkal Mona tidak yakin. Gila apa, cewek setipe Kiena bisa suka gitu aja sama Devan, Mustahil.

 

“Ngak semua orang itu ngelihat seseorang dari penampilannya! Pliss deh, jangan samain gue dengan kalian” sinis Kiena cuek.

 

“Tapi selama ini gue nggak ngeliat lo ada usaha buat ngedeketin kak Devan” ucap Mona menatap Kiena dengan wajah menyelidik.

 

“Kalian aja yang nggak pernah peka, setiap hari gue ngecengin kelas manajemen dan mondar mandir di perpus itu kalau bukan mau ngedeketin kak Devan” jelas Kiena. Mona mencibir.

 

“Apaan.. Tapi lo nggak dapet hasil apa apa..” kiena mengangguk mendengar cibiran Mona.

 

“Kalian tau kan, Kiena nggak akan menyerah begitu aja” ucapnya penuh tekad.

Rani yang sedari tadi diam kini bertanya, pantas aja anak itu sering mengajaknya masuk ke perpus.

 

“Jadi selama ini lo suka ngajakin gue ke perpus itu karna lo mau lihat kak Devan?” tanya Rani, dibalas cengiran tak berdosa oleh Kiena.

 

“Yups, maka dari itu, stop buat kalian comblangin gue sama kak Angga, karna cinta itu tidak bisa dipaksakan..”

 

“Iyuuhhh!!” sahut ketiganya jijik mendengar ucapan cinta yang keluar dari mulut Kiena.

Kiena terbahak mendengar dengusan jijik ketiga temannya.

 

•••

 

Sore itu hampir pukul 5 sore, dan Kiena belum pulang karna masih ada tugas yang harus diselesaikannya dari Bu Fika.

Mona masih duduk didekat pintu ruang dosen, menunggu Kiena.

Della dan Rani sudah pulang dari setengah jam yang lalu, tapi Mona masih tetap kekeuh menunggu Kiena.

 

“Udah, pulang aja Mon. Gue masih tinggal setengah nih..” usir Kiena, dia kasihan melihat Mona yang sejak tadi duduk menunggunya. Padahal Kiena udah berkali kali menyuruh Mona pulang tapi cewek itu tetap ngotot buat nungguin Kiena.

 

“Enggak ah.. Lo sendirian ntar, kasian gue” tolak Mona. Walaupun sahabatnya yang satu ini punya mulut tajem yang nggak pernah bisa dikontrol, tapi tetep aja dia sahabat yang paling baik.

 

“Tante Vanny bisa marah kalau lo pulang telat, lo tau sendiri kan nyokab lo itu disiplin banget”

Mona mengigit bibinya, tau apa yang diucapkan Kiena itu benar adanya. Mamanya akan marah kalau ia telat pulang, tapi kalau ia meninggalkan Kiena pulang sendiri kan kasian. Gak tega rasanya.

 

“Terus lo gimana pulangnya?”

 

“Gue bisa naik taksi, udah sana buruan pulang.. Thanks udah nungguin gue” Kiena tersenyum kecil.

 

“Ya udah deh, kalau lo ada apa apa telpone gue ya Kie”

 

“Sip!” Kiena melambaikan tangannya pada Mona saat cewek itu berbalik pergi keluar dari ruang dosen. Kiena menghela nafas kesal, menatap tumpukan kertas yang hanya tinggal setengah lagi.

Ini semua kertas ujian yang harus distempel, yang nantinya dibagikan saat UTS.

 

“Kiena?” Kiena mendongak saat melihat bu Fika tiba tiba sudah ada disampingnya “sudah selesai? Tadi ibu liat Mona di lorong” ada dua gelas starbucks digenggamannya. Menggeser kursi didekat kursi Kiena kemudian duduk.

 

“Belum bu, tinggal setengah yang belum Kiena stempel, iya Kiena suruh Mona pulang duluan”

 

“Kalau gitu, biar ibu aja yang lanjutin, kamu boleh pulang.. Ini buat kamu” Kiena menerima Starbucks yang diberikan Bu Fika padanya.

 

“Beneran nih bu?”

 

“Iya, Terima kasih ya Kie”

 

“Sama sama bu, kalau gitu Kiena pulang dulu, terima kasih kopinya” Kiena berdiri membereskan bukunya dan memasukkannya kedalam tas, mengambil blazer coklatnya kemudian memakainya.

Bu Fika mengangguk menerima pamitan Kiena.

 

•••

 

Devan menatap datar pada sosok Angga yang duduk disebelahnya, tadi sebelum Angga sempat menyalakan mobil tiba tiba salah satu juniornya mengetuk pintu mobil Angga dan mengatakan jika cewek bernama Kiena masih ada didalam mengerjakan sesuatu dari dosen. Juniornya itu meminta Angga untuk menunggu dan memgantarkan sabahatnya. Cewek itu bilang ini kesempatan bagus buat Angga untuk lebih dekat sama Kiena dan dia mengatakannya sambil melirik sinis penuh permusuhan kearah Devan.

Devan hendak menolak tapi Angga langsung mengangguk cepat tanpa meminta persetujuan Devan.

Devan tau, kalau Kiena itu gebetan Angga saat ini.

Junior cantik yang Devan sering tangkap basah sering mengintip kedalam kelasnya, dan bahkan Devan sering melihat cewek itu di perpus.

 

“Ayo pulang” ajak Devan bosan.

Dan jawaban Angga selalu sama, Angga mau menunggu Kiena.

 

“Bentar Van, kita tunggu Kiena”

 

“Ini udah sore Ngga”

 

“iya bentar, cerewet lo” ujar Angga sewot. Devan menghela nafas kesal, percuma ia bicara sepupunya itu tidak akan pernah menurutinya.

 

“Aku tau kamu nggak serius sama dia Angga” celetuk Devan tiba tiba membuat Angga menoleh dengan kaget.

Tapi sedetik kemudian wajah kaget itu berubah menjadi tatapan geli.

 

“Lo tau dari mana?” tanya Angga, Devan mengedikkan bahunya seolah hal itu bukanlah baru terjadi kali ini saja.

 

“Aku denger kamu taruhan sama temen temen kamu” jawab Devan datar.

 

“Haha.. Iya, gue cuman main main sama cewek itu” ucap Angga santai, membuat Devan menggelengkan kepalanya. Suadaranya ini tidak pernah berubah, selalu berbuat seenaknya dan senang bermain main.  “Eh itu dia si Kiena” Angga menghidupkan mobilnya dan keluar dari parkiran, menghampiri Kiena yang berdiri di samping gerbang kampus. Angga membunyikan klaksonnya membuat cewek cantik berambut hitam itu menoleh dengan wajah kaget ketika ia membuka kaca mobilnya.

 

•••

 

Kiena menolehkan matanya melirik kesal kearah mobil yang membunyikan klakson tepat disampingnya, saat kaca mobil terbuka sepenuhnya, mata Kiena membulat melihat sosok yang duduk didalam, disamping si pengemudi. Cowok yang menatapnya dari balik kaca mata dengan bulu matanya yang lentik.

Demi apa! ada kak Devan! Ya tuhan.. Mimpi apa selaman bisa ketemu sama belahan jiwa begini.

Kiena menahan senyum lebarnya saat Devan juga ikut menatapnya.. Aduuhh.. Bisa mati muda nih kalau ditatap begitu sama Devan, jantungnya sudah lari lari didalam, apalagi Devan menatapnya dengan wajah yang datar khasnya. Grogi abiss.

 

“Hai Kie.. Baru pulang?” Kiena mengalihkan tatapannya dari Devan kearah Angga dan mendapati senyum yang akan membuat cewek dimana pun akan luluh. Kecuali Kiena tentu saja.

 

“eh, iya nih kak, tadi masih disuruh sama bu Fika”

 

“Oh gituh, terus Kie pulang pakai apa?”

Kiena melongokkan kepalanya kearah jalanan, mencari cari taxi yang belum juga lewat.

 

“Kie mau nungguin taxi kak, tapi kok nggak ada ya..” gumam Kiena penuh isyarat, berharap Angga mau menawarinya pulang, jadi dia bisa satu mobil sama Devan.

 

“Ya udah, kak Angga anterin ya mau nggak?” tawar Angga.

Dalam hati Kiena memekik keras, yes! Akhirnyaa…

 

“Apa nggak ngerepotin kak? Rumah Kiena agak jauh loh” Kiena melirik kearah Devan, berharap pria itu tidak keberatan.

 

“Iya gak papa, masuk aja” ucap Devan membuat Kiena langsung tersenyum lebar tidak bisa lagi menyembunyikan senyumannya.

 

“Makasih ya kak Devannn…” Kiena membuka pintu mobil penumpang dan segera duduk, memilih duduk tepat dibelakang Angga agar Kiena bisa leluasa melihat Devan. Astagaa.. Wangi mobilnya pun mirip dengan wangi yang sering Kiena cium dari tubuh Devan, wangi yang gentle. “Kiena suka banget sama wanginya, enak.. Harum..” Kiena berseru senang.

 

“Iya ini mobil Devan”

 

“Eh? Mobil kak Devan..” senyum Kiena makin melebar saat tau kalau kendaraan yang ditumpanginya dan seluruh wangi yang melekat didalamnya ini adalah milik Devan.

 

“Iya, mobil kak Angga masih dibengkel”

 

“Kiena suka wanginya..” Kiena menatap Devan, menghiraukan ucapan Angga.

tanpa dua orang itu sadari Devan tersenyum kecil ketika mendengar Kiena menyukai wangi mobilnya.

 

•••

 

Mobil Angga berhenti didepan sebuah toko kue yang cukup besar dan lumayan ramai. Kiena bilang ini toko ibunya, dan cewek itu memaksa mau mentraktir mereka berdua atas tumpangan gratis yang diberikan Devan dan Angga.

Kiena membuka pintu belakang mobil disusul Devan juga Angga.

 

“Ayo kak..” ajak Kiena, mendorong pintu kaca itu dan mempersilakan dua tamunya masuk.

Menyuruh mereka duduk di kursi coklat yang berhadapan lansung dengan Pantry.

 

“Sebentar ya kak..” Kiena bergegas pergi kearah dapur, terlihat dari tempat Devan duduk cewek itu sedang mengambil sesuatu dari dalam lemari pendingin.

 

“Kayaknya Kiena suka sama gue” Devan menoleh, menatap kearah Angga yang tersenyum lebar memperhatikan punggung Kiena dari tempat mereka duduk saat ini. Devan terlalu malas menanggapi ocehan Angga. “Lo tau kan Van, kalau cewek itu suka sama cowok, cewek itu bakalan bertingkah grogi.. Lo liat sendiri kan di mobil tadi pas gue ajak ngomong Kiena dia jawabnya malu malu” ucap Angga mengambil kesimpulan sendiri. Devan diam tidak menanggapi ocehan Angga.

 

Tiba tiba ponsel Angga berdering, saat cowok itu melihat layar ponselnya senyumnya melebar.

 

“Van, gue keluar bentar ya.. Bilang sama Kiena kalau gue ada telpone” Devan mengangguk saat Angga sudah keluar dari toko dan berdiri di sisi mobilnya. Devan menggeleng pelan, pasti itu telpone dari salah satu pacarnya.

 

Saat tatapan Devan kembali kearah pantry ia melihat Kiena keluar membawan dua kue dan dua mug berwarna putih. Buru buru Devan berdiri menghampiri Kiena dan mengambil alih nampan itu dari tangan Kiena.

 

“Makasih kak..” pipi Kiena memerah melihat sikap Devan.

Keberuntungan yang nyata.. Jarang jarang Kiena bisa sedekat ini sama Devan dan melihat sikap pria itu, Kiena jadi makin cinta.

 

“Kak Devan nggak pernah berubah ya..” celetuk Kiena saat mereka sudah duduk, kening Devan berkerut.

 

“Maksud kamu?”

 

“Iya.. Dulu juga kak Devan sering nolongin Kiena pas Ospek”

Devan mengangguk anggukan kepalanya mengerti, tidak menyangka cewek ini masih ingat.

 

“Silahkan dimakan..” Devan mengangguk kecil kemudian menyendok ujung tiramisu dan memasukkannya kedalam mulut, Kiena menikmati pemandangan itu dengan mulut terbuka dan wajah memerah. Pose apapun itu, dimata Kiena Devan tetap sempurna.

 

“Enak..” ucap Devan, merasakan tekstur lembut roti dan krim yang bercampur menjadi satu.. Bubuk coklat yang harum bertabur diatas dan sekeliling roti.

Devan menyuapkan lagi potongan tiramisu kedalam mulutnya. Mengagumi cita rasa lezat yang memenuhi rongga mulutnya. Devan menoleh kearah Kiena, keningnya berkerut saat melihat cewek itu tengah menatapnya tanpa berkedip. Wajahnya merona dan bibir merahnya sedikit terbuka.

 

“Ekhemm..” Devan berdehem, mencoba membuat perhatian Kiena teralih. Ia sedikit risih karna ditatap seperti itu oleh Kiena. “Kiena.. Kiena..??” panggil Devan pelan. Seolah tersadar Kiena langung tersentak kaget dan bertingkah gelagapan.

 

“…eh.. I..iya kak..”

 

“Kamu kenapa? Kok bengong?”

 

“.. Hah.. Nggak kok.. Tadi Kiena cuman liat kak Devan makan, Gimana.. Enak kak?” tanya Kiena sengaja mengalihkan percakapan. Devan mengangguk.

 

“Enak..”

 

“Makasih.. Itu resep yang Kiena buat sendiri loh, sebenernya sih nggak beda jauh sama tiramisu kebanyakan, tapi ini ada bahan khusus yang Kiena olah” jelas Kiena.

 

“Oh ya, kak Angga mana?” Kiena baru ingat kalau nggak ada Angga disini.. Habis, kan dilihat Kiena itu Devan bukan cowok lain.

 

“Angga lagi ada telpone” jawab Devan seperti yang tadi disuruh Angga.

 

“Oh….” hanya itu yang keluar dari mulut Kiena. Kiena mengigit bibirnya.. Duhh mati gaya nih. Bingung mau ngomong apa lagi.. Devan sibuk memakan kuenya dengan kelem, Kiena butuh topik pembicaraan.

Sebelum Kiena angkat bicara, tiba tiba sosok wanita cantik dengan rambut bob mendekat kearah mereka tersenyum ramah ketika Devan mendongak menatapnya bingung.

 

“Jadi ini temen kamu Kie?”

 

“Iya ma.. Ini kak Devan yang tadi nganterin Kiena..” Devan sedikit kaget, buru buru ia berdiri dan menyalami mama Kiena.

 

“Sore tante..”

 

“Sore juga Devan, makasih ya udah nganterin Kiena pulang…” ucap wanita itu ramah, Devan mengangguk kecil.

 

“Sama sama tante”

 

“Gimana sama kuenya? Enak Van?”

 

“Iya tante..enak” jawab Devan dan wanita itu mengangguk menatap Devan, meneliti cowok itu.

 

“Ohhh….” tiba tiba wanita itu berseru kaget, menutup mulutnya. membuat Kiena dan Devan bingung. “Oh.. Ini Devan yang punya kaos itu kan Kie, yang kaosnya sering buat kamu tidur? Kok mama bisa lupa..” kali ini yang berteriak adalah Kiena.

Semua orang yang berada didalam toko dan Devan menatap Kiena dengan kaget.

Bahayaa, bahayaaa.. Kalau Devan bisa tau kan Kiena bisa malu abis.

 

“… Mamaaa….. Hahahaha.. Bentar ya kak Devan” Kiena menarik ibunya itu masuk kedalam dapur.

 

“Mama! Mama mau bongkar rahasia Kiena yaaaaa” ucap Kiena kesal, wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu tertawa kecil melihat wajah merah putri cantiknya.

 

“Hihihi.. Maaf sayang, mama nggak sengaja, mama ceplos aja waktu inget muka dia”

 

“Idihh.. Untung aja tadi mama cuman ngomong itu”

 

“Maaf, maaf Kie..”

 

“Ya udah, Kiena mau balik ketempat kak Devan” ibunya itu mengangguk, Kiena hendak berbalik pergi tapi ditahan oleh ibunya.

 

“Semangat!” ucap sang ibu mengepalkan tangan memberi semangat membuat Kiena tidak bisa menahan kikikkannya. Kiena balas mengepalkan tangannya.

 

Saat Kiena keluar dari dapur, dimeja tadi sudah ada Angga.. Cowok itu tersenyum ketika melihat kearahnya.

 

“Dari mana Kie?”

 

“Dari dapur kak… Gimana kak Angga enak kuenya?” Angga mengangguk mengangkat satu sendok kue sebelum kemudian memasukkannya kedalam mulut. Kiena melirik Devan..

 

“Maafin mama Kiena ya kak.. Tadi dia salah ngomong haha..” Kiena tertawa garing. Devan hanya mengangguk kecil.

 

“Kie, kayaknya kak Angga harus pulang deh..kak Angga ada janji”

Dalam hati Kiena mendesah kecewa, yaahh.. Padahal kak Kiena masih pingin lama lama sama Devan. Masih kangeenn..

 

“Ya udah deh kak..” terpaksa Kiena mengangguk.

 

“Thanks ya Kie traktirannya..” ucap Angga berdiri di susul Devan.

 

“Makasih ya Kie..” ucap Devan.

 

“Iya sama sama kak..” Kiena mengekor dibelakang Devan.. Tepat sebelum Angga mendorong pintu seorang cewek cantik dengan rambut coklat sebahu masuk, sangat kaget melihat dua orang didepannya terutama orang didepan Kiena.

 

“Loh Devan?” ucap cewek itu kaget, lebih kaget lagi karna tiba tiba cewek itu langsung memeluk Devan.

 

Kiena terbengong… Apa-apaan, cewek itu.. Beraninya!!!

 

 

TO BE CONTINUE

13 Komentar

  1. Syapa ya kira2 cewek itu mungkinkah pacarnya Devan

  2. KhairaAlfia menulis:

    Siapa tuh cewek,, main nyosor aja,,

    1. Semoga sepupunya wkwkwk??. Si angga ntar kalo beneran jatuh cinta gimana coba wkwk??

  3. AriyaYumyum menulis:

    :ngupildoeloe

  4. tottemobakadesu menulis:

    Huaaaa….. Aku nunggu kak devan loh.
    :HULAHULA
    Btw kak, waktu aku baca Mamanya si Kie itu, kok aku jadi inget pilem Playful Kiss ya wkwkwkwk
    Kebayang adegan Mamanya Baek Seung Jo yg ngasih semangat ke Oh Ha Nie wkwkwwkwwk ala emak2 rempong gitu :BAAAAAA

  5. menjelanghilang menulis:

    Suka

  6. :supershock bikin kaget ceweknya.. jangan-jangan siasat Angga..

  7. Maryama Wulan menulis:

    Sukaaa sm cerita’y

  8. Semoga sepupunya wkwkwk??. Si angga ntar kalo beneran jatuh cinta gimana coba wkwk??

  9. Waduhhhh, main nyosor aja nih

  10. fitriartemisia menulis:

    waduh, langsung dipeluk :LARIDEMIHIDUP

  11. Devan???

  12. Ditunggu kelanjutannyaa