Rasanya seperti ada kabut putih menyelimuti Rania, meski saat pertama kali mencecap rasanya agak sedikit pahit, dan terasa hangat ketika ditelan, tapi aroma anggur yang kuat membuatnya sangat ingin meneguk minuman ini. Ini kali pertama Rania meminum alkohol, entahlah padahal ia paling anti dengan alkohol.
Ferre memperhatikan dengan tajam bagaimana Rania meminum, mendekatkan bibir tipisnya ke arah gelas sudah membuat Ferre panas. Sial!
“Ini adalah red wine, diproduksi di Argentina. Salah satu tempat dengan wine terbaik di dunia, rasakan perbaduan blackberry, plum dan blackcherry-nya. Membuat sedikit rileks, bukan begitu Rania?”
“Saya kira ini adalah anggur, Tuan. Apakah Anda sangat menyukai wine?” Ferre menipiskan bibirnya, melihat tatapan polos dan ingin tahu Rania.
“Sangat, karna wine bisa membuat tenang. Sesaat.” Rania tersenyum, sepertinya pengaruh alkohol sudah merasukinya.
“Iya, saya juga merasa lebih tenang sekarang. Lihatlah kamar hotel ini, sangat indah!” Rania tertawa lagi, “tapi, Anda juga tidak kalah indahnya Tuan. Hanya saja, Anda selalu muram. Ayo minum wine ini biar Anda tersenyum, sedikit…” Ferre berdiri dari tempat duduknya, berjalan mendekat kearah Rania yang terus meminum wine, menyentuh pipinya yang merah entah karna wine atau karna pemerah pipi, yang pasti di mata Ferre, Rania sangat mempesona.
“Sepertinya sudah bereaksi.” Ferre mendekatkan wajahnya ke arah Rania, menyentuh bibir lembab itu. Menciumnya dengan ahli. Melumatnya lembut dan menjilatinya, sensasi wine masih terasa. Semakin memabukkan.
“Kau senang?” tanya Ferre melihat Rania membuka matanya, mengelus lembut pipi dan beralih ke leher. Mendekatkan lagi wajah mereka.
“Rasanya…. enak ya?” Ferre tertawa mendengar kalimat itu.
“Apakah sebelumnya kau belum pernah berciuman?” Rania menggeleng pelan, mana pernah ia ciuman. Berdekatan dengan lelaki saja jarang.
“Inilah rasanya ciuman, mau lagi?” Rania tersenyum dan mengangguk, seAndainya saja jika ia sadar entah apa yang akan ia lakukan. Rasanya Rania bermimpi indah, mimpi pangerannya datang menyelamatkannya dari semua rasa sengsara.
Ferre membopong Rania dan meletakkannya perlahan ke ranjang, ia seperti dewi dengan rambut terurai. Siap untuk menikmati malam yang indah ini. Ferre bertelanjang dada menampakkan bulu-bulu halus dan dada bidangnya.
“Anda sangat tampan Tuan, sangaaaaat.” Racau Rania, sedangkan Ferre menyentuh lembut pinggul Rania. Menyentuh seringan bulu hingga ke depan bathrobe yang dikenakan Rania. Pelan tapi pasti Ferre membuka bathrobe tersebut dengan perlahan, menyisakan dalaman yang sederhana tapi tetap saja membuat Ferre terpesona. Ini gila!
“Kulit Anda sangat bagus, Tuan. Berwarna tembaga.” Ferre tertawa ringan mendengar pengakuan dari Rania tersebut, sedangkan Rania meraba bahu liat Ferre. “Dan ternyata bahu ini sangat keras ya?”
“Iya, karna ini adalah otot.” Sahut Ferre dengan susah payah.
Rania semakin menggeliat dan mendesah dengan kepiawaian Ferre, lelaki itu mengecup dan mencium seluruh tubuh Rania dengan lihai. Pengalaman pertama yang menyenangkan, sangat sayang Rania dalam keadaan mabuk.
“Kau manis, gadis lemah. Manis dan nikmat.” Ferre menciumi, menuju bagian favorit terhadap gadis itu. Sensasi yang dirasakan sangat dahsyat. Perbuatan nista yang Ferre lakukan terhadap gadis suci yang tidak mengerti apa-apa.
Rania menjerit dan melentingkan punggungnya, sensasi ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tubuh suci itu didesak gairah yang tidak pernah ada sebelumnya. Sangat aneh tapi juga sangat menyenangkan.
“Rasakan reaksinya pada tubuhmu, gadis lemah.” Ciuman Ferre terus berlanjut sebelum ke kenikmatan yang nyata dan ditunggu-tunggu Ferre.
“T-tidak jangan, tidak Tuan…”
“Sssssttt, biar aku menikmati seluruh tubuhmu gadis lemah. Tidak satu pun yang terlewat. ” Rania hanya mampun meremas rambut Ferre reaksi dari perbuatan yang lelaki itu lakukan.
“Oh! Tidak, kenapa rasanya, nikmat Tuan, ini aku tidak bisa… Tuan!” jerit Rania, meliukkan tubuhnya.
Ferre menyeringai melihat Rania yang sensitif akan sentuhannya.
Ferre mencium bibir Rania lebih keras lagi, melumatnya menggunakan lidah. Porak-porAnda tidak bersisa, sementara tangannya mendekatkan kembali seakan tidak ada sekat antara mereka berdua.
Rania memeluk erat leher Ferre seakan ia bergantung terhadap pegangan tersebut, mendesah akan kenikmatan setiap gerakan yang dilakukan Ferre. Tiba-tiba Rania tersentak akan rasa nyeri yang menyerang dan lalu Ferre menggigit Rania layaknya pejantan menAndai betinanya. Pengalihan dari rasa sakit saat pertama kali penyaTuan mereka.
“Apakah masih sakit?” tanya Ferre lembut, mengelus rambut panjang Rania.
“T-tidak, Tu-an.”
“Sebentar lagi, gadis lemah. Sebentar lagi.” Ferre menggeram, kenikmatan yang membuat urat-urat disekitar wajah Ferre menegang.
“Aku bisa mati dalam kenikmatan! Ini benar-benar pelepasan yang ternikmat yang pernah kurasa, tidak menyangka oleh gadis perawan sepertimu gadis lemah.” Sisa-sisa kepingan kenikmatan masih terasa oleh mereka, Ferre berbaring di atas Rania, mengistirahatkan kepalanya di dada Rania. Sedangkan Rania jatuh tertidur.
“Sepertinya aku akan memaafkanmu karna ini hanya satu ronde, tapi tidak untuk kedua kali, ” Ferre mendekat kearah telinga Rania dan berbisik, “jalangku.” Mengecup bibir Rania, dan berbaring telentang di samping Rania, menarik tubuh itu tidur telungkup di atas tubuh keras Ferre.
“Tidak pernah, aku terpuaskan dengan begitu puasnya. Sepertinya kau tidak akan mudah kulepaskan, Rania.” Dari awal melihat Rania, ada sesuatu aneh yang ia rasakan. Sejahat-jahatnya Ferre, ia tidak mungkin mengambil keuntungan di atas kerugian orang lain, tapi bersama Rania ia bisa menjadi iblis tanpa belas kasih. Ferre memeluk erat Rania, masih merasakan kenikmatan yang tersisa. Mengelus pelan rambut hingga bahu gadis itu, sumpah mati Ferre ingin merasakan kenikmatan itu lagi, tapi sepertinya Rania tidak akan terbangun dalam waktu dekat. Lagipula seharusnya Ferre menghormati bagaimana hilangnya keperawanan Rania.
“Mungkin besok kau tidak ingat kenikmatan ini Rania, tapi tanda ini adalah saksi.” Gumam Ferre sembari menyusuri tanda merah yang sangat ketara dibagian dada atas Rania. Mengecup bagian itu seringan bulu.
Ah….. malam ini Ferre akan menahannya, malam yang panjang dan penuh derita karna memeluk tubuh telanjang Rania.
*Cerita Against The Devil dapat dibaca melalui Karyakarsa secara gratis
Astagahhh
Waduh duh duh
Numpang coment
Tks ya kak udh update.