Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Cara membuat cerita dengan narasi yang pas dan deskripsi detail. Contoh cara mengubah draft kasar menjadi sebuah cerita yang sudah difinishing › Balasan Untuk: Cara membuat cerita dengan narasi yang pas dan deskripsi detail. Contoh cara mengubah draft kasar menjadi sebuah cerita yang sudah difinishing

Vani merasa lelah, tubuhnya seakan habis mengangkat beban berton kilo dari berat tubuhnya sendiri. Vani hanya bisa melangkahkan kakinya dengan setengah terpaksa,melayang seperti layangan putus. Diseret sih tepatnya, dan lebih sialnya lagi bis gratis untuk karyawan sama sekali tidak menunggunya. Malah meninggalkan karyawan yang malang ini hampir mati kelelahan. Sebenarnya dia tadi bisa pulang lebih awal, tapi perintah bos tidak dapat dia tolak. Si bos yang merupakan seorang wanita perawan tua yang nyentrik tralala itu menyuruhnya menyelesaikan laporan yang bukan job desc-nya. Dimana sebelumnya dia baru saja selesai membantu temannya di bagian gudang mengangkat kardus-kardus yang berisi sparet part kendaraan motor yang beratnya lumayan bisa buat ibu hamil langsung beranak di tempat. Vani adalah gadis yang terlalu baik, bahkan cenderung gampang dimanfaatkan oleh temannya sendiri. Tapi Vani adalah Vani, dia suka membantu apa saja, bahkan yang bukan pekerjaannya sekalipun. Vani si polos julukannya di kantor. Tapi Dia sama sekali tidak memedulikan semua itu. Dia hanya suka menolong itu saja.
Setelah berjalan lebih dari tiga puluh menit, Vani melalui area pertokoan yang berderet rapi nampak terang benderang di senja menjelang malam untuk menuju ke halte bis terdekat. Vani berharap dia akan mendapatkan bis yang tidak terlalu ramai hingga dia tidak perlu berdesak-desakan dengan penumpang lain. Bis penuh banyak resikonya, sudah panas, bercampur segala jenis bau-bauan. Dari bau keringat sampai bau ketiak. Belum lagi kalau mengalami accident raba-raba di bokong seksinya seperti yang pernah dia alami belum lama ini. Yah walau nasib si peraba mesum tidak bagus pada akhirnya. Orang itu berakhir dengan wajah lebam dan hidung patah karena dihajar Vani yang menguasai ilmu bela diri Judo Dan Hitam. Sesudahnya dia harus berurusan di kantor polisi. Vani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, untuk jam heboh dan ruwet seperti sekarang rasanya mustahil bin mustahal mendapatkan bis sepi, kecuali bis itu mogok.
Vani menghela napas panjang menahan dirinya untuk tidak berteriak kesal, bisa-bisa dia disangka orang gila. Nah, sekarang perutnya lapar, para cacing mulai berdemo diperutnya minta jatah makan malam. Vani memutuskan untuk makan terlebih dahulu sembari menunggu bis yang lumayan sepi. Vani teringat di area pertokoan ini ada toko penjual bakso yang super lengkap dan murah langganannya. Lengkap yang dia maksud yaitu hidangan baksonya di lengkapi berbagai jenis bakso, ada bakso cabe rawit yang berbentuk kotak bukan bulat seperti bakso pada umumnya, karena terdapat potongan cabe rawit di dalamnya. Juga ada bakso goreng yang renyah garing dan favorit Vani adalah bakso isi keju yang kalau digigit kejunya akan meleleh keluar apalagi dengan perasan jeruk kunci. Belum lagi sayur dan taogenya yang banyak. Slrupppp…tak terasa air liur Vani menetes, tan[a pikir panjang dia bergegas menuju lokasi penjual bakso itu.
Sesampainya di sana sepertinya bukan dia saja yang lapar, terbukti dengan berjubelnya para penggemar makanan ini. Suasana ramai ditingkahi oleh suara berisik pengamen yang menyanyi cempreng seakan urat lehernya akan putus. Vani celingukan mencari bangku kosongn dan dia mendapatkannya agak dibelakang dekat dapur malah, tidak apalah demi perut yang sedang konser. Vani memesan seperti biasa dan untunglah pelayanan di tempat ini super cepat, GPL-lah pokoknya. Vani makan dengan antusias tanpa menyadari sepasang mata tajam mengawasi segala tingkah polah Vani dari halte sampai ke tempat makan ini, dari dalam mobilnya yang terparkir di tepi jalan tidak jauh dari toko penjual bakso. Setelah kenyang Vani membayar dan berjalan kembali menuju halte bis menelusuri jalan cornblok berwarna merah dengan santai. Kepenatan sudah sedikit hilang, setelah perutnya diisi. Namun feeling Vani jelek kali ini, dia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Jantung Vani berdebar kencang, dia mempercepat langkahnya. Walau di sekitarnya ramai tapi dia merasa tidak aman. Waspadalah…waspadalah…peringat batinnya menirukan jargon sebuah acara kriminal.
Begitu Vani merasakan ada seseorang menepuk pundaknya dia bereaksi cepat, dia menangkap tangan orang yang tidak dikenal tersebut. Lalu sebuah sikutan bersarang di perut orang itu dan berakhir dengan sebuah bantingan keras ke lantai trotaor. Hampir saja Vani menghajar wajah orang itu yang sudah berani menyentuhnya. Namun mata Vani hampir menggelinding jatuh ketika dilihatnya siapa orang yang telah dia banting dengan senang hati. Pak Andre!! Ya Tuhan cabutlah nyawa awak ni!
Pak Andre merupakan kepala divisi tempat Vani berkantor. Lelaki itu termasuk pimpinan termuda dan merupakan lajang elit pontensial nan mapan trilili, yang menjadi rebutan para karyawati di kantor. Pak Andre juga lelaki tampan kelewat tampan malah dengan tubuh menjulang tinggi, alis tebal yang menangungi sepasang mata tajam berbulu mata lentik.Hidungnya yang mancung serta bibir maskulin yang kissable kata teman-teman Vani yang hobi bergosip. Perfecto! Tapi tidak dengan Vani, dia cukup tahu diri dengan fisik yang mungil dan tidak cantik, Vani tidak sanggup bersaing dengan para karyawati modis lainnya. Apalagi dengan kejadian ini, sudah pasti Pak Andre akan illfeel kepadanya. Vani sungguh malu sekali apalagi dengan semua orang melihat kejadian ii dan berkerumun menonton. Wajah Vani mungkin sudah memerah sampai ke akar rambutnya, dan sekarang rasa panas di kedua pipinya mulai terasa. Lalu karena tidak terjadi hal yang serius penonton pun bubar jalan.
“Pak Andre…maaf…Saya tidak tahu kalau itu anda.” Vani nyengir kuda. “Bapak sih main pegang saja, saya kaget dan langsung membanting bapak.”
“Kamu ini bahaya sekali ya…aduhh punggungku.” Pak Andre mencoba berdiri di bantu Vani.
“Tapi kenapa bapak ada disini?”
Pak Andre menepiskan kotoran dibajunya sehabis dibanting Vani tadi, “Aku melihatmu tanpa sengaja ketika lewat daerah ini. Dan aku mengira mungkin kamu ketinggalan bis karyawan. Saya mau menawari untuk mengantarmu pulang karena bahaya perempuan jalan malam-malam sendirian. Tapi sepertinya kamu bisa menjaga diri ya,” Pak Andre tertawa menanmpakan deretan giginya yang putih dan rapi. “Tapi saya tetap ingin mengantarkanmu pulang. Dan saya tidak menerima penolakan.” tambahnya tanpa sungkan meraih tas ransel Vani dan menentengnya, lalu membimbing Vani ke arah mobil mewahnya yang terparkir manis di tepi jalan.
Tubuh Vani serasa menginjak awan mendapat perlakuan manis dari Pak Andre yang diam-diam dia kagumi. Bolehkah dia pingsan sekarang?
TBC ( hahhah kebiasaan)
Mau ikut coba membuat walau jauh dari kata bagus hikss :scratch: :scratch: