Vitamins Blog

Helena

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

455 votes, average: 1.00 out of 1 (455 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Prolog

***

“Kenapa kau tidak mati saja?!” teriak Rowena menggema di dalam ruang tamu apartemen sempit yang sudah tiga tahun ini ditempatinya. Suaranya memecah keheningan pekat di dalam ruangan itu, sementara di luar hujan turun semakin derasnya.

Rowena terus melayangkan sabuk kulitnya ke tubuh Helena yang kini meringkuk di atas karpet abu kusam. Tubuh kecilnya sudah tidak mampu digerakkannya walau telinganya masih bisa mendengar dengan baik setiap kalimat menyakitkan yang meluncur dari mulut ibunya.

 

“Seharusnya aku tidak mendengarkan ucapan orangtuaku dan tetap membunuhmu saat kau masih di dalam kandunganku!” raung Rowena membuat jantung Helena untuk seperkian detik serasa berhenti berdetak.

 

Gadis kecil itu masih belum tahu alasan mengapa ibu kandungnya begitu membencinya. Mengapa Rowena memperlakukannya dengan kasar padahal Helena selalu berusaha menjadi anak baik dan penurut.

 

Helena bahkan tidak pernah sekali pun membantah ucapan ibunya, namun sepertinya hal itu masih belum cukup membuat Rowena puas dan menyayanginya.

 

Rowena kembali melayangkan pukulannya, kali ini tepat mengenai betis kanan Helena, meninggalkan jejak warna merah yang mengerikan di atas kulit putih putrinya.

 

“Bagaimana bisa aku mencintai anak dari pria yang sudah memperkosaku?” Jerit Rowena mengeluarkan isi hatinya yang selama delapan tahun ini disimpannya rapat di dalam hati.

 

“Keberadaanmu mengingatkanku padanya. Pada ayahmu yang brengsek itu, Helena!” jeritnya lagi begiru frustasi.

 

Ya. Helena memang selalu mengingatkan Rowena akan pria yang sudah memperkosanya. Pria itu dengan liciknya menjebaknya, lalu memperlakukannya seperti seorang pelacur murahan dengan memberi Rowena selembar cek kosong keesokan paginya. “Isi berapa pun yang kau inginkan,” ujar pria itu yang hingga saat ini masih diingat jelas oleh Rowena.

Helena terdiam. Tubuhnya terasa kaku, kepalanya terasa mau meledak. Sekarang akhirnya dia tahu alasan mengapa ibunya begitu membencinya. Kini dia tahu kenapa ibunya acap kali memukulinya; karena ia mengingatkan ibunya pada sosok ayahnya.

 

Ironis, pikir Helena pahit. Bukankah ia juga tidak pernah mengharapkan untuk dilahirkan sebagai anak hasil perkosaan. Lalu kenapa ibunya melampiaskan kemarahaan serta rasa frustasinya pada Helena? Sungguh hal itu tidak bisa dimengerti oleh Helena kecil.

 

“Mati! Mati kau Helena!!!” raung Rowena tanpa belas kasih. Alkohol mempengaruhinya dengan kuat saat ini. Dendam terhadap pria yang sudah memperkosanya dilimpahkannya pada Helena yang sesungguhnya sama sekali tidak berdosa. “Mati kau, Helena! Setelah itu aku akan mati menyusulmu!” teriaknya keras, penuh amarah.

 

“Apa yang kau lakukan?!” bentak Tuan Brown yang terpaksa masuk ke dalam apartemen milik Rowena setelah mendengar jeritan serta suara keras wanita itu dari balik tembok tipis yang menjadi sekat antara satu ruang dengan ruang apartemen milik keluarga lainnya. “Kau akan membunuh putri kandungmu sendiri?” tambahnya seraya menepis tangan Rowena yang masih terus melecutkan sabuk kulitnya ke tubuh putrinya. “Nyonya Rowena?!” bentak pria paruh baya itu keras, berusaha untuk menyadarkan tetangganya itu.

 

Sungguh, Brown sama sekali tidak menyangka jika tetangga manisnya bisa berbuat sekeji ini pada putri kandungnya sendiri.

 

Brown segera membawa tubuh Helena yang tergeletak tak berdaya ke dalam gendongannya, membawanya keluar dari dalam apartemen sederhana itu dengan cepat. Pria itu mengabaikan jerit protes Rowena yang meminta putrinya dikembalikan.

 

“Helena harus mati!” di puncak anak tangga samar Brown masih bisa mendengar suara Rowena. Pria itu tidak peduli, yang harus dicemaskannya saat ini adalah keselamatan Helena dan memisahkan anak di dalam gendongannya ini dari ibunya yang ternyata sakit mental. “Tenang, Nak. Kau akan baik-baik saja,” janji Brown pada Helena kecil yang sudah tak berdaya.

 

Dan malam itu, adalah malam terakhir Helena melihat ibunya, sebelum kemudian secara mengejutkan ia kembali bertemu setelah berpisah selama tujuh belas tahun lamanya.

30 Komentar

  1. Kasian Helena, tapi terakhirnya ketemu ya setelah 17 tahun

  2. lanjutt☺? ditunggu

  3. Cukup menarik… ditunggu lanjutannya

  4. kak fuyut juga di sini kah? di gu next nya hehehe

  5. Mourina_Gardira menulis:

    Hmm ini gimana nge like nya, kok nggak ada love nya kak? :ragunih

    1. Sekarang udah bisa di vote

  6. Di tunggu nextnya

  7. Kasian banget helena kecil harus di pukulin kayak gitu.

    Penasaran dengan kelanjutannya, next ya kak

  8. Dalpahandayani menulis:

    Bikin penasaran
    Cerita keren ditunggu kelanjutannya

  9. salsabilanurutami menulis:

    dasar ibu ibu stress…
    dasar cowok brengsek
    poor helena…

  10. HAI @fuyutsukihikari supaya para vitamins bisa memberikan apresiasi dan memberi tanda love ke postingan kamu, jangan lupa tulis di bawah ini

    [ratings]

    tulisnya di bagian paling atas postingan kamu ya untuk memunculkan ratings love setelah cerita kamu di publish

    1. fuyutsukihikari menulis:

      Makasih admin yang baik hati nan tidak sombong udah dikasih tahu perihal ini. #Muach

  11. Kasiann Helena :PATAHHATI
    Mentok nih, ditunggu kelanjutannya :MAWARR

  12. Kak fuyuuuuu~ wih aku selalu suka ceritamu dimanapun♡ tau ada PSA pun dari fuyu-san loh :MAWARR
    Ini bakal ada kelanjutannya kah?

    1. Hihi, sama nih
      Aku juga penggemar cerita author yang satu ini :MAWARR

  13. Aduhhh nasib ny Helena bgtu amat yak. Huhuhu kasiannn dia disiksa dri kecil
    Penasaran ama pertemuan setelah 17 thn tak bertemu itu
    Ditunggu lanjutanny
    Semangat ka

  14. Kak aku mau kasih lope” nih buat Helena kok ga ada lope nya :ragunih

    1. Sekarang udah bisa dikasih vote loh

  15. salsabilanurutami menulis:

    kak ini kapan lanjutnya ?

  16. ketjeeh

  17. NICE…

  18. oh ibunya helena kenapa kau tega sekali :KECEWAHATI :KECEWAHATI :KECEWAHATI :KECEWAHATI

  19. NovenaRasuh menulis:

    :LARIDEMIHIDUP

  20. NovenaRasuh menulis:

    :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

  21. Ihhh kepo kepo.,???

  22. fitriartemisia menulis:

    eyyyyy baru baca iniiii
    helenanya pergi gitu ya? baru ketemu lagi nanti setelah 17 tahun sama ibunya? wow

  23. :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

  24. setiap baca Helena yang awal2 bab pasti bawaannya sedih, kasian bener sama Helena :PATAHHATI

  25. :LARIDEMIHIDUP

  26. 💓💓