Part 2
Eleora berjalan terlebih dahulu memasuki Restaurant Courtage diikuti oleh Adara yang sibuk memainkan ponsel tanpa memperhatikan sekelilingnya. Arti dari Courtage sendiri adalah Perancis, namun berbeda lagi dengan desain yang dibuatnya. Restaurant Courtage didesain seperti Restaurant yang ada di Eropa dengan suasana Eropa yang terasa begitu kental.
Sementara untuk area luar di khususkan sebagai area smoking, atap atasnya ditumbuhi oleh daun-daun berakar yang menjalar merambat untuk menutupi para pengunjung dari terik panasnya matahari. Dindingnya sendiri dibuat dengan kaca-kaca film tebal anti peluru yang memperlihatkan jalanan luar ibukota.
“Aw…” Bunyi benturan yang cukup keras membuat Adara meringis sakit memegang keningnya yang terasa berdenyut akibat membentur kaca film dihadapannya ini, “Siapa yang menaruh kaca sebesar ini dihadapanku?” Ucapnya melotot tajam pada kaca film yang tertutup. Adara tidak melihat sama sekali kepergian Elora masuk kedalam Resataurant kelas atas ini.
“Bodoh.”
Suara serak dari seseorang yang berada dibelakangnya membuat Adara langsung menghentikan umpatannya, hembusan nafas seseorang terasa menggelitik leher jenjangnya karena saat ini Adara memang mengikat asal rambut hitamnya, memperlihatkan leher putih mulusnya. Dengan lambat Adara menoleh kebelakang nyaris menjatuhkan bola matanya ketanah. Hidungnya hampir bersentuhan dengan hidung laki-laki yang membungkuk begitu dekat dengannya.
Laki-laki yang bertubuh tinggi tegap, dengan mata hitam pekat yang menyorot tajam, serta rahang yang kokoh ditumbuhi oleh bulu-bulu halus disekitarnya. Dengan kemeja berwarna biru gelap yang digulung hingga siku, serta celana chino hitam dan juga sepatu pantofel hitam mengkilat.
“Sudah puas memandangiku Nona?”
Kembali, mata terlaknatnya menyusuri alis tebal yang hampir menyatu itu, lalu turun ke hidung mancungnya membayangkan ketika dirinya berciuman dengan laki-laki dihadapannya ini pasti sangat terasa panas saat hidungnya bergesekan dengan hidung macung laki-laki tersebut dan terakhir matanya menjelajah ke bibir tipisnya yang sekarang tersenyum mengejek padanya.
Sialan!
“Kau, apa?”
“Sudahlah. Singkirkan tubuhmu dari hadapanku, aku ingin masuk?”
Tangan besar laki-laki tersebut mengibas diudara menyuruh dirinya agar segera pergi. Seperti sapi dicucuk hidungnya Adara menyingkir dari laki-laki dihadapannya ini yang melewati dirinya begitu saja. Benar-benar laki-laki hotsex.
Baru pertama kali pesonanya ditolak mentah-mentah oleh laki-laki yang sangat luar biasa tampan itu. Melihat tubuh kekarnya dari belakang saja sudah membuat Adara hampir berlari untuk menerjangnya. Tapi saat teringat ucapan tajam dari laki-laki tersebut padanya, malah membuat Adara memaki pada kaca yang sudah tertutup kembali.
“Kau! Ini gara-gara kau kaca sialan!” Umpatnya lalu mendorong kasar kaca tersebut masuk kedalam Restaurant, mengabaikan setiap pandangan semua orang yang menatap kagum padanya dan ada juga beberapa orang yang sedang menahan tawa, yakin bahwa tadi mereka telah melihat kebodohannya.
Semua orang pasti tau siapa dirinya. Ralat, seluruh dunia mengetahui dirinya, Adara Jacqueline. Model yang sudah bekerja sama dengan para designer-designer kelas dunia. Salah satunya adalah Coco Chanel.
Eleora Addison juga termasuk salah satunya. Eleora termasuk jajaran designer yang sudah kelas atas, bukan karna berkat dia menyandang nama Addison dibelakangnya melainkan memang Elora punya bakat dalam merancang gaun-gaun yang bisa membuat setiap wanita mau merogoh kantongnya dalam-dalam.
Awal pertemanannya juga karena Eleora menawari Adara untuk menjadi model di Acara Fashion Show pertamanya di Paris. Berhubung Adara sangat mencintai dunia Fashion membuat komunikasi keduanya cocok. Bukan hanya sekedar urusan pekerjaan yang keduanya bicarakan, keduanya sering kerap kali pergi bersama untuk sharing membahas hal pribadi. Kedekatan itulah yang membuat Adara menganggap Eleora bukan hanya sekedar teman saja, tapi juga sebagai kakak perempuan yang tidak pernah Adara miliki, karna Adara adalah anak satu-satunya dikeluarganya.
Adara melihat Elora sedang berbicara dengan dua laki-laki yang sekarang menjadi pusat perhatian para pengunjung wanita. Menatap seakan-akan dua laki-laki inilah yang sedang terkenal saat ini. Namun wajah laki-laki dihadapan Elora serta laki-laki disamping Elora tidak terlihat olehnya. Sebegitu tampannya?
Hilang sudah pamornya disini.
Eleora menoleh padanya lalu tersenyum melambaikan tangan. Laki-laki yang berada disamping Elora menoleh kebelakang mengikuti arah pandangan Elora yang sedang menatap padanya. Laki-laki tersebut tersenyum hangat.
Uh, kenapa banyak sekali laki-laki tampan disini.
Tetapi matanya justru jatuh pada laki-laki yang sibuk memainkan ponsel, laki-laki yang baru saja ditemuinya. Si laki-laki hotsex.
Hot dan seksi.
Alih-alih ingin menerobos masuk, matanya malah melirik sengit kaca bening besar yang menghubungkan area dalam Restaurant dengan area smoking.
“Kenapa begitu banyak kaca sih?” gerutunya mendorong pintu kaca tersebut lebih kasar.
Dari luar area smoking sudah memperlihatkan bagian dalam Restaurant yang manis. Karena dindingnya pun juga berlapis kaca bening anti peluru. Tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan desain Restaurant. Adara berjalan cepat menghampiri tiga orang tersebut.
“Kenalkan ini sahabatku Adara. Dan Adara kenalkan ini adik kandungku Ken.” Adara tersenyum pada laki-laki bernama Ken yang balas tersenyum serta mengulurkan tangan besarnya dan Adara menyambutnya dengan senang hati.
“Adara Jac…”
“Jacqueline. Benar bukan? Aku sudah tau kau. Model yang meraih gelar paling seksi selama tiga tahun berturut-turut. Aku Ken Addison.” Ken mengedipkan mata pada Adara, membuat pipi Adara memerah malu.
Dengan kasar Eleora menepis tangan Ken dan Adara yang masih bertaut, Ken mendelik tidak terima pada kakaknya sementara Elora menatap tak perduli.
“Ini Arlan si laki-laki dingin yang menyebalkan. Maafkan aku karna aku harus mengakuinya sebagai sepupuku.”
Adara melirik laki-laki yang memasang wajah tak perduli, dengan percaya diri yang luar biasa tinggi Adara tersenyum manis lalu mengulurkan tangannya. Namun dalam waktu beberapa detik tidak ada balasan apapun dari laki-laki dihadapannya ini yang masih sibuk dengan ponsel.
“Arlan.” Eleora memukul pundak Arlan, sedangkan mata Eleora memberi isyarat agar Arlan menoleh pada Adara, sementara Arlan hanya membalasnya dengan mengangkat alis.
“Apa?”
Menyebalkan bukan?
Arlan hanya melirik Adara sekilas lalu melanjutkan kembali memainkan ponselnya, mengabaikan decakkan kesal dari Elora. Merasa diabaikan, Adara menurunkan tangannya dengan kesal. Jatuh sudah harga dirinya. Sebegitu burukkah pesonanya?
“Tidak perlu kau pikirkan. Dia memang seperti itu,” ucap Ken tersenyum menangkan pada Adara yang terlihat kesal diabaikan.
“Aku tidak memikirkannya,” elak Adara melirik sinis pada Arlan yang masih sibuk dengan ponsel.
“Bagus. Aku tinggal sebentar,” Ken pamit pergi menuju ruangan yang diketahui sebagai pantry, sementara Eleora menganggukkan kepalanya lalu beralih menatap sendu pada Arlan.
“Baiklah, aku juga harus segera pergi,” Tiba-tiba Arlan bangkit berdiri menatap sekelilingnya dengan bosan dan tidak suka karna ditatap sebegitu intensnya oleh Eleora.
Sebelum Arlan benar-benar pergi Eleora menarik kasar tangan Arlan membuat Arlan kembali duduk, “Tidak Arlan. Aku ingin berbicara denganmu. Tidakkah kau merindukanku, sepupu?”
Ada nada getir ketika Eleora mengucapkannya. Ingin rasanya Eleora memeluk Arlan seperti dulu. Sampai berapa lamakah Arlannya seperti ini.
Berbeda dengan Elora, Arlan justru menatap balik Eleora dengan sengit,”Aku tidak butuh omong kosongmu Eleora.”
“Kau harus ikut denganku kerumah.”
“Itu bukan rumahku!”
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu bukan rumahmu kalu sejak kecil sampai kau dewasa kau tumbuh dirumah itu.”
“Tidak lagi setelah apa yang dilakukan oleh mantan keluargaku!”
“Arlan.”
“Jangan bodoh Eleora. Aku yakin kau mengetahui semuanya.”
“Aku jelas tau Arlan.”
“Maka dari itu tutup mulutmu untuk mengatakan bahwa itu rumahku.”
“Seharus-”
“STOP!” Adara berteriak kesal ditambah perutnya sudah meronta meminta untuk diisi, “Aku lapar, bisakah kalian memesankan aku makanan terlebih dahulu. Dan terserah kalian mau melanjutkan omong kosong kalian.”
“Gadis bodoh,” decak Arlan menatap Adara yang melotot tajam padanya.
“Kau bilang aku apa?”
“Aku pergi.”
Sebelum Adara melempar vas bunga yang ada dimeja, Arlan sudah berlalu pergi begitu saja. Eleora yang sudah menahan amarah melihat tingkah Arlan yang menyebalkan ikut mengejar kepergian Arlan keluar Restaurant.
“Dimana Arlan dan Eleora?” Tiba-tiba Ken datang dengan sebuah nampan yang diatasnya ada kue cokelat meleleh yang terlihat baru diangkat dari oven.
Dengan mata nyalang Adara menatap kue cokelat itu berharap agar cepat masuk kedalam perutnya, “Laki-laki hotsex itu sudah pergi,” jawabnya asal.
Hati-hati Ken meletakkan kue cokelat tersebut diatas piring Adara yang terlihat sekali antusias, dengan kening berkerut Ken bertanya, “Hotsex?”
Seakan tersadar, Adara mengibaskan tangannya diudara, “Lupakan,” dan melanjutkan memakan kue cokleat yang terasa meledak lelehan cokelatnya setelah masuk kedalam mulutnya.
***
“Kau tidak ingin mengabari Dariell agar pulang kesini, Ariana?” Tanya Gilbert pada menantunya Ariana yang sedang meletakkan beberapa coffe dan teh serta beberapa cemilan untuk keluarga besarnya yang sedang berkumpul.
“Tidak, Dad. Dariell sedang ujian untuk kelulusannya dan aku rasa jika aku meyuruhnya agar pulang, Mom dan Dad akan memarahiku,” Ariana tersenyum hangat pada mertuanya yang sangat mencintai anak-anaknya serta cucu-cucunya.
“Kapan aku bisa berkumpul lengkap dengan cucu-cucuku,” desahnya lesu menatap nanar pada teh yang baru saja disesapnya.
Garry yang berada disebelah Leonard memeluk pundak Daddy Gilbert. “Kita pasti bisa berkumpul secara lengkap Dad. Kau tahu, kami semua menyayangimu.”
“Aku tahu Garry. Hanya saja Tuhan seperti sedang menghukumku. Membuat cucu-cucuku berpecah belah. Sehingga aku sering merindukan tawa dari cucu-cucuku.”
Leonard dan Ariana tahu apa yang dimaksud oleh Daddy. Sangat tahu. Kesalahan fatal yang dilakukannya empat tahun yang lalu tidak hanya membuat keluarga kecilnya pecah belah tetapi juga keluarga besarnya. Dampaknya sangat mempengaruhi banyak orang. Termasuk Daddy.
“Maafkan aku Dad,” Leonard yang sedari tadi bungkam memilih mengutarakan perasaan bersalahnya.
“Tidak Leonard, ini bukan salahmu. Ini takdir yang Tuhan berikan untuk keluargaku.”
“BONSOIR…”
Suara teriakan wanita menggema dirumah besar milik keluarga Addison diikuti suara heels yang beradu dengan lantai marmer milik kediaman keluarga besar Addison. Senyuman hangat menyambut kedatangan Elora yang berlari memeluk Mommynya- Dannia.
“I miss you so much Mom,” pekik Eleora memeluk Mommy Dannia dengan erat. Sementara tangan Dannia membalas pelukan Eleora seraya mengusap punggung anaknya. Sudah berapa lamakah Dannia tidak bertemu anak perempuan satu-satunya ini.
“I miss you to sweetheart,” balasnya mengusap air mata yang jatuh.
“Jangan menangis Mom, aku sudah ada disini,” Eleora mengecup pipi Mommy Dannia.
“Aku tahu anakku.”
Namun tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedih menatap Eleora dan Dannia. Sedih karena sudah cukup lama ia tidak bisa memeluk anaknya seperti yang dilakukan Dannia kepada Eleora. Tapi ini setimpal dengan apa yang dilakukan olehnya dulu.
Tiba-tiba tangan besar seseorang terulur menyentuh pundak rapuhnya, Albert tersenyum hangat pada Mommy- Ariana. “Kau masih punya aku Mom disini,” ucapnya mengecup puncak kepala Mommy.
Ariana balas memeluk, merengkuh pinggang anak laki-lakinya yang sudah tumbuh dewasa. Tanpa dipungkiri kesedihan yang paling dalam justru dirasakan oleh Leonard.
“Grandpa…”
Eleora beralih memeluk Grandpa yang sudah merentangkan tangannya lebih dulu.
“Oh, cucu perempuanku,” Grandpa mengecup puncak kepala Eleora dengan sayang. Lalu pandangannya mengitari sekelilingnya, “Dimana cucuku yang lainnya?”
“Ken masih diluar bersama sahabatku, Adara.” Eleora melepaskan pelukannya dan berlanjut memeluk Uncle Leonard dan Aunty Ariana.
Tidak lama Ken muncul bersama Adara yang berjalan dibelakangnya dan juga bersama seseorang yang tidak asing untuk keluarga ini.
Melihat seseorang tersebut membuat Grandpa tersenyum semakin lebar. Sedangkan keluarga yang lainnya tercengang menatap seseorang tersebut. Pasalnya ini pertama kalinya seseorang tersebut menginjakkan kakinya dirumah ini setelah tahun-tahun yang menyakitkan. Dan melihat kedatangannya disini merupakan sebuah keajaiban yang nyata.
“Arlan.”
***
Tadaaaaaaaaaaaa, maaf ya baru post. Terimakasih yang sudah mau bacaaaa ?
Salam, @nurulalawiyah07
Arlan datang juga :YUHUIII good boy
:YUHUIII
Jurus apa yang dipakai Eleora sampai Arlan mau ikut dia??
Hebat banget,,
Wih si Arlan mau ikut
wah, Arlannya dateng hahaha
Ditunggu kelanjutannyaa