Light Layers of The Day

Light Layers of The Day Ep 24: Ultimatum

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

projectsairaakira Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat

Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira

760 votes, average: 1.00 out of 1 (760 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Ikuti terus Novel Essence Of The Light (EOTL) yang dapat dibaca gratis sampai tamat hanya di projectsairaakira.com. Temukan Novel Romantis Fantasi berkualitas lain hanya di Project Sairaakira

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

2457  words

Hening menyeruak di percakapan melalui sambungan telepon tersebut. Sebuah keheningan yang menyesakkan dada, karena Xavier tidak bisa melihat, menilai atau mempelajari reaksi dari lawan bicaranya jika melalui sambungan telepon seperti ini.

Semuanya hanya berdasarkan penilaan suara, dan jika tak ada suara seperti saat ini, Xavier sungguh merasa tak berdaya.

Xavier sendiri benar-benar tak suka jika dirinya berada di posisi merasa tak berdaya….

“Akram?” memutuskan untuk melawan nuansa hening yang mencekik lehernya, Xavierlah yang akhirnya lebih dahulu memecah keheningan.

Terdengar suara Akram berdehem di seberang sana. Lalu, akhirnya lelaki itu berucap.

“Apakah kau yakin?” tanya Akram kemudian dengan berhati-hati.

Xavier memiringkan kepalanya tanpa sadar dan langsung bertanya, “Apa maksudmu?”

“Mengenai pernikahan ini dan Serafina Moon. Apakah kau yakin? Kau belum mengenalnya terlalu lama, apalagi masih ada sisa dendam masa lalu di antara kalian berdua yang masih berkobar dan belum terselesaikan. Bagimanapun, pernikahan bukanlah suatu ikatan yang bisa dipermainkan. Jika kau tak sungguh-sungguh ingin menjadikannya istri dan memperlakukannya sebagai seorang istri, lebih baik kau tak menikahinya.”

Nasehat Akram diucapkan dengan lambat-lambat dan penuh kehati-hatian. Bagaimanapun, Akram sadar bahwa dirinya tak lebih baik dari Xavier, bahkan bisa dibilang dia lebih buruk. Kisah Akram sendiri sebelum menikahi Elana juga tak bisa dipandang sebagai kisah yang penuh kebijaksanaan. Akram mengawali segalanya dengan salah, dengan pemaksaan dan sikap menyakiti. Tetapi, dia bersyukur karena mendapatkan kesempatan kedua, dan pada akhirnya, dia tidak menyerah dan berusaha memperbaiki semua hingga dia dihadiahi kleberuntungan dengan bisa menikahi Elana dalam sebuah ikatan yang tidak dipaksakan antara dua manusia yang saling mencintai.

Tetapi, Akram tahu bahwa kisah Xavier ini berbeda jauh. Entah apa yang membuat Xavier mengambil keputusan impulsif untuk menikahi Serafina Moon, tetapi yang Akram yakini, tidak ada cinta di sana. Dia meragukan ada cinta dari sisi Xavier yang hatinya beku, pun dia sangat yakin kalau Serafina Moon yang memiliki dendam mendalam pada Xavier, tidak mungkin akan menjalani pernikahan ini dengan sukarela.

“Mengenai masalah dendam antara aku dan Serafina, aku akan menyelesaikannya segera. Karena itulah kami ada di Rusia,” jawab Xavier kemudian tanpa pikir panjang.

Sekali lagi Akram berdehem. Percakapan ini sangatlah pribadi, dan Akram sesungguhnya merasa tidak nyaman untuk berbicara mengenai hal pribadi dengan Xavier mengingat hubungan mereka yang tak pernah baik sebelumnya.

Tetapi, perkataan Xavier mengenai mereka yang merupakan satu-satunya keluarganya yang tersisa menyentuh hatinya. Setidaknya, sebagai seseorang yang dianggap sebagai keluarga, Akram ingin memberikan masukannya kepada Xavier, supaya lelaki itu tidak mengambil keputusan salah yang mungkin akan menghancurkan segalanya.

“Kenapa kau mengambil keputusan untuk menikahi Serafina Moon? Apakah kau mencintainya?” tanya Akram tanpa basa-basi, menunjukkan kalau dia menginginkan jawaban yang tegas dari Xavier.

“Tidak. Aku tidak mencintainya.” Jawaban tegas seperti yang diminta oleh Akram langsung meluncur dari mulut Xavier. Dia sudah meyakini bahwa hatinya yang gelap tidak akan mungkin bisa merasakan kemewahan seperti jatuh cinta. “Aku tahu bahwa aku tak mungkin mampu mencintai orang lain. Tetapi, Serafina Moon memiliki kegelapan yang sangat mirip denganku di masa lalu, dia mengalami siksaan dan trauma sehingga aku merasa kami berdua adalah dua orang manusia yang hampir sama. Bukankah dua orang yang memiliki kesamaan sudah seharusnya berakhir bersama dan saling memiliki satu sama lain?” Xavier menghela napas panjang. “Aku ingin memiliki Serafina Moon dan membuatnya menjalani kehidupan bersamaku, karena aku merasa bahwa kami memang ditakdirkan bersama. Dua manusia rusak yang sudah tak bisa diperbaiki lagi, duduk bersama untuk saling menemani. Bukankah itu menyenangkan?”

Hening kembali, lalu Akram akhirnya bertanya, “Hanya itulah alasanmu menikahi Serafina Moon? Aku mengerti jika kau tak memiliki cinta dan tak mampu jatuh cinta. Tetapi, bagaimana dengan rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain, rasa ingin menjaga pasanganmu, rasa empati dan simpati yang mendorong kalian sebagai pasangan untuk saling mendukung satu sama lain? Jika kalian berdua tak memiliki itu semua, akan jadi apa pernikahanmu dengan Serafina Moon nantinya? Apakah kau sedang menciptakan neraka untuk dirimu sendiri?” Akram menyanggah cepat, mengutarakan kekhawatirannya dengan gamblang kepada Xavier.

Xavier terkekeh. “Percayalah Akram, aku sudah hidup selayaknya di neraka selama ini. Pernikahan ini akan menjadi tempat yang lebih baik dari kegelapan yang selama ini kuselami. Aku mungkin tak seberuntung dirimu karena bisa mendapatkan pernikahan yang penuh cinta dan kebahagiaan, tetapi aku berani menjamin kepadamu, bahwa aku akan membuat pernikahan ini berhasil.” ucap Xavier dengan nada mantap.

Akram menghela napas panjang. Dia sendiri tahu bahwa tak ada gunanya memaksa Xavier untuk memikirkan kembali ini semua atau bahkan membatalkan keputusan impulsifnya ini, karena Akramlah yang paling tahu betapa keras kepalanya Xavier jika sudah mengambil keputusan.

Setidaknya dia sudah mengutarakan pemikirannya dan meminta Xavier berhati-hati. Kalau sudah begini, tidak ada yang bisa Akram lakukan selain mendukung kakak angkatnya itu, bukan?

“Baiklah. Berikan aku tanggal pasti pernikahanmu. Aku akan menyesuaikannya dengan jadwalku.”

Mata Xavier melebar seolah tak percaya. “Kau akan datang?” tanyanya, sedikit lepas kendali sehingga nada suaranya lebih tinggi dari biasanya.

Kembali Akram berdehem canggung, entah sudah berapa kali Akram berdehem tadi sepanjang percakapannya dengan Xavier untuk menetralkan kecanggungan yang merebak di antara mereka.

“Ya, Xavier. Bukan hanya aku, tetapi Elana dan Zac. Kami bertiga akan datang,” putusnya dengan suara tegas.

***

“Datang kemana?”

Elana yang baru saja memasuki ruang kerja suaminya mengerutkan kening ketika mendengar namanya disebut. Mata lebarnya yang polos menatap punggung suaminya yang menegang karena terkejut mendengar suara Elana yang muncul tiba-tiba.

Ketika Akram membalikkan tubuh dan menatap istrinya dengan alis terangkat, Elana langsung menatap Akram dengan curiga.

“Kau sedang berjanji kepada siapa?”

Akram terkekeh melihat sikap menyelidik istrinya. Entah bagaimana, Elana selalu memiliki insting kuat jika ada sesuatu yang tidak beres. Akram tadinya berniat merahasiakan ini semua sambil menunggu kepastian tanggal pernikahan dari Xavier, tetapi sekarang sudah tentu dia tak bisa melakukannya.

“Aku berjanji kepada Xavier.” Akram merangkul Elana lalu mengecup dahi istrinya itu dengan lembut. “Kita bertiga akan pergi ke Rusia. Kurasa sudah waktunya bagi Zac untuk melakukan perjalanan pertamanya.”

Elana menengadah, menatap ke arah Akram dengan bingung.

“Kita akan ke Rusia… mengunjungi Xavier? Dalam rangka apa?” tiba-tiba kecemasan menyelubungi wajah Elana. “Apa yang dilakukan Xavier di Rusia? Apakah dia membuat masalah dan membutuhkan bantuan kita?”

Akram mengulas senyum sambil mengangkat bahu. “Xavier baik-baik saja,” ucap Akram dengan nada menenangkan. “Dia… eh… sedang menyelesaikan beberapa urusan….”

“Akram Night, apakah kau berniat merahasiakan segalanya dariku dan baru membukanya di saat-saat terakhir? Jika kau ingin membawaku dan Zac untuk melintasi benua guna mengunjungi Xavier, maka aku harus tahu dengan jelas duduk perkaranya.”

Akram mengangkat alis. “Apakah kau tak mempercayai suamimu ini? Bukankah selama ini aku selalu setia dan berhasrat hanya kepadamu?” Akram menundukkan kepala lalu mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya, sengaja menghembuskan napasnya dengan lembut di sana untuk menggoda. Bibirnya kemudian tak bisa berhenti, menjalas ke sisi bawah telinga istrinya, mengecupi dagu Elana sebelum hendak berpindah ke leher.

Tetapi, Elana menyingkirkan rayuan suaminya yang tak tepat waktu itu, dia melangkah mundur, menyilangkan tangan di ditubuhnya dengan waspada.

“Kita tidak sedang membicarakan kepercayaan dan kesetiaan dalam hal itu,” Elana melemparkan tatapan penuh peringatan ke arah  Akram meskipun bibirnya tersenyum lembut dan pipinya merona akibat godaan Akram.

Tentu saja Akram tidak akan melepaskan istrinya begitu saja. Ketika Elana melangkah mundur, maka Akram melangkah maju, sampai akhirnya dia mendesak istrinya itu ke dinding dengan kedua tangannya memerangkap Elana di sana.

“Jika aku mengatakan semua sejelas-jelasnya kepadamu, apakah kau akan berjanji bahwa kau tak akan menolakku?” Akram meraih dagu Elana dan mendongakkan perempuan tercintanya itu supaya menengadah ke arahnya.

Pipi Elana sudah merah padam sementara bibirnya gemetar karena malu ketika perempuan itu akhirnya berucap dengan terbata.

“Aku… aku tak pernah menolakmu,” bisiknya lembut yang membuat Akram tak tahan lagi.

Kedua tangannya meraih istrinya itu ke pelukan, menenggelamkan tubuh mungil istrinya dengan kuat merapat kepadanya, lalu bibirnya mencium bibir Elana, dalam ciuman penuh cinta yang berbalur dengan hasrat.

Akram hampir saja lupa diri – seperti yang biasanya terjadi ketika dia mendekap tubuh istri kesayangannya ini – beruntung Elana mampu menahan hasrat suaminya dan memutus ciuman mereka nan menggelora, lalu mendorong dada Akram supaya menjauh dan memiringkan kepalanya untuk melepaskan bibir mereka yang bertaut.

“Jelaskan semua dulu, baru ke tempat tidur.” sahut Elana dengan suara terbata karena napasnya terengah.

Akram terkekeh, sementara hasrat bergelora di dalam matanya.

“Tidak bisakah kita membalik urutannya? Tempat tidur dulu, baru bicara?” bujuknya dengan suara parau merayu.

Elana langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “T-tidak! Jika sudah mencapai tempat tidur dulu, biasanya kau akan menghabiskan waktu yang panjang di sana. Bisa-bisa, kita tak jadi bicara.” Dengan tegas dan menguatkan dirinya, Elana melangkah mundur dan menatap Akram untuk mengultimatum. “Bicara dulu, Akram.”

Kali ini Akram tergelak lepas, senang dengan sikap istrinya yang memberontak dan berani mengultimatum dirinya.

“Baiklah. Kali ini aku akan mengalah, karena aku tahu bahwa hadiah yang akan kudapatkan nanti sangatlah berlimpah dan menyenangkan. Akram mengawasi tubuh istrinya dengan penuh minat, lalu melemparkan kejutan itu tanpa peringatan. “Xavier akan menikah di Rusia. Karena itulah kita akan datang ke sana untuk menghadiri pernikahan itu sebagai satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Xavier.”

Mata Elana membelalak dan bibirnya yang indah serta lembab habis diciumi oleh Akram itu langsung membuka lebar.

Perlu waktu beberapa lama bagi Elana untuk mencerna pemberitahuan Akram itu sebelum kemudian dia menempatkan tangannya di mulut untuk menutup rasa syok yang melandanya.

“Xavier akan menikah? Ba-bagaimana bisa? Kapan? Kenapa….?”

Akram yang memahami kebingungan Elana langsung meraup tubuh mungil istrinya itu ke dalam gendongan. Ketika kedua tangan Elana otomatis melingkar di lehernya, Akram tak bisa menahan diri untuk menciumi Elana lagi, membuat Elana melepaskan pegangannya dan memukul dada Akram untuk mengingatkannya.

“Akram! Bicara…” ucap Elana kemudian, susah payah melepaskan diri dari pagutan bibir Akram.

“Aku akan bicara. Nanti. Aku berjanji akan bicara setelah kita menyelesaikan urusan kita di tempat tidur.” Akram mengecup bibir istrinya ketika melihat Elana membuka mulutnya hendak memprotes. “Nanti, Elana. Kau tahu kalau aku tak bisa berkonsentrasi bicara dengan benar kalau aku… eh…. memikirkan sesuatu yang lain….”

Kemudian,  tanpa mempedulikan protes istrinya lagi, Akram membawa Elana keluar dari ruang belajar itu, langsung menuju kamarnya.

***

Hampir seminggu telah berlalu sejak Sera masuk ke rumah sakit. Setiap hari perawat mengambil sampel darahnya untuk memeriksa kondisi organ tubuhnya yang terpapar racun, dan mereka selalu mengatakan bahwa Sera masih harus menjalani perawatan dan meminum obat yang mereka berikan untuk memulihkan dirinya.

Xavier datang setiap hari, tetapi lelaki itu tidak pernah berbicara. Xavier selalu membawa pekerjaannya, duduk di sofa besar yang terletak di ujung ruangan, dan tidak memulai percakapan apapun dengan Sera. Lelaki itu bahkan menolak untuk melakukan kontak mata dengannya, meskipun Sera bisa melihat bahwa bibir Xavier tengah mengulas senyum menjengkelkan setiap Sera melemparkan pandangan marah penuh kebencian ke arahnya.

Sera selalu merasa pusing setiap Xavier datang ke ruangannya karena itu membuatnya harus menahan diri sekuat tenaga supaya tidak membuka mulutnya dan memulai percakapan dengan Xavier lebih dahulu. Sikap diam Xavier yang tidak mau memulai percakapan dengan Sera itu sudah pasti disengaja, lelaki itu hadir di ruangan ini dan menutup mulutnya, karena dia ingin melihat siapa yang lebih teguh di antara dirinya dan Sera. Siapapun yang tak bisa menahan diri dan memulai percakapan terlebih dahulu tentulah menjadi pihak yang kalah. Dan Sera tak ingin kalah dari Xavier.

Karena itulah, setiap Xavier datang ke dalam ruangan ini dengan sikap diamnya, dia membalasnya dengan sikap diam yang sama. Mencoba mengabaikan kehadiran lelaki itu dan menganggapnya sebagai sejenis protozoa yang tak kasat mata, meskipun kadang Sera tak bisa menahan diri untuk melemparkan tatapan penuh kebencian kepada lelaki itu, yang dia tahu malahan membuat Xavier kesenangan.

Sera sesungguhnya ingin berteriak kepada Xavier, ingin memaksakan lelaki itu menjawab pertanyaannya mengenai kondisi Aaron.

Sungguh dia ingin tahu seperti apa kondisi Aaron saat ini, apakah lelaki itu ditawan di penjara? Apakah lelaki itu mendapatkan penanganan medis yang tepat seperti dirinya? Ataua jangan-jangan, mungkinkah Xavier malahan menyiksa Aaron dengan keji selama ini?

Betapa Sera ingin menanyakan itu semua. Tetapi, beruntung, selain harga dirinya yang menjaga supaya mulutnya tetap terkunci, pikiran logisnya juga memberikan peringatan kepadanya supaya menutup mulut, sebab, mungkin saja pertanyaan Sera tentang Aaron malahan bisa memicu kemarahan Xavier dan membahayakan nyawa Aaron.

Sekarang, setelah seminggu berlalu, Sera merasa bisa berbangga diri karena dia berhasil melaksanakan gerakan tutup mulutnya dengan lancar. Sayangnya, hal itu tak bisa berlangsung lebih lama lagi, karena hari ini, Xavier memutuskan untuk memecah adu kekuatan menahan hening di antara mereka, dengan melangkah masuk ke dalam ruang perawatan sambil membahwa hasil laboratorium sampel darah Sera, lalu mengambil tempat duduk di tepi ranjang dan menyerahkan berkas pemeriksaan laboratorium itu ke tangan Sera.

“Waktunya pulang.” ucap Xavier dengan nada tegas. “Hasil pemeriksaan labmu sudah menunjukkan perbaikan. Dosis obatmu sudah bisa diturunkan sehingga kau bisa memasukkan obat ke tubuhmu dengan cara oral dan tak perlu dengan cara IV melalui infus lagi.” Tangan Xavier bergerak dan melepaskan kunci borgol Sera yang ternyata menggunakan sistem canggih dengan pengenalan sidik jari Xavier sendiri untuk membuka kuncinya.

Ketika borgol itu terbuka, Sera langsung memegang pergelangan tangannya dengan tangan yang lainnya, memijatnya lembut untuk meredakan pegal di tangannya yang kaku diborgol selama ini.

Xavier mengamati Sera yang menggerak-gerakkan pergelangan tangannya, lalu lelaki itu menyeringai.

“Maaf karena membuatmu tidak nyaman selama ini. Tetapi, aku harus melakukannya untuk menjamin keselamatanmu supaya kau tidak melarikan diri.” Mata Xavier menyipit penuh ancaman kemudian. “Aku berjanji tidak akan memborgol tanganmu lagi jika kau bersikap baik dan tidak membangkang. Sebab, jika kau sampai membangkang sekali lagi dan menyulut kemarahanmu, aku akan memborgol tanganmu ke tanganku, sehingga kita akan selalu bersama-sama tak terpisahkan dan kau harus selalu bersamamu, bahkan ketika aku harus menyelesaikan urusanku di kamar mandi sekalipun.” Xavier mengamati Sera tajam. “Apakah kau memahami ini, Sera?”

Sera melemparkan tatapan ngeri ke arah Xavier. Lelaki gila ini selalu menemukan jenis ancaman yang paling mengerikan yang bisa dibayangkan olehnya, karena itulah tak ada pilihan lain bagi Sera selain menganggukkan kepala meskipun tak sepenuh hati.

“Bagus.” Xavier meliirik ke arah ruang perawatan, lalu kembali mengawasi Sera dengan tajam. “Perawat akan datang untuk melepas infusmu dan anak buahku akan membawakan pakaian ganti untukmu sehingga kau bisa berganti pakaian dan melepaskan piyama rumah sakit itu.”

Ucapan Xavier langsung membuat Sera menengadah waspada.

“Berganti pakaian?” ketakutan langsung melanda benak Sera. “Apakah… apakah kita akan menikah setelah ini?” tanyanya ngeri.

Xavier tersenyum melihat ketakutan yang melanda diri Sera ketika membahas pernikahan mereka. Kepalanya menggeleng sedikit sebelum memberikan jawaban,

“Pernikahan kita sedikit tertunda beberapa hari karena aku menunggu  tamu penting untuk datang ke pernikahan ini yang baru bisa hadir beberapa hari lagi. Jadi, aku memutuskan untuk membalik urutan dari dua hal penting yang harus kita lakukan,” jawabnya kemudian dengan nada penuh teka-teki hingga membuat Sera mengerutkan keningnya semakin dalam.

“A-apa maksudmu?” tanya Sera dengan bingung ketika Xavier tak segera menjelaskan maksudnya.

Sinar keji langsung menyala di mata Xavier, ketika bibirnya mengucapkan kalimat serupa mantra penghukuman yang diucapkan oleh malaikat kematian ketika menjemput nyawa-nyawa nan penuh dosa.

“Waktunya untuk pembebasanmu lagi, Serafina Moon,” ucap Xavier lambat-lambat. “Kita akan mengunjungi Samantha Dawan.”

***
Baca Parts Lainnya Klik Di sini

KONTEN PREMIUM PSA


 

Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.

Download dan install PSA App terbaru di Google PlayWelcome To PSAFolow instagram PSA di @projectsairaakira

Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira

 

64 Komentar

  1. Sily ayu ningtias menulis:

    :bantingkursi :lalayeye :lalayeye :bantingkursi

    1. Bebep sapirrr 😍😍😍😍

  2. Ga sabar liat hukuman utk Samantha :ngakakberat :khu..khu…

  3. Akramm :givelove

  4. kushiikushii menulis:

    Duh sama2 keras kepala :ngakakabis :ngakakabis

  5. Seremm ihhh bg piere :panikshow

  6. rosefinratn menulis:

    Sebelas dua belas sama akram :nyengirlebar :nyengirlebar :nyengirlebar :nyengirlebar

  7. Awwww Akram sama Xavier cute deh :kedip

  8. mirandaayuna menulis:

    :kisskiss :kisskiss

  9. :iloveyou :sebarcinta :awasPMS :matamemohon :lovely tak sabarrr lanjutanyaaa

  10. AyukWulandari2 menulis:

    Kira kira lancarkah pernikahan Xavier & Sera ? :lalayeye
    Gak sabar gak sabar :lalayeye

  11. Ga sabar honeymoon :backstab

  12. YAAMPUNN AKSKAKSK UDAH MAU NIKAHAN AJAAA

  13. yaAllah akram elanaaaa, kenapa bergetar sekali hatiku melihat mereka :kisskiss

  14. Mireya Violet menulis:

    :ngakakabis :ngakakabis :ngakakabis :ngakakabis :ngakakabis :ngakakabis :ngakakabis

  15. Yihaa :bergoyang :dancing :lalayeye

  16. :ngakakabis sapier ternyata sejenis protozoa 👍

  17. sorayablue menulis:

    kataknya kisah serunya setelah menikah…

  18. OMG AKRAM :kisskiss :lovely

  19. Klo ngomong hal yg lebih pribadi pasti pada canggung lucu banget sehhh kalian :kisskiss :kisskiss

    Karan Akram masih sibuk mari kita siksa sambantha :grrr :grrr

  20. AimeeCho838 menulis:

    Tiba tiba Samantha berubah marga jadi orang India 😂, Peace thor ✌
    Seneng bgt ada Akram sama Elana. :iloveyou

  21. Aku bertanya-tanya, selama di rumah sakit kira-kira gimana Sera buang air? Tangannya di borgol dan yg bisa membuka borgol itu hanya Xavier 🤔🤔🤭🤭

    Oke, itu memang pertanyaan tidak bermutu 😁😁😁😁

    Kasihan amat kamu, Sera. Sibuk memikirkan kondisi Aaron yang selama ini memanipulasi. Huftt, semoga Sera cepat mengetahuinya, agar Sera tidak hanya menatap Xavier sebagai si antagonis :huhuhu :huhuhu

  22. Getting interesting

  23. Xave knapa mikir gak bakal bisa mencintai sih zzzzzz, jadi keinget letnan Paris kann :lovely

  24. rosianacamilla_ menulis:

    :lovely

  25. Pasangan gemes Akram and Elana muncul lagi disini :terlalutampan

  26. eliana_raffael menulis:

    :wowakuterkejoet

  27. Akram manis bgtttttttr :gakterima :syalalalasyalili

  28. Akram so sweet :mimisankarnamu

  29. debora sinaga menulis:

    Omgggg

  30. Asiah Silita menulis:

    :luculuculucuih

  31. Leni Meilina menulis:

    :luculuculucuih

  32. Akram jadi bijak ya setelah nikah 😂 kangen aku tuh , cerita pertama yang aku baca sampe tamat di Ntoon terus baca ulang lagi di PSA ini seneng banget sehat selalu ya authornya 💕

  33. Akram Elana muncul di bab ini. :sebarcinta Xavier bilang dia tidak bisa mencintai dan tidak pantasi dicintai. Semoga anggapan itu berubah setelah dia menikahi Sera.

  34. nurul ismillayli menulis:

    Xavier terlalu rendah menilai dirinya

  35. Akram so sweet

  36. RahmatulHusna3 menulis:

    :DUKDUKDUK

  37. Shelli Novianti menulis:

    :NGAKAKGILAA

  38. Lely Damayanti menulis:

    Syukurlah Akram bakal dtg sm istri dan anak

  39. UpungDananir menulis:

    :awaskaunanti :awaskaunanti :awaskaunanti

  40. istri ke dua jendral akira menulis:

    :berikamiadegankiss! :berikamiadegankiss! :berikamiadegankiss! :berikamiadegankiss! :berikamiadegankiss! :berikamiadegankiss! :berikamiadegankiss!

  41. Aku kehabisan kataaaa hahhaha

  42. Akram sepertinya mulai sayang sm Xavier… baik2 y kalian berdua :ohyeaaaaaaaaah! :ohyeaaaaaaaaah!

  43. Ariyantipita menulis:

    :lovelove :lovelove :lovelove :lovelove :lovelove :lovelove :lovelove

  44. Pujipriyantiningsih menulis:

    :muach :muach

  45. Pembebasan :ohyeaaaaaaaaah!